- Pengertian Teks Anekdot
- Tujuan Teks Anekdot
- Ciri-ciri Teks Anekdot
- Struktur Teks Anekdot
- Kaidah Kebahasaan Teks Anekdot
- Contoh Teks Anekdot Teks Anekdot 1: Bebas Hukuman Teks Anekdot 2: Sanjungan Teks Anekdot 3: Saksi Teks Anekdot 4: Obrolan Para Presiden di Dalam Pesawat Teks Anekdot 5: Tidak Terlalu Dalam
Apakah detikers pernah mendengar atau membaca cerita lucu? Cerita lucu atau anekdot sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari untuk menghibur di tengah-tengah kesibukan. Lantas, apa sebenarnya teks anekdot itu?
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, anekdot diartikan sebagai cerita pendek lucu yang umumnya berkaitan dengan tokoh terkenal atau berdasarkan peristiwa nyata. Anekdot dibuat untuk memberikan hiburan semata, walaupun terkadang juga diselipkan tujuan lain seperti sindiran berbalut komedi.
Meski hanya berfungsi sebagai dagelan, teks anekdot memiliki kaidah-kaidah tersendiri dalam penulisannya. Yuk, simak rangkuman selengkapnya di bawah ini yang disadur dari buku Struktur dan Kebahasaan Teks Anekdot terbitan Kemdikbud.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pengertian Teks Anekdot
Teks anekdot adalah tulisan pendek yang bersifat lucu dan mengangkat berbagai topik, seperti pendidikan, politik, hukum, sindiran, kritikan, dan lainnya. Teks anekdot sering kali ditulis berdasarkan pengalaman hidup seseorang.
Lalu, apakah teks anekdot harus mengandung unsur humor? Secara umum, teks anekdot di Indonesia banyak yang bersifat lucu, meskipun sebenarnya teks anekdot tidak selalu harus lucu. Yang terpenting, teks tersebut harus singkat dan menarik.
Mayoritas teks anekdot di Indonesia juga cenderung bersifat sindiran, kritik atau cemoohan terhadap tokoh-tokoh penting yang melakukan tindakan kontroversial. Namun sekali lagi, teks anekdot memiliki beragam pendekatan dan tidak harus selalu bernada negatif. Bahkan ada juga anekdot yang bertujuan sebagai refleksi religi.
Tujuan Teks Anekdot
Menurut buku Teks Anekdot karya Maharani Sikumbang, teks anekdot mempunyai setidaknya tiga tujuan dalam pembuatannya. Yang pertama adalah untuk membangkitkan tawa bagi pembacanya. Penggunaan elemen-elemen humor, seperti punchline atau twist yang tak terduga menjadi kunci dalam mencapai tujuan ini.
Yang kedua adalah sebagai sarana penghibur. Anekdot berfungsi sebagai sarana penghibur dengan menyampaikan cerita atau kisah yang ringan sehingga pembaca tidak perlu berpikir banyak atau terbebani dengan keseriusan saat membaca atau mendengarnya.
Yang terakhir, yaitu sebagai sarana pengkritik. Anekdot juga digunakan sebagai medium untuk menyuarakan pendapat dengan cara yang menghibur, tetapi tetap memiliki muatan kritik. Oleh karena itu, anekdot kerap menjadi alat yang efektif untuk menyampaikan pesan kritis tanpa menghilangkan unsur humor.
Ciri-ciri Teks Anekdot
Setelah mengetahui tujuannya, teks anekdot juga memiliki beberapa karakteristik antara lain sebagai berikut.
- Bersifat humor atau lelucon, artinya teks anekdot berisikan kisah-kisah lucu
- Bersifat menggelitik, artinya pembaca akan merasa terhibur dengan kelucuan yang tersaji dalam teks
- Bersifat menyindir
- Bisa jadi isinya mengenai tokoh penting
- Memiliki tujuan tertentu
- Cerita yang disajikan hampir menyerupai dongeng
Struktur Teks Anekdot
Selanjutnya adalah struktur teks anekdot. Sama seperti jenis teks lainnya dalam bahasa Indonesia, teks anekdot juga memiliki struktur tulisan.
1. Abstrak
Abstrak merupakan bagian awal dari teks anekdot yang memberikan gambaran mengenai substansi teks. Umumnya, bagian ini mengungkapkan hal unik yang akan dibahas dalam teks tersebut.
2. Orientasi
Orientasi adalah bagian yang membahas permulaan suatu kejadian atau memberikan informasi latar belakang mengenai suatu peristiwa. Penulis biasanya menyajikan cerita dengan rincian di bagian ini untuk merujuk pada penyebab terjadinya krisis, konflik, atau peristiwa kunci.
3. Krisis
Krisis atau komplikasi dalam teks anekdot merujuk pada bagian yang menggambarkan situasi atau masalah yang dialami oleh penulis atau tokoh dalam cerita. Krisis diartikan sebagai momen ketidakpuasan atau kejanggalan. Dalam kata lain, bagian ini menyajikan elemen humor yang menggelitik dan memicu tawa sehingga menjadi inti dari peristiwa dalam anekdot.
4. Reaksi
Bagian ini menjelaskan tindakan apa yang diambil oleh penulis atau tokoh yang diceritakan dalam menangani masalah yang muncul pada bagian krisis. Reaksi dapat berupa sikap kritik atau bahkan tawa. Bagian ini sering kali bersifat mengejutkan, tak terduga, bahkan mencengangkan.
5. Koda
Koda adalah bagian terakhir yang berisi kesimpulan mengenai peristiwa yang dibahas oleh penulis. Isinya dapat berupa persetujuan, komentar atau penjelasan terhadap cerita yang disajikan sebelumnya.
Kaidah Kebahasaan Teks Anekdot
- Teks anekdot memiliki unsur kebahasaan yang khas dan cukup berbeda dari jenis-jenis teks bahasa Indonesia pada umumnya.
- Menggunakan kalimat yang menyatakan peristiwa masa lalu
- Menggunakan kalimat retoris atau kalimat yang tidak memerlukan jawaban
- Banyak menggunakan konjungsi yang menyatakan hubungan waktu, seperti kemudian, lalu
- Menggunakan kata kerja aksi, seperti membaca, berbicara, berjalan
- Banyak menggunakan kalimat perintah dan kalimat seru, terutama anekdot yang dituliskan dalam bentuk dialog
Contoh Teks Anekdot
Setelah mengetahui pengertian, tujuan, ciri-ciri, struktur teks, hingga kaidah kebahasaan teks anekdot, berikut adalah beberapa contoh teks anekdot yang bisa dibaca.
Teks Anekdot 1: Bebas Hukuman
Pada suatu pagi yang cerah, di sebuah ruangan kelas sedang berlangsung proses pembelajaran. Dikarenakan kondisinya begitu santai, maka sang guru pun terlibat percakapan dengan salah satu muridnya.
Murid: "Bu, ibu guru tanya bu!"
Ibu Guru: "Ya silakan, apa yang ingin kamu tanyakan Pul?"
Murid: "Bu guru, sebenarnya boleh tidak seseorang dihukum karena perbuatan yang belum dilakukannya?"
Ibu Guru: "Ya jelas tidak boleh dong. Seseorang itu baru boleh dihukum apabila dia terbukti bersalah Pul."
Murid: "Alhamdulillah Bu, jadi saya bebas hukuman ya Bu? Soalnya saya belum mengerjakan PR.
Ibu Guru: "Ooohhh.... dasar bocah!"
Teks Anekdot 2: Sanjungan
Setelah lulus dari ujian negara di Beijing, seorang pria muda ditunjuk sebagai pejabat pemerintahan ibukota provinsi. Dia pergi untuk mengucapkan selamat tinggal kepada mentornya, yang merupakan seorang menteri pemerintahan senior.
"Bekerja di lokasi provinsi seperti itu tidaklah mudah. Kamu harus berhati-hati," kata sang mentor.
"Baiklah. Terima kasih Bapak," kata anak muda itu. "Mohon jangan khawatir. Saya telah menyiapkan seratus ungkapan semanis madu di benak saya. Kalau nanti saya bertemu dengan pejabat di sana, saya akan menggunakannya. Dia pasti akan senang," lanjutnya.
"Bagaimana kamu dapat melakukan hal itu?" tanya mentor itu dengan tidak senang. "Kita adalah pria sejati. Kita mempunyai prinsip. Kita seharusnya tidak menggunakan sanjungan," ujarnya.
Sang murid menjawab, "Namun, pada kenyataannya kebanyakan orang senang disanjung, Pak. Hanya beberapa pria yang benar-benar sejati seperti Anda yang tidak menyukai sanjungan."
"Mungkin kamu benar," mentornya mengangguk sambil tersenyum.
Kemudian, pria tersebut menceritakan cerita ini kepada temannya, "Saya sudah menggunakan satu dari persediaanku. Sekarang saya memiliki sembilan puluh sembilan ungkapan yang tersisa."
Teks Anekdot 3: Saksi
Pada puncak pengadilan korupsi politik, jaksa penuntut umum menyerang saksi, "Apakah benar bahwa Anda menerima lima ribu dolar untuk berkompromi dalam kasus ini?"
Saksi menatap keluar jendela seolah-olah tidak mendengar pertanyaan, "Bukanlah benar bahwa Anda menerima lima ribu dolar untuk berkompromi dalam kasus ini?" ulang pengacara.
Saksi masih tidak menanggapi. Akhirnya, hakim berkata, "Pak, tolong jawab pertanyaan jaksa!"
"Oh, maaf," saksi terkejut sambil berkata kepada hakim, "Saya pikir dia tadi berbicara dengan Anda."
Teks Anekdot 4: Obrolan Para Presiden di Dalam Pesawat
Karena begitu bosannya keliling dunia, Gus Dur coba cari suasana di pesawat RI-01. Kali ini, dia mengundang Presiden AS dan Perancis terbang bersama Gus Dur untuk berkeliling dunia. Seperti biasa, setiap presiden selalu ingin memamerkan apa yang menjadi kebanggaan negerinya.
Tidak lama Presiden Amerika, Bill Clinton mengeluarkan tangannya dan sesaat kemudian dia berkata,"Wah kita sedang berada di atas New York!"
Presiden Indonesia, yaitu Gus Dur bertanya, "Lho kok bisa tahu sih?"
"Ini patung Liberty kepegang!" jawab Bill Clinton dengan bangganya.
Tidak mau kalah, Presiden Perancis, Jacques Chirac, ikut menjulurkan tangannya keluar pesawat.
"Tahu tidak, kita sedang berada di atas Kota Paris!" katanya dengan sombongnya.
Gus Dur bertanya, "Wah ... kok bisa tahu juga?"
"lni Menara Eiffel kepegang!" sahut presiden Perancis tersebut.
Karena disombongi oleh Clinton dan Chirac, giliran Gus Dur yang menjulurkan tangannya keluar pesawat.
"Wah ... kita sedang berada di atas Tanah Abang!!!"teriak Gus Dur.
"Lho kok bisa tahu sih?" tanya Clinton dan Chirac heran.
"Ini jam tangan saya hilang," jawab Gus Dur kalem.
Teks Anekdot 5: Tidak Terlalu Dalam
Telah berulang kali Nasrudin mendatangi seorang hakim untuk mengurus suatu perjanjian. Hakim di desanya selalu mengatakan tidak punya waktu untuk menandatangani perjanjian itu. Keadaan ini selalu berulang sehingga Nasrudin menyimpulkan bahwa si hakim minta disogok.
Namun, kita tahu menyogok itu diharamkan. Maka Nasrudin memutuskan untuk melemparkan keputusan ke si hakim sendiri. Nasrudin menyiapkan sebuah gentong. Gentong itu diisinya dengan kotoran sapi hingga hampir penuh.
Kemudian di atasnya, Nasrudin mengoleskan mentega beberapa sentimeter tebalnya. Gentong itu dibawanya ke hadapan Pak Hakim. Saat itu juga Pak Hakim langsung tidak sibuk, dan punya waktu untuk membubuhi tanda tangan pada perjanjian Nasrudin.
Nasrudin kemudian bertanya, "Tuan, apakah pantas Tuan Hakim mengambil gentong mentega itu sebagai ganti tanda tangan Tuan?"
Hakim tersenyum lebar, "Ah, kau jangan terlalu dalam memikirkannya."
Ia mencuil sedikit mentega dan mencicipinya. "Wah, enak benar mentega ini!"
"Yah," jawab Nasrudin, "Sesuai ucapan Tuan sendiri, jangan terlalu dalam!"
Dan berlalulah Nasrudin.
Demikian penjelasan mengenai serba-serbi teks anekdot, mulai dari definisi hingga contohnya. Semoga membantu, Lur!
Artikel ini ditulis oleh Jihan Nisrina Khairani Peserta Program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.
(ams/rih)
Komentar Terbanyak
Siasat Anggun Sopir Bank Pencuri Rp 10 M Hilangkan Jejak Selama Buron
Penjelasan Menkeu Purbaya soal Postingan Anaknya 'Lengserkan Agen CIA'
Gelagat Anggun Sopir Bank Gondol Rp 10 M Sebelum Ditangkap