Ada 1.528 Kelompok Seni di Sleman, Bukti Partisipasi Warga Menjaga Budaya

Ada 1.528 Kelompok Seni di Sleman, Bukti Partisipasi Warga Menjaga Budaya

Arina Zulfa Ul Haq - detikJogja
Senin, 26 Feb 2024 18:00 WIB
Bupati Sleman Kustini menyerahkan hibah gamelan kepada masyarakat budaya Kabupaten Sleman di Kalurahan Hargobinangun, Kapanewon Pakem, Kabupaten Sleman, Kamis (14/12/2023).
Bupati Sleman Kustini menyerahkan hibah gamelan kepada masyarakat budaya Kabupaten Sleman di Kalurahan Hargobinangun, Kapanewon Pakem, Kabupaten Sleman, Kamis (14/12/2023). Foto: Arina Zulfa Ul Haq/detikjateng
Sleman -

Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sleman menyebut tingkat partisipasi masyarakat Sleman dalam melestarikan kebudayaan lokal cukup tinggi. Terlihat dari banyaknya kelompok seni, hingga banyaknya pementasan.

Dinas Kebudayaan Kabupaten Sleman mencatat, setidaknya ada 1.528 kelompok seni yang tersebar di 17 kapanewon dan 86 kalurahan se-Kabupaten Sleman. Kelompok seni ini terdiri dari berbagai jenis seni budaya, terutama seni religi. Mulai dari kubro, pedbui, hadrah, hingga jathilan.

Kepala Dinas Kebudayaan (Kundha Kebudayan) Sleman, Edy Winarya mengatakan kondisi ini menunjukkan tingginya partisipasi masyarakat dalam melestarikan budaya lokal. Hal itu juga bisa dilihat dari banyaknya acara seni budaya yang digelar masyarakat, hingga banyaknya proposal permohonan fasilitas pementasan dan sarana prasarana bagi kelompok seni.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Proposal fasilitasi kelompok seni ini menjadi indikator. Banyak, dalam satu bulan bisa masuk proposal fasilitasi pementasan itu lebih dari 150. Ini survei animo masyarakat ini tinggi," ungkap Edy dalam keterangan tertulisnya, Senin (26/2/2024).

"Artinya masyarakat kan sadar sebenarnya apa kebutuhan di dalam rangka pelestarian, pengembangan, pemanfaatan, dan pembinaan seni di Kabupaten Sleman," sambungnya.

ADVERTISEMENT

Lebih lanjut, ia mengatakan Pemerintah Kabupaten Sleman juga senantiasa memberikan bantuan fasilitas sarana prasarana, pementasan, pembinaan, serta peningkatan SDM dalam rangka pelestarian budaya. Bantuan-bantuan itu akan diberikan kepada kelompok seni yang telah memiliki Nomor Induk Kebudayaan (NIK).

"Saya jelaskan bahwa persepsi bantuan dari pemerintah yang sekarang ini tidak dibantukan kepada perorangan, tapi ke kelompok. Otomatis kan harus bikin kelompok, dilegalkan, harus punya NIK, nah baru proposal ditujukan kepada Bupati cq kepala dinas atau langsung kepala dinas nggak apa-apa. Itu harus dilegalkan, harus diketahui oleh lurah dan panewu. Baru dikaji, ini harus difasilitasi tidak," ungkapnya.

Pemkab Sleman melalui Kundha Kabudayan Sleman, pada 2023 pun telah menyerahkan hibah berupa 20 perangkat gamelan kepada kelompok masyarakat budaya se-Kabupaten Sleman. Hibah itu sendiri, sumbernya adalah Bantuan Keuangan Khusus (BKK) Dana Keistimewaan, yang diberikan oleh Pemerintah DIY.

Setiap kabupaten di Jogja memperoleh Dana Keistimewaan dengan nominal yang sama. Dana tersebut digunakan untuk kepentingan kegiatan pembinaan kelompok seni masing-masing Kabupaten.

"Permohonan gamelan yang kita fasilitasi di tahun 2023 ini adalah proposal yang masuk tahun 2019. Berarti kan numpuk yang 2020, 2021, dan 2023. Makanya ini stagnan hampir 150 proposal," ujarnya.

Menurutnya, antusiasme masyarakat Sleman dalam melestarikan budaya sangat fundamental. Pasalnya, di Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2017 pun dijelaskan bahwa dalam rangka pelestarian dan pengembangan budaya, pemerintah membutuhkan dukungan dan sinergitas dari berbagai pihak termasuk kelompok seni.

Kelompok seni baik yang berbentuk sanggar maupun paguyuban inilah yang dianggap jadi tiang utama dalam rangka pelestarian budaya lokal. Namun keberadaan sanggar seni, yang ia analogikan sebagai sekolah itu pun memiliki dinamikanya masing-masing. Sebab, ada siswa yang aktif dan pasif.

Abdi Dalem melakukan ritual Labuhan Merapi di Pelataran Srimanganti, Lereng Merapi, Kapanewon Cangkringan, Kabupaten Sleman, Minggu, (11/2/2024).Abdi Dalem melakukan ritual Labuhan Merapi di Pelataran Srimanganti, Lereng Merapi, Kapanewon Cangkringan, Kabupaten Sleman, Minggu, (11/2/2024). Foto: Arina Zulfa Ul Haq/detikjateng

Sanggar seni yang aktif akan selalu mengusulkan berbagai program kegiatan budaya. Antusiasme ini tentunya didukung Pemkab Sleman dengan memberikan ruang terbuka bagi para seniman maupun pelestari budaya, untuk berekspresi sekaligus mengeksplor bakat seni yang dimiliki.

"Kita kan juga nggak harus memfasilitasi semua, karena aturannya kan periodesasinya dalam satu anggaran satu, kecuali itu dibutuhkan pemerintah," tuturnya.

Tak hanya itu, festival seni juga digelar sebagai bentuk upaya dari Pemkab Sleman agar masyarakat bisa lebih mengenal seni budaya Sleman. Edy menjelaskan, program Kundha Kebudayan Sleman hampir sepertiganya menyasar anak-anak.

Mulai dari Festival Langen Carita, Festival Langen Sekar, Festival Dolanan Anak, lomba mendongeng, esai, film pendek, hingga program wayang masuk sekolah yang bertujuan mengenalkan tokoh-tokoh wayang kepada para siswa.

"Jadi saya di 2023 ini hampir 15 kali wayang masuk sekolah. Minimal anak itu mengenal tokoh, barang 5 atau 2 saja. Inikan filosofi-filosofi ini harus segera ditanamkan, walaupun tidak sebenarnya semuanya masuk. Tetapi minimal upaya kita kan paham," terangnya.

"Wayang masuk sekolah ini menjadi bagian dari pengenalan infrastruktur perangkat wayang sampai kepada tata nilai. Karena ceritanya ini mengandung nilai-nilai petuah di dalam kehidupan kita," imbuhnya.

Beberapa festival tersebut, kata Edy, memuat falsafah Jawa yang baik untuk membentuk karakter anak sejak dini. Oleh karena itu, ia berharap festival itu bisa memberikan dampak yang signifikan terhadap pelestarian seni budaya di Kabupaten Sleman.

"Optimis saya dengan hal-hal seperti itu. Nah, anak-anak ini harus kita tanamkan karakter-karakter itu melalui seni dan budaya," pungkas Edy.




(ahr/ams)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads