- Apa Itu Upacara Siraman?
- Tujuan Upacara Siraman
- Barang-Barang untuk Upacara Siraman Air Kembang setaman Konyoh manca warna Landha merang Santan kanil Banyu asem Dua kelapa tua Slemek lungguh Jarik atau kain empat warna Kain mori satu lembar Kain grombol dan nagasari Sabun dan handuk Kendhi Sesaji Siraman
- Tata Cara Pelaksanaan Upacara Siraman 1. Penyiapan air 2. Calon pengantin menuju tempat upacara Siraman 3. Prosesi Siraman 4. Akhir upacara Siraman 5. Pengucuran dan penghancuran kendhi 6. Kembalinya pengantin ke kamar pengantin
Pura Pakualaman akan menggelar hajat dalem Dhaup Ageng Pakualaman, yakni pernikahan antara BPH Kusumo Kuntonugroho dengan dr. laily Annisa Kusumastuti. Salah satu prosesi dalam rangkaian acaranya adalah upacara Siraman.
Menurut Ketua Bidang II panitia Dhaup Ageng, Kanjeng Raden Tumenggung (KRT) Radyo Wisroyo, prosesi Siraman akan dilaksanakan pada Selasa, 9 Januari 2024. Adapun susunannya terdiri dari Siraman Putri di KD Kepatihan Gandhok Wetan pada pukul 09.00 WIB dan Siraman Kakung di KD Gedhong Parangkarasa pada pukul 10.30 WIB.
Lantas apa sebenarnya upacara Siraman? Berikut pembahasan mengenai upacara Siraman di bawah ini lengkap dengan penjelasan, tujuan, barang-barang yang diperlukan dan tata caranya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Apa Itu Upacara Siraman?
Mengutip jurnal berjudul 'Adat Budaya Siraman Pengantin Jawa Syarat Makna dan Filosofi' karya Endang Setyaningsih dan Atiek Zahrulianingdyah dalam Jurnal Teknobuga, dulunya tradisi pernikahan Jawa dan segala pernak-perniknya hanya boleh dilakukan di lingkungan keraton. Namun, saat ini, upacara-upacara pernikahan tersebut sah-sah saja dilakukan oleh masyarakat biasa, termasuk upacara Siraman.
Menyadur penjelasan dari 'Makna Simbolik Upacara Siraman Pengantin Adat Jawa' oleh Waryunah Irmawati, istilah Siraman berasal dari kosa kata Jawa, siram, yang berarti mengguyur atau mandi.
Upacara Siraman dilakukan antara jam 10.00 hingga 15.00 WIB sehari sebelum upacara panggih. Ada juga yang menyebut Siraman dapat dilakukan di jam 10.00-11.00 WIB dan 15.00-16.00 WIB.
Konon, pada pukul 11.00 WIB, akan ada bidadari yang turun untuk mandi bersama para pengantin. Hal ini menjadi sebab banyak pengantin yang memilih untuk mandi pada jam tersebut.
Dalam upacara ini, yang bertugas untuk menyirami calon pengantin adalah sesepuh yang telah dipilih. Jumlah para penyiram adalah ganjil, bisa 5, 7, 9, 11, dan 13. Namun, biasanya akan dipilih jumlah 7 agar calon pengantin tidak terlalu kedinginan.
Sesepuh yang dipilih pun tidak sembarangan. Yang diutamakan adalah sesepuh yang masih jangkep (masih beristri/bersuami). Namun, jika terpaksa, dapat juga dipilih sesepuh yang telah berstatus duda atau janda.
Dapat juga dipilih dari sesepuh yang hidupnya sukses, baik dari segi karier maupun kehidupan rumah tangganya. Sebelum Siraman dilakukan, calon pengantin harus lebih dahulu melalui upacara sungkeman.
Nanti, usai upacara Siraman, upacara midodareni akan dilakukan di malam harinya. Perlu diketahui bahwa upacara Siraman diperuntukkan untuk kedua mempelai, bukan hanya wanita saja.
Tujuan Upacara Siraman
Siraman dilakukan untuk memohon berkah dan rahmat dari Tuhan Yang Maha Esa. Harapannya, kedua pengantin dibersihkan dari godaan dan pengaruh buruk yang mungkin akan datang dalam kehidupan rumah tangga.
Selain itu, sebagaimana mandi pada umumnya, upacara Siraman bertujuan untuk menyegarkan badan. Dengan badan yang segar, diharapkan jiwanya siap untuk mengarungi bahtera kehidupan baru yang menanti.
Barang-Barang untuk Upacara Siraman
Daftar barang-barang yang diperlukan dalam prosesi Siraman di bawah ini dikutip dari artikel berjudul 'Upacara Siraman dalam Rangkaian Upacara Perkawinan Adat Jawa' karya Ernawati Purwaningsih yang diunggah pada laman DPAD Kota Jogja. Berikut ini rinciannya:
Air
Air ini mesti diambil dari sumur yang bersih. Setelah disiramkan pada pengantin, diharapkan mendapat kesucian lahir dan batin layaknya air bersih.
Kembang setaman
Kembang setaman merupakan perpaduan beberapa bunga seperti mawar, melati, bunga cempaka putih (kantil), dan kenanga. Semuanya dimasukkan dalam air sehingga mengeluarkan aroma harum.
Konyoh manca warna
Adalah lulur yang menggunakan bahan dasar tepung beras dan kencur. Adonannya kemudian dicampur dengan 5 warna, yakni merah, kuning, hijau, biru, dan putih. Konyoh ini nantinya akan dilulurkan pada kedua pengantin.
Landha merang
Landha merang adala shampo yang akan digunakan dalam upacara Siraman. Landha merang sejatinya adalah abu merang yang direndam dalam air. Merang sendiri adalah batang padi kering yang tidak ada sekam dan daunnya.
Santan kanil
Santan pekat ini digunakan untuk menghitamkan rambut.
Banyu asem
Akan dipergunakan sebagai kondisioner.
Dua kelapa tua
Keduanya diikat menjadi satu dengan sabut kelapa lalu dimasukkan air yang telah diberi kembang setaman tadi.
Slemek lungguh
Untuk Siraman, alas duduk yang digunakan adalah tikar pandan dengan ukuran 1 meter persegi, kain mori satu lembar, dan jarik satu lembar. Selain itu, digunakan juga beberapa daun yang terdiri dari daun kluwih, kara, dadap srep, dan alang-alang. Dedaunan ini nantinya diletakkan di bawah tikar.
Jarik atau kain empat warna
Kain empat warna yang dimaksud adalah bango tulak yuyu sekandhang (kain lurik tenun berwarna coklat dan benang kuning), pulo wati (kain lurik putih garis hitam), dan kain lain berwarna jingga.
Kain mori satu lembar
Ukurannya kira-kira dua meter, serta kain batik sebelum memakai mori.
Kain grombol dan nagasari
Jika tidak ada, bisa diganti motif lain seperti sidomukti, sidoasih, semen raja, semen rama, atau sidoluhur.
Sabun dan handuk
Digunakan untuk membersihkan dan mengeringkan badan.
Kendhi
Barang ini berisi air bersih dan digunakan untuk menandai berakhirnya upacara Siraman
Sesaji Siraman
- Tumpeng robyong (nasi putih berbentuk kerucut dihias dengan sayuran mentah. Maknanya agar banyak tamu yang datang saat hajatan)
- Tumpeng gundhul (melambangkan payudara ibu. Diharapkan agar anak-anak pertama kali hidup dengan air susu ibu)
- Dhahar anyep-anyepan
- Pisang raja salirang
- Pisang pulut salirang genap
- Pala gumantung
- Pala kependhem
- Pala kesimpar
- Empluk-empluk yang telah diberi bumbu dapur lengkap
- Telur ayam kampung 1 butir
- Kelapa yang sudah dikupas kulitnya
- Gula jawa setangkep
- Cuplak ajug-ajug (untuk obor)
- Kembang telon
- Jenang werna pitu
- Jajan pasar
- Jadah
- Jenang dodol
- Wajik
- Kacang Cina
- Ayam jago seekor
Tata Cara Pelaksanaan Upacara Siraman
Terdapat enam tahapan dalam upacara Siraman. Di bawah ini penjabaran masing-masingnya:
1. Penyiapan air
Tempat air pada Siraman adalah pengaron. Padanya dimasukkan air, kembang setaman, berikut dua buah kelapa yang telah diikat.
2. Calon pengantin menuju tempat upacara Siraman
Setelah mengenakan busana Siraman, kedua mempelai dijemput oleh orang tua dari kamar pengantin. Kedua pengantin bersama orang tua dan pinisepuh yang membawa ubarampe lalu pergi menuju tempat Siraman. Ubarampe yang dibawa adalah jarik grompol satu lembar, nagasari satu lembar, handuk, dan padupan
3. Prosesi Siraman
Sebelum mulai mengguyur badan pengantin, terlebih dahulu diawali dengan doa. Secara berurutan, bapak, ibu, dan para sesepuh akan bergantian menyiram pengantin. Masing-masing dengan tiga kali Siraman.
4. Akhir upacara Siraman
Juru rias atau sesepuh yang telah dipilih kemudian mengeramasi pengantin menggunakan landha merang, santan kanil, dan banyu asem. Sedangkan untuk tubuhnya, maka diluluri dengan konyoh. Setelahnya, lalu disiram lagi sampai bersih.
5. Pengucuran dan penghancuran kendhi
Usai disiram untuk yang kedua kalinya setelah diluluri, maka calon pengantin kemudian memanjatkan doa. Setelahnya, juru rias akan mengucurkan kendhi untuk berkumur sebanyak tiga kali. Sumber lain menyebut bahwa yang dilakukan adalah berwudhu alih-alih kumur.
Usai berkumur, juru rias akan mengguyurkan air kendhi ke kepala calon pengantin sebanyak tiga kali serta membersihkan muka, telinga, leher, tangan, dan kaki sejumlah tiga kali juga. Ketika air kendhi telah habis, juru rias akan memecahkannya di hadapan kedua orang tua.
6. Kembalinya pengantin ke kamar pengantin
Calon pengantin kemudian diajak kembali oleh kedua orang tuanya kembali ke kamar pengantin dengan cara digandeng. Sesampainya di kamar pengantin, kedua mempelai akan mengeringkan tubuh dan bersiap melakukan upacara Ngerik.
Meski secara resmi upacara Siraman telah usai, kedua orang tua mempelai masih akan melakukan satu hal lagi, yakni dodol dawet (berjualan dawet). Namun, bukan berarti tamu undangan mesti mengeluarkan uang, melainkan harus membayar menggunakan kreweng (pecahan genting).
Hal ini melambangkan bahwa manusia berasal dari bumi. Dalam menjual dawet, sang ibu bertugas melayani pembeli, sedangkan sang ayah berperan untuk menerima kreweng yang disodorkan. Setelahnya, paling akhir sendiri, diadakanlah doa ucapan syukur.
Nah, itulah penjelasan terkait upacara Siraman, salah satu bagian tradisi pernikahan ala masyarakat Jawa. Semoga informasi yang disampaikan bermanfaat, ya, detikers!
(dil/rih)
Komentar Terbanyak
Jokowi Berkelakar soal Ijazah di Reuni Fakultas Kehutanan UGM
Blak-blakan Jokowi Ngaku Paksakan Ikut Reuni buat Redam Isu Ijazah Palsu
Tiba di Reuni Fakultas Kehutanan, Jokowi Disambut Sekretaris UGM