Keren! Mahasiswa UGM Bikin Alat Pendeteksi Kebakaran Hutan Berbasis AI

Keren! Mahasiswa UGM Bikin Alat Pendeteksi Kebakaran Hutan Berbasis AI

Anandio Januar, Novi Vianita - detikJogja
Senin, 06 Nov 2023 13:20 WIB
Mahasiswa UGM bikin alat deteksi kebakaran hutan berbasis AI. Alat bernama saveforest.ai ini portabel dan bisa dipasang di drone,
Mahasiswa UGM bikin alat deteksi kebakaran hutan berbasis AI. Alat bernama saveforest.ai ini portabel dan bisa dipasang di drone. (Foto: dok. Istimewa/Fiana Eka Aprili)
Jogja -

Tim Program Kreativitas Mahasiswa-Karsa Cipta (PKM-KC) mengembangkan alat pendeteksi kebakaran hutan dan lahan berbasis artificial intelligence (AI) bernama Saveforest.ai. Alat ini berguna untuk pemantauan lokasi kebakaran hutan secara cepat dan realtime.

Alat pendeteksi kebakaran hutan dan lahan ini dikembangkan melalui kegiatan Program Kreativitas Mahasiswa-Karsa Cipta tahun 2023. Tim PKM-KC ini beranggotakan lima mahasiswa yakni Muhammad Hasani (Elektronika dan Instrumentasi 2020), Fiana Eka Aprilia (Kehutanan 2020), Aisha Salsabilla (Elektronika dan Instrumentasi 2020), Muhammad Luthfi Harwidjaya, dan Diandra Rizky Yodatama (Elektronika dan Instrumentasi 2021). Dosen pembimbing tim yakni Dr. Danang Lelono, S.Si, M.T.

Pembuatan alat ini diinisiasi dosen pembimbing yang merupakan spesialis sensor gas. Alat ini menggunakan sensor gas untuk mendeteksi kandungan udara yang terjadi saat kebakaran hutan dan lahan. Klasifikasi kondisi udara pun telah dibuat untuk memudahkan mendeteksi kandungan gas saat kebakaran hutan dan lahan terjadi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tim kemudian mengembangkan saveforest.ai yang merupakan prototipe berupa electronic-nose yang digabung microcontroller Teensy 4.0 sebagai pemroses data sensor. Prototipe ini lalu menjalankan algoritma AI serta mengirimkan data realtime ke database server menggunakan Raspberry Pi.

Alat ini diciptakan dengan gabungan sensor gas dan thermal camera. Kedua bagian ini dapat bersinergi untuk melacak keberadaan gas dan titik kebakaran hutan dan lahan.

ADVERTISEMENT

"Jadi ada sensor gas dan thermal camera. Thermal camera ini fungsinya mendeteksi titik panas di bawah alat yang dipasang. Thermal camera ditembak ke bawah menggunakan sinar infrared, ketika ada suhu panas akan diterima berapa suhunya. Ketika ada deteksi panas maupun asap di daerah tersebut, data gasnya akan diolah menggunakan artificial intelligence untuk mendeteksi kebakaran hutan atau bukan," ujar Ketua Tim, Muhammad Hasani, saat dihubungi detikJogja, Kamis (26/10/2023).

Cara Kerja Alat

Prototipe ini terhubung pada dashboard Saveforest.ai berupa web yang dibuat dengan NodeJs pada backend dan ReactJs pada frontend. Alat ini juga menerapkan metode komunikasi yang digunakan pada backend dan frontend menggunakan MQTT.

Hasani menjelaskan perangkat Saveforest.ai akan dipasang di drone agar bisa mengudara dan mengumpulkan data. Ada dua cara komunikasi dari alat ini yakni pertama menggunakan sinyal koneksi internet dan yang kedua menggunakan antena jarak jauh.

"Kita ada dua komunikasi seperti internet, di atas pesawat ada modem untuk mengirim data. Kemudian pakai antena RF atau antena jarak jauh karena kita nggak tahu di lokasi ada sinyal atau tidak, kalau tidak ada sinyal kita pakai antena jarak dau kisaran 20 km. Kalau ada internet dan sinyal bisa kirim datanya. Jadi ada antisipasi kalau tidak ada sinyal pakai antena jarak jauh," paparnya.

Lebih lanjut, Hasani menjelaskan data-data yang diambil ketika pesawat mengudara akan tersambung melalui ground control system. Dengan begitu, lokasi dari titik kebakaran hutan akan dapat terlacak dengan menampilkan titik lokasi yang sesuai. Hasil dari pengujian prototipe ini mampu mendeteksi gas dan sumber api secara akurat dengan mengirimkan data secara realtime pada dashboard monitoring.

"Jadi kita ambil data GPS, ketinggian, kecepatan pesawat, dari pesawatnya. Jadi komunikasi dari alat dengan pesawat. Ada juga ground control system untuk mengetahui posisi pesawat ada di mana. Data-data GPS, kecepatan udara, maps akan terbuka dan bisa lihat ada di mana. Ketika dideteksi ada kebakaran hutan dan lahan otomatis ada asap yang masuk, ketika mendeteksi akan menampilkan titik api di ground control system tersebut," jelasnya.

Mahasiswa UGM bikin alat deteksi kebakaran hutan berbasis AI. Alat bernama saveforest.ai ini portabel dan bisa dipasang di drone,Mahasiswa UGM bikin alat deteksi kebakaran hutan berbasis AI. Alat bernama saveforest.ai ini portabel dan bisa dipasang di drone, Foto: dok. Istimewa/Fiana Eka Aprilia

Deteksi Realtime Bakal Mudahkan Penjaga Hutan Patroli

Deteksi lokasi titik kebakaran secara realtime ini diyakini bakal memudahkan para penjaga hutan yang sedang berpatroli untuk segera menuju lokasi dengan data GPS yang akurat. Hal ini menciptakan efisiensi waktu untuk segera memadamkan api dan mencegah meluasnya kebakaran.

"Kalau kedeteksi akan kirim data status ada kebakaran, langsung menampilkan titik api di maps-nya, langsung tahu. Jadi memudahkan yang patroli darat terkait lokasinya. Jadi langsung ke lokasi, memudahkan. akan menampilkan melalui Ground Control System-nya," katanya.

Trial-Error Alat Pendeteksi Kebakaran Berbasis AI

Hasani dan timnya telah melalui berbagai tahap untuk mengikuti PKM-KC, mulai dari pengajuan proposal, seleksi pendanaan, hingga perancangan dan pembuatan alat. Pada 19 Oktober 2023, telah dilakukan juga monitoring dan evaluasi terkait karya yang telah diciptakan.

"Awalnya kita mengajukan proposal sekitar Februari-Maret 2023, diseleksi untuk pendanaan. Akhirnya didanai dan menjalankan program selama empat bulan dan ada pertanggungjawaban kegiatannya. Setelah itu, 19 Oktober 2023 ada monitoring evaluasi dari kegiatan. Penilaian dari dosen luar UGM terkait kelayakan dan hasil progres alatnya," ucapnya.

Tim kini sedang menunggu pengumuman apakah lolos untuk lomba tingkat nasional, Pekan Ilmiah Nasional (PIMNAS). PIMNAS ini rencananya bakal digelar akhir November 2023 mendatang.

Hasani menyebut proses pembuatan perangkat saveforest.ai ini menghabiskan waktu 2,5 bulan. Alat deteksi lokasi kebakaran hutan ini portabel dan bisa dipasang dengan drone atau alat lainnya.

"Untuk membuatnya butuh waktu 2,5 bulan. Alatnya portabel bisa dipasang di pesawat mana saja. Kalau bikin pesawatnya juga menambah setengah bulan jadinya 3 bulan, tapi kami fokusnya di alatnya itu," ujarnya.

Dia menerangkan pembuatan alat pendeteksi kebakaran hutan ini juga sempat menemui kendala. Tim ini bahkan membutuhkan 5.000 data kebakaran hutan dan lahan sebagai pelengkap alat tersebut.

"Alatnya pakai AI itu butuh latihan, nggak langsung berhasil. Jadi kami sempat belum sempurna. Awalnya pakai 2.000 data udara bersih dan asap kebakaran. Itu terlalu sensitif, seperti korek biasa bakar kertas langsung ke deteksi. Disempurnakan lagi hingga 5.000 data dan hasilnya sudah lumayan. Kalau tidak ada data latih seperti sampel data nggak bakal bagus hasilnya," jelasnya.

Uji Coba Saveforest.ai

Hasani dan tim juga telah mencoba menerbangkan pesawat yang terhubung perangkat Saveforest.ai di Lapangan Sumberarum. Berbagai kendala saat mencoba menerbangkan pesawat juga menjadi tantangan dalam proses pembuatan alat ini.

"Kendalanya ketika mencoba, anginnya kencang mempengaruhi pesawat. Di lapangan juga ada yang main bola, ngeri pesawatnya pas mau landing kena kepala orang. Tapi sudah sempat koordinasi dengan yang di lapangan disuruh minggir dulu," terang Hasani.

Sebagai alat pendeteksi kebakaran hutan dengan inovasi terbarukan, Hasani mengatakan terdapat dua alat yang dibuat. Salah satu alat tersebut sempat dibawa untuk diuji coba ke kawasan hutan di Riau.

"Kemarin rencana dosen mau dibawa ke Riau untuk dicoba. Sebenarnya alatnya ada dua, alat yang satu sudah dicoba menggunakan pesawat yang lebih besar diuji coba di Riau, ternyata nggak ada yang kebakaran. Tapi mencoba muternya terlebih dahulu," ujarnya.

Lebih lanjut, Hasani berharap dengan inovasi ini dapat membantu menjaga hutan di Indonesia. Dia juga berharap alat ini dapat membantu memperkecil dampak kebakaran yang terjadi di hutan dan lahan.

"Harapannya agar bermanfaat untuk menjaga hutan di Indonesia karena dari kebakaran akan berdampak pada ekonomi, sosial, dan satwa yang ada di sana bisa punah. Biar lebih menjaga hutan di indonesia ini dan dampak dari kebakaran lebih kecil lagi dengan alat ini," tuturnya.

Hal senada juga dikatakan rekan tim Hasani, Fiana Eka Aprilia yang berharap alat ini dapat menjadi acuan utama monitoring hutan di Indonesia karena kerjanya yang efektif dan efisien. Ia juga berharap dapat dikembangkan lebih lanjut menggunakan alat pemadam kebakaran.

"Kalau harapanku karena ini tujuannya monitoring, nggak menolak juga ke depannya alat ini menjadi acuan utama monitoring hutan di Indonesia. Ke depannya juga semoga alat pemadamnya bisa di-combine dengan alat ini. Alat ini sebagai pioneer utama monitoring kebakaran hutan di Indonesia yang bisa di-combine dengan pemadam kebakaran," ujarnya.

"Dengan alat ini walaupun tetap ada monitoring tapi dapat antisipasi kebakaran lebih mudah. Kalau sudah bisa dimonitoring terlebih dahulu dapat segera dikendalikan agar tidak meluas," pungkas Fiana.

Artikel ini ditulis oleh Anandio Januar dan Novi Vianita Peserta program magang bersertifikat kampus merdeka di detikcom.


Hide Ads