Kerap Main Horor Serius, Putri Ayudya Sulit Tahan Ketawa di Rumah Dinas Bapak

Kerap Main Horor Serius, Putri Ayudya Sulit Tahan Ketawa di Rumah Dinas Bapak

Dwi Agus - detikJogja
Sabtu, 10 Agu 2024 21:58 WIB
Putri Ayudya bersama Sadana Agung, Ega Al Fariz dan Octavianu saat pemutaran film Rumah Dinas Bapak di Jogja City Mall, Sabtu (10/8/2024).
Putri Ayudya bersama Sadana Agung, Ega Al Fariz dan Octavianu saat pemutaran film Rumah Dinas Bapak di Jogja City Mall, Sabtu (10/8/2024). (Foto: Dwi Agus/detikJogja)
Jogja -

Berperan sebagai Bu Joko dalam film Rumah Dinas Bapak ternyata menjadi tantangan tersendiri bagi Putri Ayudya. Aktris yang kerap berperan dalam film horor harus mengubah pola beraktingnya. Pasalnya, film yang menceritakan masa kecil komika Dodit Mulyanto ini dikemas dengan genre horor komedi.

Ditemui usai pemutaran film di Jogja City Mall, Putri menceritakan seluruh pengalamannya. Berpengalaman dalam berbagai film horor ternyata tidak mudah saat bermain dalam Rumah Dinas Bapak. Terlebih sejumlah adegan dalam film memang dikemas lucu dan khas komedi ala Dodit Mulyanto.

"Tantangannya paling sulit tahan ketawa, tapi ini esensi dari komedi. Susah nahan ketawa saat ada adegan yang aneh. Bukan hanya berubah emosi tapi berubah genre, Dari yang horror tiba-tiba drama jadi komedi, terus dari komedi balik ke horor," jelasnya saat ditemui di Jogja City Mall Sleman, Sabtu (10/8/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurutnya, berperan sebagai Bu Joko adalah tantangan besar baginya. Bagaimana dia bisa menghidupkan sosok dan peran Bu Joko. Di satu sisi mengikuti perubahan alur dari horor menjadi komedi dan sebaliknya.

Diketahui bahwa sejumlah film Putri Ayudya sebelumnya memang murni horor. Sebut saja Perjamuan Iblis, Kuyang, Pamali, Kereta Berdarah, Tumbal Kanjeng Iblis, Pemukiman Setan dan Qorin. Peran-peran mampu dimainkan dengan apik sehingga nuansa horor muncul.

ADVERTISEMENT

"Buat aku tantangan banget sih sebenarnya tapi memang dengan ada workshop yang cukup dengan reading yang cukup, kita udah tahu dan aku baru tahu kalau komedi itu sebenarnya bisa dirumuskan gitu. Ada formulanya, jadi ya belajar juga dari sini aku agak lucu gitu loh akhirnya mencoba," kesannya.

Dalam film ini, Putri menceritakan juga tak ingin kelepasan komedi. Dalam artinya alur cerita horor tetap ada namun juga tidak sepenuhnya beralih komedi. Terutama menceritakan masa kecil Dodit Mulyanto yang ikut bapaknya bertugas di sebuah hutan di Blitar, Jawa Timur.

Unsur komedi yang dihadirkan juga tak asal tertawa. Terbukti dengan adanya keterlibatan komika Erwin Wu dan Dodit Mulyanti sendiri dalam naskah komedi. Sehingga alur komedi tetap ada namun tidak menghilangkan unsur horor.

"Ceritanya itu Blitar, cerita aslinya, tapi kita syuting di Blora dan sekitarnya. Proses syutingnya tidak ada sebulan, 18 sampai 20 hari. Untuk komedi juga ada komika Mas Erwin Wu dan Mas Dodi. Dramanya juga ceritanya 90 persen Mas Dodit, termasuk bapaknya yang seorang Polhut," ujarnya.

Di satu sisi, Putri menilai film ini syarat akan pesan. Tak sekadar bercerita tentang masa kecil Dodit, komedi atau horornya. Namun ada ajakan untuk memahami sebuah kehidupaan berkeluarga.

Selain itu ju mengajak mengenang masa kecil. Dalam artian memiliki sebuah keinginan dan impan hingga berusaha untuk mendapatkannya. Hngga akhirnya menjadi bekal dan pondasi ketika sudah memasuki usia dewasa.

"Dalam keluarga punya keanehan dan cara komunikasi yang beda. Masa kecil punya perananan penting bagi ita. Film ini ingatkan masa kecil dan keluarga punya peranan dalam pencapaian penting dalam hidup kita," katanya.

Dalam promo film ini, Putri Ayudya tidak datang sendiri. Adapula Sadana Agung, Ega Al Fariz dan Octavianu. Sementara Dodit Mulyanto berhalangan hadir dalam pemutaran di Jogja ini.




(aku/aku)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads