Yogyakarta atau Jogja termasuk salah satu kota penghasil batik di Indonesia. Batik Yogyakarta memiliki ciri khas tersendiri. Begitu pula batik-batik dari daerah lain yang juga memiliki kekhasan masing-masing.
Simak artikel ini untuk mengetahui informasi mengenai batik Yogyakarta, mulai dari ciri khas serta 7 macam motif batik Yogyakarta.
Ciri Khas Batik Yogyakarta
Batik Yogyakarta pada dasarnya mirip dengan batik Surakarta atau Solo karena memiliki akar yang sama, yaitu Kerajaan Mataram. Di era Kerajaan Mataram, batik sudah ada dan motif dasarnya terus dipakai di Jogja dan Solo.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meski memiliki motif dasar yang sama, ada perbedaan antara batik Yogyakarta dengan batik Solo. Berikut sejumlah ciri khasnya:
1. Warna Dasar Putih
Dikutip dari Journal of Intellectual Property (Jipro) Vol 2 No 1 Tahun 2019 karya Euis Sunaryo dari Universitas Al Azhar Indonesia, ciri khas batik Yogyakarta yang pertama adalah terkait pewarnaan.
Batik Yogyakarta memiliki tampilan dasar putih yang mencolok dan bersih. Hal ini berbeda dengan batik Solo yang tampilan dasarnya lebih kalem, yaitu berwarna sogan atau cokelat. Berbeda pula dengan batik dari pesisir yang cenderung tampak cerah berwarna-warni.
2. Pola Geometri Besar
Motif batik banyak menggunakan pola geometri. Batik Yogyakarta khas dengan motif geometrinya yang besar. Ini membedakan dengan batik Solo yang polanya lebih kecil.
3. Motif Lebih Simpel
Dalam penelitian di situs Universitas Sebelas Maret (UNS), disebutkan bahwa motif batik Yogyakarta lebih simpel. Misalnya motif kawung Yogyakarta bentuknya gemuk, besar-besar, dan simpel. Berbeda dengan motif kawung Solo yang ramping dan lebih rumit.
Aneka Motif Batik Yogyakarta
Batik Jawa sebetulnya memiliki motif dasar klasik yang sama. Misalnya motif parang yang bisa ditemui pada batik Yogyakarta maupun Solo. Namun motif turunannya berbeda-beda sesuai dengan ciri khas masing-masing.
Dikutip dari situs Kemdikbud, motif dasar dari batik Yogyakarta antara lain parang, nitik, gringsing, semen, kawung, dan lereng. Berikut penjelasannya:
1. Motif Parang
![]() |
Berdasarkan buku Motif Batik Klasik Legendaris dan Turunannya oleh Adi Kusrianto, motif parang sebetulnya hanya bisa dipakai oleh raja, permaisuri dan putra-putri raja. Meski kini batik parang dapat dibeli di toko, motif tersebut dilarang dipakai jika berkunjung ke keraton.
Motif parang sangat unik dan mudah dikenali. Bentuknya sekilas mirip huruf S yang berjajar memanjang dan miring. Nama parang berasal dari kata pereng yang berarti lereng, makanya motif ini miring atau diagonal.
Ciri khas parang pada batik Yogyakarta adalah bentuk diagonalnya dari kanan atas ke kiri bawah, sementara parang Solo miring dari kiri atas ke kanan bawah.
Contoh motif parang pada batik Yogyakarta adalah parang barong ceplok gurdo dan parang kusumo.
2. Motif Kawung
![]() |
Dalam situs Pemprov DIY, disebutkan motif kawung berbentuk bulat mirip buah kawung, yaitu buah mirip kelapa, terkadang disebut aren atau kolang-kaling. Motif ini memiliki makna kesempurnaan, kemurnian dan kesucian.
Bentuk motif kawung Yogyakarta besar-besar dan lebih simpel dibandingkan kawung Solo. Contoh dari kawung Yogyakarta antara lain kawung beton, ceplok kawung melati, dan kawung sulur daun.
3. Motif Nitik
![]() |
Batik nitik termasuk salah satu motif batik tulis Yogyakarta yang tertua. Disebut nitik karena dibuat dari proses membuat titik (tidak diseret) hingga berwujud suatu bidang, ruang, atau sudut.
Ciri khasnya adalah pada motif nitik yang terlihat seperti bujur sangkar. Contoh motif nitik pada batik Yogyakarta antara lain nitik cakar ayam, nitik nogosari, dan nitik grompol.
4. Motif Gringsing
![]() |
Motif gringsing diartikan sebagai 'sehat' atau 'tidak sakit'. Motif ini berupa isen-isen (isian) mata deruk atau bulatan yang diameternya kurang lebih setengah cm. Bulatan kecil ini tersusun rapi menjadi seperti sarang lebah .
Gringsing biasanya menjadi latar, kemudian dipadukan dengan motif besar seperti ceplok, bentuk kupu-kupu, bunga, hingga tumbuh-tumbuhan.
Contoh motif gringsing adalah gringsing ceplok mangkoro, gringsing terbuka ceplok bintang, dan gringsing tertutup lung kembang.
5. Motif Semen
![]() |
Motif semen berasal dari kata semian (bersemi). Maksudnya adalah gambaran tentang kehidupan yang bersemi, makmur,berkembang positif. Beberapa ornamen dalam motif ini berkaitan dengan daratan (hewan dan tumbuhan), udara (burung dan awan), air (ikan, ular, katak).
Contoh motif semen pada batik Yogyakarta meliputi sidoluhur, sidomukti, sidoasih, dan sidomulyo.
6. Motif Lereng
![]() |
Motif lereng mirip dengan motif parang, namun tidak memiliki ornamen pemisah (mlinjon). Motif ini hanya berupa deretan garis diagonal sempit yang penuh dengan pola kecil.
Salah satu contoh motif lereng yang sering dijumpai adalah udan liris (hujan rintik-rintik).
7. Motif Truntum
![]() |
Terakhir adalah motif batik truntum yang berupa kuntum bunga. Biasanya motif batik ini digunakan pada jarik untuk menggendong bayi. Makna motif ini adalah simbol harapan agar anak nantinya memiliki cinta kasih kepada sesama, alam lingkungan, dan Tuhan.
Contoh motif truntum antara lain truntum pari, truntum garuda, dan truntum babon angrem. Nah, itulah penjelasan mengenai batik Yogyakarta, lengkap dengan ciri khas dan 7 jenis motif yang ada di Yogyakarta.
(bai/row)
Komentar Terbanyak
Jokowi Berkelakar soal Ijazah di Reuni Fakultas Kehutanan UGM
Blak-blakan Jokowi Ngaku Paksakan Ikut Reuni buat Redam Isu Ijazah Palsu
Tiba di Reuni Fakultas Kehutanan, Jokowi Disambut Sekretaris UGM