7 Urutan Prosesi Pernikahan Adat Jogja dan Maknanya

7 Urutan Prosesi Pernikahan Adat Jogja dan Maknanya

Mahendra Lavidavayastama - detikJogja
Minggu, 10 Des 2023 18:36 WIB
Ilustrasi pernikahan Jawa
Foto: Ilustrasi pernikahan Jawa (Getty Images/iStockphoto/Royaax)
Jogja -

Pernikahan menjadi salah satu bagian dari kehidupan manusia, pada zaman dahulu upacara pernikahan adat Jawa belum dilakukan oleh masyarakat secara umum, tetapi hanya dilakukan di lingkungan Keraton Jogja. Namun, saat ini prosesi pernikahan adat Jogja ini telah lumrah dilakukan oleh masyarakat di luar Keraton Jogja.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), nikah dijelaskan sebagai ikatan (akad) perkawinan yang dilakukan sesuai dengan ketentuan hukum dan ajaran agama. Adapun salah satu adat yang biasanya digunakan oleh masyarakat adalah pernikahan adat Jogja.

Mengutip artikel berjudul Tata Urutan Upacara Perkawinan Adat Jawa Gagrag Yogyakarta karangan Ernawati Purwaningsih yang diambil dari laman resmi Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah DI Yogyakarta, berikut beberapa tahapan pernikahan adat Jogja.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Urutan Prosesi Pernikahan dengan Adat Jogja

1. Upacara Tarub

Merupakan upacara yang mengawali proses upacara pernikahan. Upacara ini ditandai dengan memasang berbagai macam daun dari berbagai jenis tanaman dan bleketepe. Upacara Tarub ini dilaksanakan saat pagi atau sore hari, sebelum upacara Siraman. Pada saat melaksanakan upacara Tarub maka akan dilengkapi dengan sesaji berupa pisang raja, kembang telon, tumpeng robyong, tumpeng gundul, tumpeng megana, nasi liwet, dan jajan pasar.

Selain itu, turut dilengkapi pula dengan pohon pisang raja yang telah berbuah satu tandan, kelapa, pohon padi, tebu, daun beringin, dan daun dhadhap srep. Upacara ini diawali dengan doa oleh seluruh keluarga dan tamu undangan serta diakhiri dengan pemasangan bleketepe dan pembagian sesaji bagi semua yang hadir.

ADVERTISEMENT

2. Upacara Nyantri

Pada zaman sekarang, prosesi ini sudah jarang dilakukan, dahulu upacara ini merupakan tradisi yang harus dijalani bagi calon pengantin laki-laki. Sehari atau tiga hari sebelum pelaksanaan ijab dilaksanakan, calon pengantin laki-laki telah diserahkan kepada orang tua calon pengantin perempuan. Setelah itu, calon pengantin laki-laki dititipkan di rumah saudara atau tetangga.

3. Upacara Siraman

Upacara ini ditujukan untuk mengawali merias calon pengantin, banyak lambang atau simbol sebagai nasihat-nasihat dalam menempuh kehidupan berumah tangga. Siraman dilambangkan sebagai membersihkan lahir dan batin calon pengantin, sehingga ketika dirias, wajahnya akan bersinar serta beraroma wangi.

Upacara Siraman dilaksanakan saat pagi menjelang siang sekitar pukul 10.00-11.00 atau sore hari pada pukul 15.00-16.00. Umumnya, upacara ini dilaksanakan oleh pinisepuh, khususnya bagi mereka yang sudah memiliki anak atau cucu serta berbudi luhur dengan maksud meminta berkahnya. Orang yang melakukan siraman biasanya berjumlah ganjil dan diakhiri dengan memecah kendhi.

Beberapa hal yang perlu dipersiapkan seperti air, kembang setaman, konyoh 5 warna, landha merang, santan kanil, air asam, kelapa tua, kain/jarik, kendhi. Turut disiapkan pula sesaji siraman yang terdiri atas tumpeng robyong, tumpeng gundul, pisang raja, pisang pulut, jajan pasar dan lainnya.

4. Upacara Ngerik

Dalam upacara ini memiliki tujuan agar calon pengantin benar-benar bersih lahir batin. Ngerik disini mengandung makna mencukur wulu kalong atau sinom atau rambut halus yang ada di dekat dahi. Upacara ini juga dilengkapi sesaji yang mirip dengan sesaji Upacara Siraman, sehingga sesaji Siraman dapat digunakan juga di Upacara Ngerik.

Beberapa perlengkapan yang harus disiapkan pada Upacara Ngerik adalah dupa, ratus, kain motif truntum, pisau cukur, kaca, handuk, mangkuk berisi air, dan sisir. Setelah siraman selesai calon pengantin perempuan masuk kamar untuk dikeringkan rambutnya lalu setelah kering mulai dirias dengan cengkorongan paesan.

Setelah itu, juru rias baru mulai ngerik yang diakhiri dengan pengantin perempuan dirias dengan riasan tipis, rambut di gelung tekuk, dan menggunakan kain dan kebaya untuk persiapan Upacara Midodareni.

5. Upacara Midodareni

Berasal dari kata widadari/bidadari, upacara ini memiliki kepercayaan jika pada malam hari bidadari akan turun dan dapat memberi kecantikan pada calon pengantin perempuan. Sehingga, Upacara Midodareni ini dilaksanakan mulai dari 18.00 hingga 24.00 dan pengantin perempuan tidak boleh tidur selama waktu tersebut serta tidak boleh keluar dari kamar.

Ketika ada tamu maka tamu tersebut menemui didalam kamar. Calon pengantin perempuan juga tidak boleh bertemu dengan tamu laki-laki dan calon pengantin laki-laki.

Beberapa uborampe yang harus disiapkan dalam upacara ini adalah kembar mayang dan kelapa muda masing-masing dua buah, klemuk dua buah yang diisi dengan berbagai bumbu, empon-empon, biji-bijian, ditutup dengan kain motif bango tulak, kendi isi air sebanyak dua buah, sesaji komplit serta calon pengantin perempuan diberi wewangian seperti irisan pandan wangi, bunga mawar, jeruk pecel, lengkuas, serai, dan parutan kunyit.

6. Upacara Ijab

Upacara ini menjadi inti dari pelaksanaan upacara pernikahan dengan adat Jogja. Dalam prosesi ini suatu pernikahan dinyatakan sah baik dari hukum agama maupun hukum negara.

Dalam upacara ini pengantin laki-laki akan mengucapkan sumpah kepada Allah yang disaksikan kedua orang tua dan seluruh keluarga. Upacara Ijab turut dilengkapi dengan uborampe yang biasa disebut sanggan.

7. Upacara Panggih

Menjadi upacara simbolis bertemunya pengantin laki-laki dengan pengantin perempuan. Upacara ini dilaksanakan setelah ijab, pengantin laki-laki didampingi orang tua dan keluarga menuju rumah pengantin perempuan. Pengantin perempuan keluar kamar didampingi oleh orang tua dan keluarga.

Rangkaian dari Upacara Panggih ini terdiri atas berbagai tahapan seperti seserahan, sanggan, lempar sirih, mencuci kaki, dan memecah telur. Setelah itu, kedua pengantin berjalan bergandengan menuju pelaminan yang dilanjutkan dengan tahapan kacar kucur atau tampa kaya, dhahar walimah atau makan bersama dan diakhiri dengan sungkeman kepada kedua orang tua mempelai.

Itulah penjelasan mengenai deretan prosesi pernikahan adat Jogja. Semoga bermanfaat, Dab!

Artikel ini ditulis oleh Mahendra Lavidavayastama peserta Program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.




(apu/aku)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads