Contoh Resensi Buku Lengkap dengan Cara Membuatnya

Contoh Resensi Buku Lengkap dengan Cara Membuatnya

Nindasari - detikJogja
Kamis, 23 Mei 2024 13:26 WIB
Ilustrasi Buku
Ilustrasi resensi buku Foto: Freepik
Jogja -

Teks resensi menjadi salah satu materi Bahasa Indonesia yang dipelajari oleh siswa SMP maupun SMA. Bagi siswa yang membutuhkan contoh resensi buku dan panduan cara membuatnya bisa menyimak artikel berikut ini.

Dikutip dari Buku "Modul Pembelajaran SMA Bahasa Indonesia Kelas XI", teks resensi sebagai artikel jurnalistik sangat mengutamakan tulisan yang bersifat komunikatif, efektif, menarik, dan nyaman dibaca. Dalam arti lain, teks resensi memuat ragam bahasa jurnalistik.

Namun, apakah kalian telah mengetahui bagaimana cara membuat resensi buku? Simak rangkuman dari tim detikJogja di bawah ini yang berisikan contoh resensi buku lengkap dengan cara membuatnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Contoh Resensi Buku

Dikutip dari Jurnal Penyuluhan Institut Pertanian Bogor, berikut merupakan contoh dari resensi buku yang dapat menambah inspirasi kalian.

Resensi Buku oleh Siti Amanah

ADVERTISEMENT

Judul Buku: Personal Quality Management: Mengefektifkan Pengelolaan Diri dengan Mengaktifkan Empat Pilar Kualitas Pribadi

Pengarang: E. Widijo Hari Murdoko

Penerbit: PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia Jakarta

Tahun terbit: 2006

ISBN : 979-20-8676-5

Jumlah halaman : 210 halaman

Buku ini terasa pas dengan kiat pengembangan diri yang menjadi bagian dalam upaya transformasi perilaku manusia. Diuraikan dalam buku bahwa perjalanan dan upaya setiap individu untuk mewujudkan kualitas pribadi yang utuh merupakan proses sepanjang hidup. Hal ini berimplikasi bahwa mewujudkan perubahan pada diri seseorang merupakan hal yang tidak mudah. Dalam hal ini, penulis buku menawarkan empat pilar yang perlu dijadikan pondasi untuk mewujudkan pengelolaan kualitas pribadi, yaitu: (i) kesadaran diri, (ii) pengaturan diri, (iii) pembiasaan diri, dan (iv) evaluasi diri.

Personal Quality Management diartikan sebagai suatu keterampilan yang dimiliki seseorang dalam mengelola diri sendiri agar mampu mencapai kualitas pribadi yang bermanfaat bagi diri sendiri, orang lain dan lingkungannya, meliputi keluarga, lingkungan kerja, dan masyarakat. Penulis buku menyajikan buku tersebut menjadi enam bab yaitu: Bab I tentang Personal Quality Management; Bab II Empat Pilar Personal Quality Management; Bab III sampai dengan Bab VI membahas masing- masing Pilar Personal Quality Management, yaitu Bab III tentang kesadaran diri, Bab IV tentang pengaturan diri, Bab V tentang pembiasaan diri, dan Bab VI tentang evaluasi diri. Bab VII Penutup.

Buku ini mengemukakan bahwa sikap mental merupakan fondasi perilaku. Sikap mental yang positif perlu dikembangkan agar interaksi antar manusia berjalan dengan semestinya, dan menghindari terjadinya konflik yang tidak perlu. Seringkali seseorang melihat tingkah laku orang lain pada permukaannya, dan tanpa analisis mendalam sudah langsung memvonis tindakan orang lain dengan kacamatanya sendiri. Kecuali, bagi individu yang sudah memiliki pengelolaan kepribadian yang berkualitas, sebelum memvonis tindakan orang lain, maka ada proses melihat ke dalam dan ke luar diri, sehingga menjadi lebih obyektif dalam mencermati tingkah laku.

Bahwa kualitas pribadi seseorang diukur bukan dari apa yang dikatakannya, tetapi dinilai dari apa yang dilakukannya, begitu dikatakan oleh penulis buku. Hal ini tak terbantahkan lagi, terlebih di Program Studi Ilmu Penyuluhan, maka kita harus mampu menunjukkan hasil karya nyata, dan tidak hanya sekedar berkata-kata saja tanpa tindakan nyata. Masyarakat atau lingkungan sulit untuk berubah, jika tidak ada contoh, tidak ada upaya mengembangkan kesadaran diri, pengembangan motivasi, pilihan-pilihan sebagai solusi atas masalah, dan inovasi yang dibutuhkan oleh masyarakat. Terlebih pada situasi dan kondisi bangsa yang kian rumit di berbagai segi, kita tidak perlu banyak komentar, yang diperlukan adalah kerja nyata untuk memperbaiki situasi.

Dari keempat pilar Personal Quality Management, maka untuk bisa berubah seseorang harus sadar akan dirinya sendiri dahulu, baik kelebihan maupun kekurangannya. Dengan kesadaran diri yang penuh, seseorang perlu mengatur diri sendiri untuk dapat mencapai harapan atau tujuan hidup. Perencanaan yang matang dan pelaksanaan rencana secara tepat dengan potensi yang dimiliki akan mempermudah seseorang mencapai tujuan hidup. Tak kalah pentingnya adalah kemampuan untuk beradaptasi terhadap lingkungan, akan mempermudah kita dalam membawa diri, dan pengendalian emosi sangat penting dalam bergaul. Secara singkat, untuk pengaturan diri diperlukan kemampuan untuk mengelola waktu dan emosi secara efektif, dan menentukan prioritas. Bahwa kegagalan yang terjadi ketika sedang berusaha mengubah diri dan lingkungan bukan akhir dari segalanya. Selain itu, perlu disadari bahwa berhasil tidaknya seseorang, sebagian besar ditentukan oleh diri sendiri.

Bahwa setiap kehidupan berjalan terus melalui perubahan dari waktu ke waktu. Untuk itu, agar seseorang "tidak tersiksa" dengan berbagai perubahan yang ada, maka harus ada upaya untuk mengembangkan kemauan untuk berubah dalam diri kita sendiri. Tanpa itu semua, maka kehidupan ini akan stagnan dan monoton. Persepsi, sikap, tindakan, dan kebiasaan merupakan siklus yang umum dari sebuah fenomena upaya seseorang mampu mengelola perubahan. Dalam dunia penyuluhan, untuk membiasakan seseorang atas perubahan, seyogyanya harus dimulai dari kebutuhan dan kesadaran diri. Tanpa kesadaran diri yang penuh, maka bisa jadi seseorang akan kembali ke titik semula. artinya hanya perubahan semu yang terjadi. Banyak contoh ketika perubahan itu bukan karena kesadaran diri. Misalnya budaya tertib lalu lintas, pengendara motor tanpa helm, dan hanya menggunakan helm jika ada polisi atau ada razia; membuang sampah tidak pada tempatnya, dan sebagainya.

Dalam tahap evaluasi diri, maka setiap individu harus sadar bahwa kita bukan orang yang sempurna. Karenanya, kita harus siap terhadap kritik dan mau berbenah diri untuk mencapai pribadi yang berkualitas. Tidak semua orang siap dengan kritik, oleh karenanya, sikap lapang dada (legowo) dan terbuka merupakan kunci untuk dapat hidup untuk pengembangan diri.

Secara umum, buku ini bermanfaat bagi penggerak perubahan di masyarakat apakah itu penyuluh, pendamping, anggota LSM, guru, pemimpin, pun juga murid. Kritik terhadap buku ini adalah, kurangnya contoh-contoh kasus di lapangan tentang keberhasilan individu, kelompok, ataupun komunitas dalam mengelola aspek kepribadian yang bermutu. Selain itu, rangkaian bahasan dalam buku sesudah Bab VI tentang Evaluasi Diri, langsung Penutup, semestinya sebelum Penutup, ada kristalisasi dahulu tentang strategi pengaktifan empat pilar kualitas diri pada berbagai kepribadian atau pada berbagai tipologi kelompok. Terlepas dari kelemahan tersebut, buku ini cukup enak untuk dibaca karena memberikan inspirasi kepada kita untuk berbenah diri, karena hidup ini hanya sekali

Cara Membuat Resensi Buku

Dikutip dari Buku "Cara Efektif Meresensi Buku", di bawah ini merupakan rangkuman beberapa cara menulis resensi buku.

  • Kalian harus membaca dan memahami isi dari buku yang akan diresensi terlebih dahulu, karena tulisan resensi harus memuat gambaran buku tersebut secara utuh.
  • Selanjutnya, kalian dapat melakukan analisis dengan tajam dan menggunakan nalar. Kalian dapat memulai dengan mencari bukti maupun alasan terkait manfaat dari buku tersebut untuk pembacanya.
  • Dan yang terakhir, penggunaan bahasa harus jelas, lugas, dan terstruktur, hindari kalimat panjang dan bertele-tele. Hal tersebut ternyata berpengaruh terhadap minat dan tingkat kemudahan pembaca dalam memahami tulisan kalian.

Nah, itulah contoh resensi buku yang dilengkapi dengan cara membuatnya. Semoga bermanfaat ya, Dab.

Artikel ini ditulis oleh Nindasari, peserta Program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.




(par/aku)

Hide Ads