Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) mengaku tidak akan membuka jurusan pertambangan usai Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah menyatakan siap mengelola tambang yang diberikan pemerintah. UMY mengaku lebih fokus mengembangkan artificial intelligence (AI).
"Mboten (tidak), mboten, tidaklah," kata Rektor UMY, Prof. Gunawan Budiyanto kepada detikJogja, Senin (29/7/2024). Gunawan menjawab pertanyaan soal kemungkinan UMY membuka jurusan pertambangan usai PP Muhammadiyah resmi menyatakan ikut mengelola tambang.
Menurutnya, sudah banyak perguruan tinggi yang memiliki jurusan pertambangan, sehingga UMY memilih tidak membuka jurusan tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jadi itu (jurusan pertambangan) kan sudah banyak yang membuka ya, yang lain," ucapnya.
Gunawan mengaku ketimbang membuka jurusan pertambangan lebih fokus mengembangkan AI di UMY. Mengingat saat AI memiliki dampak positif bagi pembelajaran mahasiswa.
"Kita malah justru ingin mengembangkan AI di UMY, kalau tambang nggak," ujarnya.
Sebelumnya, PP Muhammadiyah menyatakan siap mengelola tambang yang diberikan pemerintah. Ketua Umum (Ketum) PP Muhammadiyah Haedar Nashir mengatakan keputusan itu diambil setelah melalui kajian mendalam hingga diwarnai pro-kontra di internal.
"Khusus tentang tambang, kami memang sebagaimana karakter kami, Muhammadiyah, ketika ada tawaran resmi yang tentu ini punya political will yang baik dari pemerintah, tidak serta merta menerima tapi juga tidak serta merta langsung menolak," kata Haedar dalam konferensi pers usai Konsolidasi Nasional Muhammadiyah, Minggu (28/7).
Haedar menegaskan pihaknya selalu menerapkan disiplin ilmu dalam setiap pergerakan Muhammadiyah. Muhammadiyah, kata Haedar, juga mencermati konteks kehidupan masyarakat di tingkat lokal hingga nasional.
"Karena kami selalu punya prinsip menerima menolak dan melakukan langkah apapun dalam pergerakan Muhammadiyah itu harus berdasarkan oleh ilmu yang diajarkan oleh Islam. Juga berbasis pada pemikiran-pemikiran Muhammadiyah yang kita popularisasikan yakni berbasis pada pandangan Islam berkemajuan," ujar Haedar.
"Serta juga melihat berbagai konteks kehidupan, di tingkat baik lokal maupun nasional, maka Muhammadiyah selama dua bulan lebih itu memang mengkaji masalah pengelolaan tambang ini," tambahnya.
(aku/ahr)
Komentar Terbanyak
Amerika Minta Indonesia Tak Balas Tarif Trump, Ini Ancamannya
Pengakuan Lurah Srimulyo Tersangka Korupsi Tanah Kas Desa
Catut Nama Bupati Gunungkidul untuk Tipu-tipu, Intel Gadungan Jadi Tersangka