Tujuan Ortu Mendiang Marchia Mahasiswa UGM Tempuh 3 Ribu Km Naik Mobil

Tujuan Ortu Mendiang Marchia Mahasiswa UGM Tempuh 3 Ribu Km Naik Mobil

Muhammad Iqbal Al Fardi - detikJogja
Jumat, 16 Agu 2024 22:33 WIB
Kedua orang tua mendiangΒ MarchiaΒ mahasiswi UGM, Sebastian dan Napitupulu saat ditemui di Wonosari, Gunungkidul,Β Jumat (16/8/2024).
Kedua orang tua mendiang Marchia mahasiswi UGM, Sebastian dan Napitupulu saat ditemui di Wonosari, Gunungkidul, Jumat (16/8/2024). Foto: Muhammad Iqbal Al Fardi/detikJogja
Gunungkidul -

Sebastian Hutabarat (54) dan Tiurniari Napitupulu (52) kehilangan putri keduanya, Marchia R.M. Hutabarat (18), sebelum anaknya menjajaki bangku kuliah di FEB UGM. Karena itu, mereka berdua bersama anak sulungnya, Nada (19) menempuh jarak 3 ribu kilometer dari kampung halaman ke Jawa untuk napak tilas mendiang Marchia.

Jarak 3 ribu km itu ditempuh dari rumah mereka di Kecamatan Balige, Kabupaten Toba, Sumatera Utara menuju Jogja pada 20 Juli 2024 untuk menapak tilas almarhumah Marchia. Diketahui, Marchia meninggal di Nepal Van Java di Magelang, Jawa Tengah, pada 17 Juni 2024 lalu.

Keberangkatan mereka juga sekaligus untuk mengantar Nada yang masih mengenyam pendidikan di ISI Jogja. Mereka memilih jalur darat dengan mengendarai sebuah mobil.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Akhirnya kami sengaja meski keluarga tidak setuju dengan naik darat pakai mobil. 3 ribu km kami tempuh pakai mobil supaya kami bisa banyak waktu bertiga di jalan,," ujar Sebastian saat ditemui wartawan di Wonosari, Gunungkidul, Jumat (16/8/2024) petang.

"Tujuannya saling mengenal, saling men-support dalam kedukaan termasuk mempersiapkan mental dia (Nada). Jadi bukan hanya napak tilas. Bagaimana lah supaya how interact in love. Tapi ini cara yang terbaik melalui ini," imbuh sang istri, Tiurniari.

ADVERTISEMENT

Pada Kamis (15/8) malam, mereka bertiga pergi ke Obelix Sky View di Purwosari, Gunungkidul. Sebab, Marchia pernah mengunjungi objek wisata buatan itu pada 13 Juni 2023.

Sebastian mengatakan dirinya ingin merasakan makanan pesanan mendiang putrinya itu. Selain itu mereka bertiga juga berfoto dan duduk di bangku yang sama seperti yang dilakukan Marchia.

"Kami pesan makanan yang Marchia suka, di mana dia foto kami jalani, di mana dia duduk saya coba rasakan itu. Makanan apa yang dia suka, kenapa dia suka itu," kisahnya.

Selanjutnya, Sebastian mengatakan mereka bertiga akan mengunjungi penginapan di mana Marchia mengembuskan napas terakhirnya. Bahkan dia mengatakan akan memesan kamar yang sama hingga merasakan bantal yang digunakan Marchia beristirahat.

"Nanti akan kami jalani lagi tempat itu. Sampai kalau bisa kami akan menginap di kamar yang sama. Saya akan tidur di bantal yang sama," ungkapnya.

Keluarga Marchia mengungkapkan tidak menyalahkan pihak manapun atas meninggalnya mahasiswi yang terdaftar di FEB UGM itu. Pun mereka tidak akan menyalahkan siapa pun.

"Tidak ada kesalahan penginapan itu, tidak ada. Kami tidak akan menyalahkan siapa pun," ungkapnya.

Malah Tiurniari mengungkapkan dirinya begitu mencintai Nepal Van Java itu. Baginya tempat itu spesial sebagai tempat putrinya meninggal. Bahkan dia menilai tempat itu bukan tempat sial.

"Kita akan ke sana lah, ke tempat dia kembali. Saya merasa tempat itu spesial karena Tuhan memilih dia pergi, bukan tempat sial. Saya in love with them," tuturnya.

Keluarga mendiang Marchia sempat mengunjungi pameran tunggal di Tirtodipuran. Sang ibu pun menangis di sana. Simak di halaman berikutnya:

Selain Obelix Sky View dan Nepal Van Java, Sebastian mengungkapkan keluarganya juga mengunjungi pameran tunggal di Tirtodipuran, Jogja. Dia mendapatkan saran untuk mengunjungi pameran tersebut dari novelis ternama, Dewi Lestari.

Orang tua Marchia R.M. Hutabarat saat mengikuti kuliah perdana di FEB UGM, menggantikan putri mereka yang sudah meninggal, Rabu (14/8/2024).Orang tua Marchia R.M. Hutabarat saat mengikuti kuliah perdana di FEB UGM, menggantikan putri mereka yang sudah meninggal, Rabu (14/8/2024). Foto: dok. UGM

"Ada satu pameran yang bagus kemarin di Tirtodipuran di Jogja. Dewi Lestari yang bilang 'kalau masih sempat abang harus ke sana'," tuturnya.

Pada pameran tersebut terdapat patung Bunda Maria yang menggendong Yesus Kristus yang meninggal. Patung tersebut terletak di tempat yang gelap dengan ornamen air yang mengalir dari atas.

"Apa yang terjadi, gelap semua, ada air, ada patung bunda Maria yang menggendong Yesus yang mati setelah disalib," kata Sebastian.

Sebastian bilang istrinya berlinang air mata saat melihat patung tersebut. Istrinya mengingat bagaimana menggendong Marchia saat meninggal di sebuah penginapan di Nepal Van Java.

"Nangis lah terus dia (Tiurniari) karena dia rasakan betul seperti itu dia menggendong Marchia (saat meninggal)," ungkapnya. "Saya bisa rasakan momen itu di mana seorang ibu menggendong jasad anaknya," lanjutnya.

Akhir dari napak tilas itu, kata Sebastian, adalah Nepal Van Java di mana Marchia meninggal. Malam ini mereka bertiga pergi ke Solo.

"Puncak dari trip ini ke Nepal Van Java," pungkasnya.

Sebelumnya, mereka bertiga sempat mengikuti kelas yang seharusnya diikuti oleh mendiang Marchia di FEB UGM pada Rabu (14/8). Suasana kelas pun haru.

Di kelas itu mereka diminta untuk menceritakan kepergian Marchia. Sebastian mengatakan dirinya seakan melihat anak bungsunya itu ada di tengah-tengah teman sekelas Marchia.

"Seperti saya melihat Marchia hadir dengan anak-anak yang lain," ujarnya.

Tiurniari mengungkapkan seisi kelas tersebut menangis. Tiurniari juga mengatakan berdasarkan pengakuan Rina insiden tersebut bisa terjadi kepada siapa pun.

"Semuanya nangis di kelas," ungkapnya.


Hide Ads