Kenalkan Budaya Jogja, Geralda Angkat Tema Sumbu Filosofi-Batik di JFW 2024

Kenalkan Budaya Jogja, Geralda Angkat Tema Sumbu Filosofi-Batik di JFW 2024

Pradito Rida Pertana - detikJogja
Minggu, 25 Agu 2024 17:07 WIB
Para model saat melakukan fashion show mengenakan koleksi yang mengangkat sumbu filosofi Jogja, Minggu (25/8/2024).
Para model saat melakukan fashion show mengenakan koleksi yang mengangkat sumbu filosofi Jogja, Minggu (25/8/2024). Foto: Pradito Rida Pertana/detikJogja.
Bantul -

Jogja Fashion Week (JFW) 2024 menjadi ajang unjuk gigi para desainer dengan berbagai karya terbarunya. Uniknya dalam gelaran tersebut ada desainer yang mengusung tema sumbu filosofi untuk mengenalkan budaya Jogja.

Adalah Geralda Almira Pribadi (23). Warga Kota Jogja ini menceritakan tahun ini mengusung enam koleksi dengan tema yang sustainable atau berkelanjutan. Namun, semua itu tetap memegang teguh terhadap budaya Jogja.

"Jadi saya mempresentasikan garis imajiner Jogja, garis yang menghubungkan dari Pantai Selatan, Panggung Krapyak, Keraton, Tugu Pal Putih, dan Gunung Merapi. Itu saya coba representasikan dalam setiap koleksi," katanya kepada wartawan di Jogja Expo Center (JEC), Minggu (25/8/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Para model saat melakukan fashion show mengenakan koleksi yang mengangkat sumbu filosofi Jogja, Minggu (25/8/2024).Para model saat melakukan fashion show mengenakan koleksi yang mengangkat sumbu filosofi Jogja, Minggu (25/8/2024). Foto: Pradito Rida Pertana/detikJogja

Untuk jumlah koleksi sendiri, Geralda menyebut ada enam. Di mana keenam koleksi tersebut bakal ditampilkan saat sesi fashion show.

"Misal ada beberapa look yang memiliki lengan bergelombang, itu mempresentasikan lahar gunung merapi dan ombak laut selatan, terus ada yang menampilkan look sebuah boks yang melambangkan Panggung Krapyak," ujarnya.

ADVERTISEMENT

Bahkan, Geralda menyebut ada satu karyanya yang menggunakan sisa-sisa kain batik. Semua itu juga untuk merepresentasikan sesuatu hal yang berhubungan dengan kehidupan.

"Semua itu terkoneksi dan menghubungkan garis tersebut. Look (tampilan) terakhir saya buat dari sisa-sisa kain. Yang berarti sekecil apapun kain batik itu pasti ada artinya, di mata kita sendiri tahu sekarang banyak bangunan bersejarah yang kurang dijaga tapi bagaimanapun mereka tetap punya nilai historis," ucapnya.

Terkait alasannya mengusung sumbu filosofi pada karyanya kali ini, Geralda mengaku karena sering melihat proses membatik. Di sisi lain, ternyata semua proses pembatikan itu memiliki filosofi yang mendalam

"Saya dari kecil melihat proses membatik, semua detail dan punya makna sangat mendalam. Semua punya filosofi tersendiri. Makanya saya tertarik mengangkat salah satu filosofi yaitu garis imajiner Jogja," katanya.

Oleh sebab itu, keenam koleksinya tersebut menggunakan kain batik. Akan tetapi, kain batik itu bukan kain batik biasa melainkan bati prada.

Para model saat melakukan fashion show mengenakan koleksi yang mengangkat sumbu filosofi Jogja, Minggu (25/8/2024).Para model saat melakukan fashion show mengenakan koleksi yang mengangkat sumbu filosofi Jogja, Minggu (25/8/2024). Foto: Pradito Rida Pertana/detikJogja

Secara rinci, prada dalam bahasa Jawa artinya adalah emas. Sehingga batik prada merupakan batik tulis, batik cap atau kombinasi yang sebagian motifnya diberi sentuhan unik berupa lapisan warna keemasan untuk menampilkan kesan mewah dan glamor.

"Bahan batik yang saya gunakan batik prada, mungkin kalau anak muda seusia saya tidak tahu, tahunya batik biasa yang digunakan sehari-hari. Makanya batik saya padukan dengan denim dan kain-kain lain yang kesannya lebih modern," ucapnya.

Semua itu, kata Geralda, untuk mengenalkan budaya Jogja kepada generasi muda khususnya GenZ. Selain itu agar generasi muda saat ini tertarik mengenakan pakaian batik.

"Semua titik diambil, dari Gunung Merapi, Tugu Pal Putih, Keraton, Panggung Krapyak sampai laut selatan. Karena semua itu ingin mengenalkan apa sumbu filosofi dan batik kepada generasi muda," katanya.

Omzet selama Gelaran JFW

Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menyebut Jogja Fashion Week (JFW) tahun ini melebihi ekspektasi. Pasalnya tahun lalu omzet tidak capai Rp 500 juta dan tahun ini baru hari ketiga sudah capai miliaran rupiah.

Kepala Disperindag DIY, Syam Arjayanti mengatakan, bahwa tercatat jumlah pengunjung untuk fashion show sekitar 6 ribu orang. Sedangkan untuk pameran jumlah pengunjung sekitar 5 ribu orang.

"Pengunjung total sekitar 6.000 itu belum sama hari ini ya," katanya kepada wartawan di Jogja Expo Center, Banguntapan, Bantul, Minggu (25/8) malam.

Sedangkan untuk omzet, Syam menyebut hingga hari ketiga penyelenggaraan JFW menembus miliaran rupiah. Menurutnya, semua itu melebihi ekspektasi pihaknya.

"Alhamdulillah JFW selama empat hari ini melebihi ekspektasi dari kami, seperti jumlah pengunjung terutama dari sisi omzet. Omzet yang kita target Rp 2 miliar, kemarin hari ketiga mencapai Rp 1,8 miliar dan itu pun belum semua tenant masuk dan hari terakhir ini belum masuk," ucapnya.

Sedangkan untuk transaksi paling banyak, wanita berhijab ini menyebut pakaian. Menurutnya, banyaknya transaksi juga karena gelaran tersebut berlangsung akhir pekan dan menciptakan wisata belanja di Jogja.

"Paling banyak transaksi baju, karena yang mahal-mahal itu ternyata laku kok. Jadi wisata belanja di JFW jalan, karena tahun kemarin tidak mencapai Rp 500 juta dan tahun ini melebihi," ujarnya.




(apl/apl)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads