Dalam kehidupan di tengah-tengah masyarakat ada berbagai mitos yang masih dipercaya dari dulu sampai sekarang, termasuk tentang bau pandan yang diyakini menyimpan arti tertentu. Termasuk aroma pandan yang dapat dijumpai pada kembang boreh yang disebut-sebut identik dengan kematian. Benarkah demikian?
Seperti yang kita ketahui, bau atau aroma pandan memiliki ciri khas yang mudah dikenali. Aromanya yang cenderung lembut dan manis menjadikan daun pandan banyak dimanfaatkan sebagai tambahan dalam makanan atau minuman tertentu. Oleh karena itu, bau pandan ini tak terlepas dari kehidupan sehari-hari mengingat manfaatnya yang kerap digunakan sebagai bahan alami dalam masakan.
Dijelaskan dalam buku 'Perkembangan Makanan Tradisional Indonesia Berbahan Tepung Beras' karya Dian Rachmawanti Affandi, dkk., aroma khas pada daun pandan berasal dari senyawa aktif berupa 2-acetyl-1-pyrroline (ACPY). Kemudian rasa yang muncul pada daun pandan saat mengalami proses pemasakan adalah mengandung fruktosa dan glukosa.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Terlepas dari bau pandan yang begitu khas, ternyata ada juga berbagai macam mitos yang bermunculan di tengah-tengah masyarakat. Salah satunya daun pandan yang menjadi pelengkap kembang boreh.
Lantas, seperti apa mitos di balik keberadaan daun pandan sebagai kembang boreh ini? Lalu apa sebenarnya kembang boreh itu? Mari simak penjelasannya berikut ini.
Apa Itu Kembang Boreh?
Bagi sebagian orang istilah kembang boreh mungkin terdengar masih cukup asing. Sebenarnya ada berbagai macam pandangan tentang kembang boreh ini. Hal tersebut tergantung pada tradisi yang berkembang di masing-masing wilayah. Untuk lebih jelasnya, akan diuraikan sejumlah pengertian tentang kembang boreh ini.
Untuk diketahui, kembang boreh sendiri menjadi bagian dari ubarampe dalam berbagai tradisi sebagian masyarakat Jawa. Menurut Senarai Istilah Jawa, ubarampe adalah perlengkapan yang dibutuhkan dalam upacara adat, seperti jajan pasar, tumpeng, kemenyan, dan sebagainya.
Lebih lanjut, di dalam penelitian 'Makna Simbolik Tradisi Mendhem Ari-ari di Kabupaten Demak dalam Perspektif Teologi Islam' oleh Nurcholish Madjid, kembang boreh merupakan bunga-bunga yang bersifat wangi. Oleh sebab itulah, kembang boreh ini dapat difungsikan layaknya minyak wangi dalam berbagai tradisi tertentu.
Sementara itu, di dalam buku Martha Tilaar berjudul 'Kecantikan Perempuan Timur' dijelaskan istilah kembang boreh adalah campuran bunga-bunga yang terdiri dari jenis tertentu. Satu di antaranya adalah campuran bunga mawar putih atau merah, melati, dan juga daun pandan yang telah diiris-iris sebelumnya. Biasanya kembang boreh ini digunakan dalam tradisi masyarakat tertentu.
Kembang boreh juga dikenal sebagai tanaman ritual dan magis. Ini dikarenakan keberadaannya yang sangat penting bagi keberlangsungan adat dan budaya di kehidupan masyarakat tertentu. Seperti dijelaskan dalam penelitian 'Pengetahuan Tentang Tumbuhan Masyarakat Tengger di Bromo Tengger Semeru Jawa Timur' oleh Jati Batoro, dkk., tumbuhan ritual dan magis merupakan jenis tumbuhan tertentu yang berkaitan erat dengan acara adat. Baik itu kehidupan individu berupa kelahiran, perkawinan, hingga kematian.
Bukan hanya itu saja, tanaman ritual dan magis juga tidak terlepas dari tradisi tentang pertanian, lingkungan, hingga pendirian bangunan tertentu. Salah satu tanaman yang tak terlewatkan untuk digunakan adalah kembang boreh. Dikatakan kembang boreh biasanya terdiri dari kenanga, sedap malam, bougenville, soka, hingga pandan wangi.
Mengacu dari penjelasan tadi, dapat dipahami kembang boreh memiliki makna tersendiri bagi setiap masyarakat. Namun demikian, kembang boreh ini tak terlepas dari campuran berbagai jenis bunga yang digunakan dalam tradisi tertentu.
Mitos Bau Pandan sebagai Bagian Kembang Boreh
Seperti yang telah disinggung sebelumnya, beberapa masyarakat menjadikan kembang boreh sebagai wewangian alami dan ubarampe dalam tradisi tertentu. Ini tak terlepas dari daun pandan yang beraroma wangi. Sebagai bagian dari kembang boreh, ternyata daun pandan ini juga menyimpan mitos-mitos tertentu. Apa sajakah itu?
Masih mengacu dari buku yang sama, yaitu 'Kecantikan Perempuan Timur', disampaikan kembang boreh berupa campuran bunga mawar putih atau merah, melati, dan daun pandan yang sudah diiris-iris sebelumnya diyakini dapat menolak bala. Terlebih apabila seseorang sudah sembuh dari sakitnya.
Tidak hanya itu saja, kembang boreh juga identik dengan upacara kematian. Biasanya kembang boreh ini digunakan sebagai bagian dari tradisi pemakaman, tapi tidak sedikit juga yang menggunakannya untuk nyekar. Sebagai informasi, Senarai Istilah Jawa mendefinisikan nyekar sebagai tradisi datang ke makam leluhur untuk menabur bunga, berdoa, dan tak jarang dilanjutkan dengan acara kendurenan atau makan bersama di sekitar makam.
Kemudian di dalam buku 'Filsafat Jawa: Menguak Filosofi, Laku Hidup, dan Ajaran Leluhur Jawa' oleh Sri Wintala Achmad, kembang boreh berupa kembang putihan melibatkan campuran tiga bunga berwarna putih. Ketiga bunga yang dimaksud adalah melati, mawar putih, dan kantil.
Kembang boreh sebagai kembang putihan dipercaya memiliki makna filosofis bagi masyarakat tertentu. Diyakini kembang boreh ini menjadi simbol agar segala sesuatunya selalu dalam tindak tanduk yang suci. Serupa dengan warna putih yang ada dalam campuran kembang boreh ini.
Itulah tadi penjelasan mengenai kembang boreh yang melibatkan campuran daun pandan lengkap dengan mitos-mitos yang berkembang di tengah masyarakat. Semoga informasi ini dapat menjawab rasa penasaran kamu ya, detikers.
(sto/apl)
Komentar Terbanyak
Jokowi Berkelakar soal Ijazah di Reuni Fakultas Kehutanan UGM
Blak-blakan Jokowi Ngaku Paksakan Ikut Reuni buat Redam Isu Ijazah Palsu
Tiba di Reuni Fakultas Kehutanan, Jokowi Disambut Sekretaris UGM