Langkah Pemda DIY Kurangi Emisi: Rintis Bus-Becak Listrik

Adji G Rinepta - detikJogja
Selasa, 10 Des 2024 10:32 WIB
Bus listrik yang diujicobakan di kawasan Sumbu Filosofi sebagai bagian upaya Pemda DIY menekan laju emisi. Foto diunggah Selasa (10/12/2024). Foto: dok. Pemda DIY
Jogja -

Pemda Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) terus mengupayakan pengurangan laju emisi (Low Emission Zone), utamanya di Sumbu Filosofi sejalan dengan penetapannya sebagai warisan budaya dunia oleh UNESCO. Upaya yang telah dilakukan yakni merintis moda transportasi bus dan becak listrik.

Bus Listrik

Melalui Dinas Perhubungan DIY, Pemda DIY telah merilis dua bus listrik yang saat ini masih dalam tahap uji coba hingga 20 Desember 2024. Jika lolos uji coba, kedua bus listrik ini ditargetkan mulai beroperasi di tahun 2025 mendatang.

Kepala Bidang Angkutan Dinas Perhubungan DIY, Wulan Sapto Nugroho menjelaskan, ke depannya pengadaan dua unit bus listrik ini guna mendukung layanan angkutan umum perkotaan Trans Jogja. Kedua bus listrik ini akan beroperasi melayani masyarakat yang menuju ke kawasan Malioboro.

Meski begitu menurutnya saat ini belum ditetapkan rute pasti terkait pengoperasian kedua bus listrik tersebut lantaran masih dalam uji coba. Selama masa uji coba, terdapat tiga alternatif rute yang diuji coba.

"Jadi sebenarnya banyak alternatif rute, tetapi di saat uji coba ini kita coba dari Bandara Adisutjipto kemudian ke Malioboro. Terus rute kedua itu kemarin dari Ngabean ke utara lewat Pasar Kranggan, Tugu ke Selatan ke Malioboro," jelasnya melalui keterangan tertulis yang diterima detikJogja, Senin (9/12/2024).

"Terus satu lagi itu dari Malioboro ke arah Timur Kota Baru, kemudian ke UKDW, kemudian ke Mall Galeria ke barat, Tugu Pal Putih ke selatan ke Malioboro lagi. Jadi intinya kita men-support layanan yang ada di Malioboro, Sumbu Filosofi," imbuh Sapto.

Untuk pengisian daya bus listrik ini hingga penuh menghabiskan waktu antara 1-1,5 jam. Bus listrik ini berkapasitas maksimal 28 penumpang, dengan rincian 18 kursi dan 10 untuk kapasitas penumpang yang berdiri.

"Tidak bisa seperti bus-bus diesel yang full gitu karena ini juga akan berpengaruh dengan konsumsi baterai. Semakin berat tentunya konsumsi baterai juga akan semakin besar," ujar Sapto.

Bus listrik ini diberi warna ungu, Sapto mengatakan pemilihan warna ini hanya sebagai pembeda dengan bus yang lainnya. Direncanakan, ke depan tarif yang akan dikenakan sama seperti tarif bus Trans Jogja.

"Jadi selama 1 bulan ini kita jalankan bus listrik untuk mengetahui kehandalan, kelemahan ataupun kekurangannya. Sehingga nanti di pertengahan bulan ini akan kita evaluasi sebelum nanti kita operasionalkan untuk pelayanan masyarakat," paparnya.

Sementara, Paniradya Pati Kaistimewan, Aris Eko Nugroho mengungkapkan biaya pengadaan dua unit bus listrik beserta infrastrukturnya ini mencapai sekitar Rp 7,4 miliar yang didukung Dana Keistimewaan.

Pengadaan cas bus listrik atau Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) sebagai penunjang infrastruktur pendukung terletak di Lapangan Parkir Bandara Adisutjipto.

"Jadi karena prosesnya memang harus ada semacam evaluasi, kajian, setelah itu kemudian tindakan, maka memang prosesnya tidak seperti kemudian langsung beli banyak karena kita harus menyiapkan betul berkaitan dengan semuanya," ujarnya.

"Apalagi dengan tenaga listrik ini juga membutuhkan tempat pengisian. Ini yang juga harus kita perhatikan. Sehingga di tahun 2025 memang belum ada rencana untuk pengadaan bus listrik kembali. Tetapi proses dari 2024 di akhir tahun ini, ini akan menjadi bagian evaluasi apakah kemudian nanti kita usulkan lagi di tahun 2026," jelas Aris.

Simak lanjutannya di halaman berikut:




(apu/rih)

Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork