Hal itu diungkapkan Meutya saat menjadi pembicara utama di acara Komdigi Menjangkau: Campus, We're Coming! AI, Day: Job Fair and IT Education Fair di Grha Sabha Pramana UGM.
"Menurut survei dari Tirto dan Jakpat, 87 persen pelajar Indonesia menggunakan AI untuk mengerjakan tugas mereka. Ini yang perlu jadi catatan," kata Meutya, Rabu (11/12/2024).
Saat ini di Indonesia telah memiliki panduan etika penggunaan AI. Hal ini sebagai rambu-rambu dalam pengembangan dan penggunaan AI.
"Karena kita sadar dengan kreativitas anak-anak muda kita maka etiknya harus dijaga ada batasan, karena memang kita negara yang amat sangat kreatif," ujarnya.
Dia membeberkan, saat ini Indonesia menduduki peringkat ketiga pengguna AI terbesar di dunia. Meski sebagian besar belum menyadari teknologi yang digunakan berbasis AI.
"Indonesia menduduki peringkat ketiga sebagai pengguna AI terbanyak di dunia. Jadi meskipun mungkin belum menyadari bahwa teknologi yang digunakan berbasis AI, sebetulnya sudah menjadi pengguna dari kecerdasan artifisial yaitu dengan angka 1,4 miliar kunjungan ke platform-platform AI. Hal ini menunjukkan betapa besar antusiasme dan potensi AI di kalangan masyarakat kita," ucapnya.
Dia bilang, di tahun 2025 AI akan menggantikan sekitar 85 juta pekerjaan. Namun, peluang pekerjaan yang muncul dengan adanya AI ini jauh lebih tinggi.
"AI akan menggantikan sekitar 85 juta pekerjaan di tahun 2025 tapi di saat yang bersamaan menciptakan 90 juta pekerjaan baru di bidang AI data science dan kolaborasi manusia AI. Artinya ada yang hilang banyak yang datang, makanya kita anggap ini peluang," katanya.
Meski begitu, dia yakin AI tidak akan mengurangi peran manusia. Justru sebaliknya akan banyak membuat manfaat bagi manusia.
"AI tidak mengurangi peran kita, ini juga harus kita sadari sejak awal. Bukan menggantikan manusia tapi memperbesar dampak kita, kemanfaatan kita sebagai manusia," ujarnya.
Ditemui usai mengisi acara itu, Meutya menegaskan pernyataannya terkait 87 persen pelajar yang menggunakan AI untuk mengerjakan tugas. Dia bukan prihatin karena mereka menggunakan AI namun lebih untuk mengingatkan agar lebih bijak lagi dalam memanfaatkan teknologi.
"Ya nggak. Bukan keprihatinan tapi mengingatkan saja bahwa kita perlu wisdom untuk menggunakan teknologi untuk pemanfaatan bukan untuk hal-hal yang tidak baik," pungkas dia.
(apl/apu)
Komentar Terbanyak
Jawaban Menohok Dedi Mulyadi Usai Didemo Asosiasi Jip Merapi
PDIP Jogja Bikin Aksi Saweran Koin Bela Hasto Kristiyanto
Direktur Mie Gacoan Bali Ditetapkan Tersangka, Begini Penjelasan Polisi