Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) bukan hanya kaya tempat wisata dan kuliner, tetapi juga motif batik. Puluhan motif batik khas bisa ditemukan di Kota Jogja maupun kabupaten-kabupaten DIY lain.
Menariknya, batik-batik Jogja punya aturan khusus pemakaian. Beberapa batik dikhususkan untuk kalangan ningrat, sedangkan lainnya boleh-boleh saja dikenakan rakyat biasa. Di samping aturan itu, tiap batik menyimpan makna filosofi unik.
Belum mengenal motif batik khas Jogja? Yuk, pelajari beberapa motif batik asli Jogja lengkap dengan serba-serbinya di bawah ini!
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Poin utamanya:
- Ada banyak motif batik asli DIY, baik dari zaman dahulu maupun muncul belakangan.
- Di Kota Jogja, di antara motif batik yang terkenal adalah kawung, parang, dan huk.
- Ciri khas batik Jogja di antaranya adalah berpola geometris dan berukuran besar.
Deretan Motif Batik Khas Jogja: Aturan Pakai dan Filosofinya
1. Kawung
Kerap dijadikan ide menggambar anak-anak di sekolah Jogja karena mudah ditiru, batik kawung berfokus pada motif bulatan mirip buah kawung. Motif-motifnya tertata rapi secara geometris, membawakan arti kesempurnaan, kemurnian, dan kesucian, sebagaimana penjelasan di situs Dinas Kebudayaan DIY.
Mulanya muncul di ukiran dinding candi, seperti Prambanan, batik kawung kemudian mengalami perkembangan pesat, baik dari segi warna maupun ukuran motifnya. Motif ini pulalah yang dikenakan sosok wayang Semar.
Dalam aturannya, motif batik kawung boleh dipakai oleh sentana dalem. Dirujuk dari dokumen unggahan Universitas Sebelas Maret, yang masuk kategori sentana dalem adalah kerabat dan keturunan raja berkuasa.
2. Parang
Berbicara tentang Jogja, motif batik parang tentu tak mungkin terlewat. Menurut uraian dari laman Museum Sonobudoyo Jogja, namanya berasal dari bahasa Jawa yang berarti pedang. Hal ini selaras dengan motifnya yang melambangkan kekuatan dan keberanian.
Tak hanya keberanian, motif rapi parang juga membawakan simbol keseimbangan dan harmoni dalam kehidupan. Rumit dan kompleksnya desain batik parang sekaligus menonjolkan makna lain, kreativitas dan inovasi.
Pada masa Kerajaan Mataram, batik parang hanya dipergunakan oleh kalangan bangsawan. Seiring berkembangnya zaman, masyarakat biasa pun mengenakannya. Namun, di lingkungan kraton, aturan ketat pemakaian batik parang dan turunannya tetap berlaku.
3. Huk
Pada masa pemerintahan Sri Sultan HB VII, huk menjadi salah satu motif batik larangan. Berbeda dari kawung dan parang yang geometris, huk adalah batik motif nongeometris. Pelbagai hal ditemukan dalam desainnya, mulai dari binatang hingga tumbuhan.
Disadur dari Jurnal Corak bertajuk 'Batik Larangan di Keraton Yogyakarta pada Masa Pemerintahan Sri Sultan HB VII' oleh Anna Galuh Indreswari, masing-masing komponen batik huk punya makna. Contohnya, kerang adalah perlambang lapang hati, sedangkan senjata cakra merupakan simbol pemelihara dunia.
Secara keseluruhan, motif huk dimaknai sebagai simbol budi luhur dan kepemimpinan yang berpikir cepat nan jernih. Di lingkungan keraton, motif huk hanya boleh dikenakan raja dan putra mahkota saja.
4. Sinom Parijotho Salak
Geser ke Kabupaten Sleman, ada motif batik sinom parijotho salak. Berdasar uraian di laman Dinas Perindustrian & Perdagangan Kabupaten Sleman, motifnya terinspirasi dari buah parijotho dan salak yang banyak ditemui di kabupaten ini.
Kombinasi keduanya membawakan arti harapan kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat yang diayomi pemimpin arif. Tergolong tipe batik nongeometris, motif sinom parijotho salak menghadirkan warna cokelat, putih, dan kuning.
Motif batik ini pertama kali muncul pada Pameran Potensi Daerah (PPD) tahun 2014 sebagai hasil karya Susilo Radi Yunianto dan Isdianto. Guna melindungi keasliannya, motif sinom parijotho salak telah didaftarkan hak ciptanya.
5. Geblek Renteng
Dari Kulon Progo, ada motif batik geblek renteng yang telah menjadi ikon. Menurut keterangan dari Perpustakaan Universitas Brawijaya, desain batik ini menonjolkan motif geblek, makanan asli khas Kulon Progo.
Selain geblek, motif batik dengan kombinasi warna biru-putih ini juga menampilkan sejumlah benda lain, seperti kuncup bunga mekar dan buah manggis. Bunga mekar melambangkan perkembangan Kulon Progo, sedangkan manggis adalah flora khas kabupaten tersebut.
Dibuat dengan pola naik turun, motif geblek renteng menggambarkan topografi Kulon Progo yang variatif. Kabupaten satu ini memang dikenal punya kenampakan alam lengkap, mulai dari pantai, dataran rendah, hingga dataran tinggi.
6. Gringsing
Disadur dari Jurnal DKB berjudul 'Batik Gringsing dan Ceplok Kembang Kates Bantul' tulisan Noor Sulistyobudi, Bantul memiliki batik khusus bernama gringsing. Batik yang berarti tidak sakit (gering + sing) ini sudah muncul sejak abad ke-16 Masehi.
Dalam perkembangannya, muncul berbagai motif turunan batik gringsing. Sebut saja batik gringsing terbuka ceplok kembang, gringsing terbuka buketan, gringsing tertutup lung kembang, dan gringsing terbuka ceplok bintang. Masing-masing membawa makna tersendiri.
Di antara desain dalam batik gringsing adalah kupu-kupu, bunga, dan tumbuh-tumbuhan. Ada pula motif burung prenjak hingga burung perkutut. Sebagai informasi, dulunya, motif gringsing adalah batik keraton yang hanya boleh digunakan kalangan tertentu saja.
7. Walang Jati Kencono
Salah satu motif batik kebanggaan Kabupaten Gunungkidul adalah walang jati kencono. I Made Sukanadi dalam Jurnal Gorga berjudul 'Dampak Eksistensi Motif Batik Walang Jati Kencono terhadap Peningkatan Ekonomi dan Sosial Pengrajin Batik di Gunungkidul' menjelaskan bahwa batik ini mengangkat serangga belalang sebagai unsur utamanya.
Ragam hias walang jati kencono tersusun atas kepala, badan, sayap, hingga kaki belakang belalang kayu. Di samping itu, desain daun jati juga tampak menghiasi, memberi nilai keindahan visual yang tak ternilai.
Ringkasnya, seperti diuraikan Anisa Aulia dan Wawan Budi Setyawan dalam tulisan ilmiah Belalang sebagai Ide Perancangan Sepatu Fashion Wanita Model Derby Wedge, batik khas Gunungkidul ini mengenalkan kekayaan alam kabupaten tersebut. Sebagaimana diketahui, belalang dan pohon jati bisa dengan mudah terlihat di sudut-sudut Gunungkidul.
Ciri Khas Batik Jogja
Bukan hanya Jogja yang punya batik khas, tetapi juga daerah lain, seperti Solo dan Pekalongan. Lantas, apa yang membedakannya? Dirangkum dari tulisan ilmiah Batik Yogyakarta dalam Era Revolusi Industri 4.0 oleh Rakyan Widhowati Tanjung dkk dan dokumen unggahan Universitas Sebelas Maret, ciri khas batik Jogja adalah:
- Sebagian besar motifnya berupa pola geometris.
- Tiap motif batik Jogja menyimpan makna tersendiri.
- Penggunaan batik untuk acara-acara tertentu bisa berlainan.
- Motif batik Jogja cenderung lebih besar.
- Bentuknya lebih simpel, tidak serumit batik Solo.
- Batik Jogja terkenal dengan warna soga, biru, dan putih.
Demikian pembahasan lengkap mengenai 7 motif khas Jogja beserta serba-serbinya. Semoga bisa menambah pengetahuan detikers, ya!
(sto/afn)












































Komentar Terbanyak
Termasuk Roy Suryo, Ini Daftar 8 Tersangka Kasus Tudingan Ijazah Palsu Jokowi
Apa Bedanya Hamengku Buwono, Paku Alam, Paku Buwono, dan Mangkunegara?
Peran Roy Suryo cs Tersangka Kasus Ijazah Jokowi: Editing-Manipulasi Digital