Sakralnya Topeng Klana Sewandana Gunungkidul yang Hanya Bisa Dipakai Keturunan

Sakralnya Topeng Klana Sewandana Gunungkidul yang Hanya Bisa Dipakai Keturunan

Muhammad Iqbal Al Fardi - detikJogja
Minggu, 21 Jul 2024 09:30 WIB
Pengguna topeng Klana Sewandana saat ini, Bagas Wisnu Admaja (21), saat mengenakan topeng tersebut Selasa (16/7/2024).
Pengguna topeng Klana Sewandana saat ini, Bagas Wisnu Admaja (21), saat mengenakan topeng tersebut Selasa (16/7/2024). Foto: Muhammad Iqbal Al Fardi/detikJogja
Gunungkidul -

Topeng Klana Sewandana telah diwariskan selama lima generasi di Kalurahan Duwet, Kapanewon Wonosari, Kabupaten Gunungkidul. Topeng tersebut hanya bisa dikenakan oleh seorang penari.

Sesepuh kelompok wayang topeng Murih Marsudi Budoyo, Nardi Purwanto (70), menuturkan selain topeng Klana Sewandana, topeng Doyok dan Bancak telah diwariskan kepada lima generasi. Saat ini topeng tersebut diwariskan dan disimpan di rumah Heni Eka Wati yang terhitung masih kerabatnya (34).

Disebutkan topeng tersebut merupakan pemberian dari keraton Jogja. Tiga topeng itu juga dikeramatkan hingga kini.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Ini harus dikeramatkan dan kalau mau pentas harus didoakan agar selamat. Semuanya karena itu warisan dari keraton," ungkap Nardi kepada detikJogja saat ditemui di rumahnya di Jogoloyo, Selasa (16/7/2024).

Sementara saat diwawancarai terpisah, Heni mengungkapkan dirinya mewarisi ketiga topeng itu dari almarhum ayahnya, Karana, pada 2015. Ayahnya mewarisi topeng itu dari almarhum kakeknya, Pawiro Tarno, pada tahun 2003.

ADVERTISEMENT

"Topengnya itu dari mbah saya. 2015 bapak meninggal ya cuma ketepatan (kebetulan sebagai garis keturunan pewaris) itu," jelas perempuan yang menjabat sebagai Dukuh Jogoloyo kepada detikJogja saat ditemui di rumahnya di Jogoloyo, Selasa (16/7/2024).

Dari kanan ke kiri, topeng Klana Sewandana, Bancak dan Doyok saat dikeluarkan dari kotak penyimpanannya di rumah pewaris kelima, Heni Eka Wati (34), Selasa (16/7/2024).Dari kanan ke kiri, topeng Klana Sewandana, Bancak dan Doyok saat dikeluarkan dari kotak penyimpanannya di rumah pewaris kelima, Heni Eka Wati (34), Selasa (16/7/2024). Foto: Muhammad Iqbal Al Fardi/detikJogja

Harus Dikenakan oleh 1 Penari

Dari ketiga topeng itu, Nardi mengatakan Klana merupakan topeng utama yang hanya dikenakan oleh seorang penari secara turun-temurun. Nardi mengatakan saat ini topeng Klana dikenakan oleh cucunya, Bagas Wisnu Admaja (21).

"Topeng Klana yang pakai itu sudah turun temurun. Sekarang Wisnu sebagai penari Klana," kata Nardi.

Penari sebelum Wisnu, Nardi mengatakan yakni Karana dan Pawiro. Mereka berperan sebagai Panji Asmorobangun atau raja dalam tarian yang mengisahkan kisah percintaan Panji dan Dewi Sekartaji.

"Yang pakai topeng Klana itu perannya sebagai Panji," tutur Nardi.

Selain topeng Klana, dia menerangkan bisa dikenakan oleh orang selain keturunan penari tersebut. Sayangnya, Nardi tidak mendapatkan penjelasan di balik alasan topeng Klana Sewandana itu harus dikenakan oleh keturunan penari.

"Kalau topeng lainnya bisa dipakai sama yang lain termasuk Doyok sama Bancak," ungkapnya.

Biasanya tari tersebut dipentaskan pada saat tradisi Nyadran di Padukuhan Jogoloyo tiga tahun sekali. Terdekat Nyadran dilakukan pada September 2024.

"Biasanya dipentaskan saat Nyadran di sini," katanya.

Selanjutnya, Wisnu mengatakan dirinya mengenakan topeng tersebut pertama kalinya pada perayaan Nyadran di tahun 2018. Saat itu mahasiswa UNY tersebut masih duduk di bangku kelas 1 SLTA.

"Pertama kali pakai topeng Klana itu tahun 2018," jelas Wisnu saat ditemui di rumah Nardi, Selasa (16/7/2024).

Dia mengatakan topeng tersebut hanya dikenakan saat pementasan tari saja. Sebab Wisnu menerangkan topeng Klana disakralkan.

"Kan topeng itu disakralkan jadi pakai pas pentas saja," ungkapnya.

Selama pentas tari itu, Wisnu mengenakan topeng tersebut selama kurang lebih 25 menit. Dia mengenakan topeng Klana selama lima menit di lima babak.

Dari kanan ke kiri, topeng Klana Sewandana, Bancak dan Doyok saat dikeluarkan dari kotak penyimpanannya di rumah pewaris kelima, Heni Eka Wati (34), Selasa (16/7/2024).Dari kanan ke kiri, topeng Klana Sewandana, Bancak dan Doyok saat dikeluarkan dari kotak penyimpanannya di rumah pewaris kelima, Heni Eka Wati (34), Selasa (16/7/2024). Foto: Muhammad Iqbal Al Fardi/detikJogja

Kesaksian Mistis Topeng Klana

Suatu saat ada seorang penari di luar keturunan pengguna topeng Klana mengenakan topeng tersebut saat upacara Nyadran. Nardi menerangkan penari tersebut tidak bisa menyelesaikan tariannya sebab pingsan.

"Belum sampai selesai dia sudah pingsan di panggung. Itu diyakini tidak semua orang bisa pakai topeng itu," kata Nardi.

Pada tahun 2015, Wisnu mengatakan seorang penari lainnya mengenakan topeng Klana saat pentas tari pada perayaan Nyadran. Namun begitu, seorang sinden kesurupan dan marah karena orang tersebut bukan keturunan pengguna topeng Klana.

"Topengnya itu dipakai orang luar keturunan. Sindennya kesurupan nggak terima kalau topengnya dipakai orang lain," ungkap Wisnu.

"Pokok e ora trimo dinggo wong liyo (tidak terima karena topeng Klono dikenakan orang lain)," imbuh Wisnu menirukan sinden yang kerasukan itu.

Saat itu, Karana masih sakit sebelum meninggal dan Wisnu masih belum berani mengenakan topeng itu. Oleh karena itu, topeng tersebut dikenakan oleh seorang teman Karana.

"Saya belum berani karena belum besar (cukup remaja untuk mengenakan topeng tersebut)," ungkap Wisnu.

Setelah kejadian tersebut, Wisnu menerangkan tidak satu pun orang bukan keturunan penari tersebut berani mengenakan topeng Klana Sewandana.

"Setelah itu tidak ada orang luar yang berani pakai topeng," ucapnya.




(apu/cln)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads