15 Puisi Perpisahan Sekolah untuk SD, SMP-SMA Bikin Terharu-Menyentuh Hati

Nur Umar Akashi - detikJogja
Senin, 02 Jun 2025 11:20 WIB
Ilustrasi puisi perpisahan sekolah. (Foto: freepik/Freepik)
Jogja -

Momen perpisahan sekolah biasanya dihiasi dengan pembacaan puisi. Bisa juga dengan melakukan kegiatan tukar puisi yang menyentuh hati sekaligus membuat haru. Baik di jenjang SD, SMP, maupun SMA, puisi perpisahan sekolah jadi media yang tepat untuk menyalurkan perasaan.

Pasalnya, detikers dapat merangkum emosi bahagia, senang, marah, sedih, hingga kecewa dalam untaian diksi puisi. Kemudian, puisi tersebut dapat kamu bacakan untuk bersikap 'jujur' kepada teman-teman sekolah sebelum akhirnya berpisah menempuh jalan masing-masing.

Dengan bantuan puisi, menyampaikan perasaan yang terpendam dalam hati jadi lebih mudah dilakukan. detikers yang mungkin merasa malu atau tidak pandai menunjukkan perasaan, dapat memanfaatkan bantuan puisi untuk menyampaikannya pada teman-teman.

Biasanya, momen perpisahan sekolah akan terjadi pada bulan-bulan Mei dan Juni. Nah, bagi yang membutuhkan, simak sejumlah puisi perpisahan di bawah ini, yuk! Dijamin menyentuh hati dan membuat temanmu terharu!

Kumpulan Puisi Perpisahan Sekolah

Puisi Perpisahan Sekolah #1: Perjalanan Kelas XII

(Tulisan Anggitya Zahra Zealandina dalam buku Jejak Kata, Langkah Kita)

Di bangku terakhir masa sekolah
Kita melangkah dengan hati resah
Antara mimpi yang kian membumbung
Dan perpisahan yang mulai dihitung

Lembar ujian, tumpukan tugas
Detik berlalu terasa lekas
Di sekolah ini kita belajar
Tentang hidup, tentang sabar

Tawa dan canda mengisi ruang
Bersama teman yang selalu tenang
Namun di sudut hati yang dalam
Ada rindu yang perlahan terpendam

Guru menasihati penuh harapan
Agar kita kuat di masa depan
Sebentar lagi jalan terbuka
Menggapai asa, menjemput cita

Kelas 12, gerbang terakhir
Tempat kenangan takkan terganti
Meski esok kita berpisah
Jejaknya tetap dalam hati

Puisi Perpisahan Sekolah #2: Foto Wisuda

(Sumber: buku Catur: Kumpulan Puisi oleh Septi Ananingsih)

Tak ada perpisahan tak ada wisuda
Tak perlu kecewa memang begitu keadaannya
Biarlah ini menjadi bagian dari cerita
Bahwa pandemi itu pernah ada

Ada cara untuk membunuh kecewa
Berfoto saja menjadi pilihannya
Memakai baju toga meski sementara
Demi kenangan dan menjadi cerita

Anak pun datang secara bergantian
Ke sekolah sesuai kelompok yang ditentukan
Setiap sepuluh menit ada pergantian
Demi menghindari sebuah kerumunan

Protokol kesehatan tetap dijalankan
Dari cek suhu hingga cuci tangan
Memakai masker menjadi kewajiban
Tak boleh salaman karena dilarang bersentuhan

Puisi Perpisahan Sekolah #3: Kenangan Abadi

(Tulisan Luffy Alyatur Rahmah dalam buku Rupa Rasa Asa Semesta Tercipta)

Di sudut ruang kelas, kenangan terpahat
Dalam riuh suara tawa, cerita kita tercipta
Setiap langkah di koridor, mengalir nostalgia
Saat teman-teman terdekat, jadi keluarga

Pagi-pagi di teras, derap kaki menyusuri lorong
Mengisi ruang hati dengan cerita dan angan
Puisi-puisi tercipta di antara jendela dan pintu
Sekolah, tempat kita bersama membangun mimpi

Gelak tawa mengiringi setiap cerita
Bersama-sama merajut mimpi di pelita
Di bawah langit biru, di halaman sekolah
Bersama kita mengukir kenangan yang abadi

Perpisahan pun datang, namun kenangan tetap bersinar
Kembali dalam ingatan, seperti mimpi yang nyata
Sekolah tempat kita belajar dan tumbuh bersama
Kenangan tentangmu, selalu dalam hati kami

Puisi Perpisahan Sekolah #4: Suatu Saat Nanti

(Tulisan Al Yanti Ependi dalam buku Rupa Rasa Asa Semesta Tercipta)

Tangisan yang kau keluarkan dari matamu
Tangan yang mengusap pipimu
Kenangan indah bersamamu
Jalan kecil kita akan lewati

Alangkah indahnya hidup jika bersama
Canda tawamu, akan kurindukan
Bahagia, sedih, kita bersama!
Semua rintangan akan kita lewati bersama
Aku akan merindukan hal itu suatu saat nanti

Puisi Perpisahan Sekolah #5: Di Ujung Senja, Sebuah Perpisahan

(Tulisan Putri Vinata Troyandi dalam buku Rupa Rasa Asa Semesta Tercipta)

Di ujung senja yang merona
Kau berdiri sendiri, menatap kepergian
Hatimu rapuh, teriris oleh kenyataan
Bahwa aku akan pergi, meninggalkanmu sendiri

AKu tahu tak mudah untukmu menerima
Kepergian yang akan segera terjadi
Namun, percayalah bahwa langkah ini kuambil
Demi kebaikan kita berdua, demi masa depan yang lebih baik

Kenangan manis yang kita bagi bersama
Akan selalu terpatri dalam hatiku
Meski kini harus berpisah sementara
Namun cinta kita tetap abadi, tak tergoyahkan

Doa-doa terbaikku menyertaimu
Di setiap langkah yang akan kau tempuh
Semoga kekuatan dan keberanian menyertaimu
Menyongsong hari-hari yang akan datang dengan tabah

Ketika waktu membawa kita kembali bersama
Kita akan bersuka cita dalam kebersamaan
Sebab cinta sejati tak pernah lekang oleh waktu
Dan kita akan bersatu kembali, dalam kebahagiaan yang abadi

Puisi Perpisahan Sekolah #6: Hymne Perpisahan

(Tulisan Ai Marhayanti dalam buku Antologi Sayembara Puisi Guru Renungan)

Bersama tak kami dustai waktu
Tak kami lupa tuk berpacu
Selalu terkenang kala kami terpencil
Di hamparan ladang kebingungan
Kebingungan yang menggertakkan harapan sebagai awal kebahagiaan

Ibu bapak guru, terima kasih tak terbalaskan atas
Ketulusan dan keikhlasanmu membimbing kami
Membuka halaman-halaman buku pengharapan
Hingga terbalaskan doa dan air mata orang tua kami

Kini tiba masanya kami tiba di puncak ketinggian
Dengan cita dan angan terbayang betapa engkau pernah
Mendendangkan harap, bahwa telah engkau perlihatkan semesta
Kau ingin kami mampu menafsirkan simbol-simbol kehidupan
Kala ditarik bintang harapan, agar tak terjatuh oleh batu keputusasaan

Asa yang takkan terlupa semoga kami dapatkan
Singgasana kejayaan tahta
Menghiasi masa kini dan nanti dengan jubah-jubah yang melimpah
Kujadikan keluruhan syukur atas kehangatan
Jasa tak kenal pamrih darimu

Untaian dawai indah doa tulus darimu tetap kami harap
Agar bisa terus melanjutkan cita-cita ini
Bangga kami saat kembali ke pelukan kedua orang tua
Yang tak pernah salah menitipkan kami di pangkuanmu
Tak terkira terima kasih ini
Terima kasih ibu-bapak guru, ayah, bunda
Terima kasih Tuhan Yang Maha Esa atas Maha Kuasamu
Dan Maha Ridho Mu

Puisi Perpisahan Sekolah #7: Sebuah Jarak

(Tulisan Nur Anisa dalam buku Rupa Rasa Asa Semesta Tercipta)

Mengungkap cerita
Tentang kebersamaan kita
Antara jarak dan perpisahan
Rangkaian kisah tak terulang

Sejauh perjalanan berlalu
Hari ke hari menyambut rindu
Seraya menuju impian
Menanti kebahagiaan

Tinggallah semua kenangan
Menaruhnya dalam ingatan
Kemarin ataukah esok bukanlah akhir pertemuan
Sebab waktu masih menanti kita di masa depan

Puisi Perpisahan Sekolah #8: Perpisahan

(Tulisan Siti Zaleha M Hashim dalam buku Puisi Tunas Bangsa)

Dengarlah teman aduhai taulan
Hatiku ini hiba dan rawan
Laksana malam kehilangan bulan
Kerana tibanya perpisahan

Sekolah ini penuh sejarah
Kita bersama senang dan susah
Walaupun kita akan berpisah
Kenang selalu waktu yang indah

Aduhai kawan bersopan santun
Budimu jernih laksana embun
Sepuluh jari kini kususun
Terkasar bahasa mohon diampun

Bertahun-tahun jadi sahabat
Jangan kau lupa mengirim surat
Jauh di mata di hati dekat
Semoga hidupmu dilimpahi rahmat

Dengarlah wahai teman sejati
Kuatkan azam di dalam hati
Apabila sudah berjaya nanti
Jangan lupa menabur bakti

Puisi Perpisahan Sekolah #9: Langkah Terakhir di Lorong Kenangan

Di ujung lorong yang kini sunyi
Langkah kita menyisakan jejak yang takkan mati
Dinding-dinding sekolah, saksi segala tawa dan tangis
Kini tinggal gema yang perlahan mengiris

Pagi-pagi yang dulu riuh oleh canda
Kini menjadi sunyi yang bicara pada mata
Kita pernah duduk dalam deret bangku itu
Berbagi mimpi, rasa, dan rindu yang semu

Guratan kapur di papan tulis bukan sekadar pelajaran
Tapi coretan cinta dari para pahlawan tanpa tanda jasa
Mereka yang mengajari kita bukan hanya angka dan kata
Tapi juga arti hidup, jujur, dan setia

Teman seperjuangan, kalian adalah bait-bait puisi
Yang kutulis dengan hati, bukan hanya sekali
Dalam tangis ujian dan gelak lomba kelas
Kita tumbuh, jatuh, dan bangkit dalam satu napas

Kini lonceng terakhir telah berdentang
Mengantar kita ke arah yang tak lagi sama
Namun ikatan ini, kawan, takkan pernah hilang
Meski raga terpisah oleh jarak dan waktu yang lama

Aku titipkan rindu pada kenangan di bangku belakang
Pada senyum guru yang menenangkan
Pada genggaman tangan saat kita saling menguatkan
Pada mimpi-mimpi kecil yang diam-diam kita panjatkan

Jangan lupakan-meski dunia akan berubah
Di sekolah ini, kita pernah jadi satu langkah
Langkah yang mungkin kecil bagi dunia
Tapi besar bagi hati yang mengenangnya

Perpisahan ini bukan akhir segalanya
Melainkan awal dari cerita yang lebih berwarna
Selamat tinggal, sekolah tercinta
Kami pergi bukan untuk melupakan
Tapi untuk membuktikan bahwa cinta kami abadi dalam kenangan

Puisi Perpisahan Sekolah #10: Perpisahan

(Tulisan Talita Artanti dalam buku Rupa Rasa Asa Semesta Tercipta)

Terdapat anomali bernama waktu
Menghadirkan pertemuan dan perpisahan
Mempertemukan manusia, lalu memisahkan mereka
Terpaksa berbalik arah untuk mencapai tujuan yang berbeda
Mengucapkan selamat tinggal dengan lapang dada

Seragam abu-abu tidak lagi dikenakan
Tersimpan di dalam kotak penuh isi, bernama hati
Di bawah atap yang menaungi kita
Semua mengucap satu kata yang sama
Selamat tinggal
Bibir bergerak untuk mengulang kata yang sama
Selamat tinggal

Kita dipertemukan oleh waktu
Kita dipisahkan oleh waktu
Sebab waktu akan terus berputar
Sebab takdir akan membawa kita pada jalan yang berbeda
Waktu akan membuat kita menghadapi setiap kemungkinan
Namun, kita tidak akan melupakan setiap kenangan

Perpisahan merupakan awal baru
Berakhir pada pertemuan lainnya
Pertemuan yang mengingatkan pada waktu itu
Seragam putih abu-abu dan kenangan akan perpisahan sebab waktu
Selamat tinggal
Setiap senyum akan diingat oleh takdir
Setiap mimpi akan dipertemukan oleh waktu
Perpisahan akan bertemu dengan pertemuan

Puisi Perpisahan Sekolah #11: Saat Bel Pulang Tak Kembali

Langkah kaki menapak perlahan
Lorong sunyi jadi kenangan
Tawa riang kini tinggal gema
Di dinding kelas yang mulai bisu suaranya

Guruku, teman-temanku tercinta
Kalian bagian dari cerita
Perpisahan ini bukanlah lupa
Tapi titipan rindu sepanjang masa

Esok kita tak duduk bersama
Tapi hati tetap saling menyapa
Sekolah ini mungkin kita tinggalkan
Tapi kenangannya, tak pernah terlupakan

Puisi Perpisahan Sekolah #12: Aku, Kamu, dan Sekolah

(Tulisan Dinda Suci K dalam buku Putih Suaraku Puisi dari Hati)

Di bangku sekolah, kita bertemu
Aku, kamu, dan riuh rendah teman-teman
Di antara dinding-dinding tempat kita tumbuh
Kita pernah saling berbagi cerita dan pengalaman
Di bangku sekolah, kita belajar
Kita tumbuh untuk menjadi pribadi yang lebih baik setiap harinya
Meski ada ujian dan tantangan yang menantang
Kita saling mendukung dan terus melangkah
Di bangku sekolah, tempat kita mengejar mimpi-mimpi
Menjadi pondasi untuk masa depan yang gemilang
Aku, kamu, dan teman-teman, bersama-sama
Membentuk ikatan persahabatan
Meski nanti kita berpisah, jalan hidup kita berbeda
Namun setidaknya kita pernah memiliki cerita dan tujuan yang sama
Aku, kamu, dan sekolah, pernah menjadi bagian dari cerita
Yang tak akan pernah dilupakan sepanjang masa

Puisi Perpisahan Sekolah #13: Sekolah Kita

(Tulisan Eka Diva Handayani dalam buku Antologi Puisi Menjadi Rasa yang Sama)

Suatu hari nanti kita akan berpisah
Karena suatu saat nanti kita akan lulus sekolah
Tolong teman-teman
Jangan pernah berubah
Pernah susah senang bersama
Setelah ini kita tidak akan bertemu lagi
Tidak ada penjaga gerbang, petugas kebersihan
Dan penjaga kantin
Perpisahan ini sangat berat
Jagalah nama baik sekolah kita

Puisi Perpisahan Sekolah #14: Tersisa di Papan Tulis

Aku bukan siapa-siapa
Hanya murid biasa dengan mimpi sederhana
Yang pernah duduk di bangku ketiga dari depan
Mencatat harapan dengan pensil yang mudah patah

Kalian
Teman sebangku dalam diam
Penjaga rahasia saat ujian datang
Penebar tawa di tengah pelajaran yang membosankan

Guru
Bukan sekadar pengisi jam
Tapi peluk dalam bentuk nasihat
Pahlawan tanpa jubah yang tak butuh sorot kamera

Kini halaman terakhir sudah ditutup
Tinta tinggal noda
Papan tulis dihapus
Tapi sisa debunya menetap di dada

Esok kita berjalan di jalan yang berbeda
Namun satu arah tetap sama
Pulang ke kenangan
Tempat kita pernah belajar jadi manusia

Puisi Perpisahan Sekolah #15: Di Balik Jendela yang Pernah Terbuka

Ada angin yang tak bisa kita genggam
Seperti waktu yang perlahan meninggalkan halaman
Di balik jendela kelas yang dulu terbuka
Ada cahaya pagi dan suara langkah pertama

Papan tulis tak lagi penuh coretan
Tapi aku masih ingat setiap bisikan
Ketika guru menyelipkan doa dalam pelajaran
Ketika teman menyelamatkan hati yang hampir karam

Kita bukan hanya lulus dari sekolah
Tapi lulus dari masa di mana mimpi masih polos
Lulus dari tangis yang diam-diam jatuh saat ujian
Lulus dari tawa yang tumbuh di sela kelelahan

Kini
Langit sekolah tetap biru
Tapi kita tak lagi duduk di bawahnya
Bangku kosong menanti kisah baru
Sedang kita
Melangkah dengan sepatu kenangan yang tak akan usang

Selamat tinggal bukan akhir dari cerita
Tapi salam pelan pada masa yang akan selalu kita jaga
Karena di balik jendela yang pernah terbuka
Hati kita tetap tinggal
Bersama waktu yang tak pernah benar-benar pergi

Nah, itulah 15 puisi perpisahan sekolah yang bisa detikers gunakan sebagai referensi. Semoga dapat membantumu menciptakan suasana perpisahan yang hangat lagi haru, ya!



Simak Video "Puisi Puasa Bareng detikers"

(sto/apu)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork