Perkembangan zaman yang identik dengan teknologi agaknya tidak akan pernah bisa menggantikan nilai-nilai tradisional. Pernahkah detikers melihat sebuah kereta dengan empat roda yang ditarik kuda? Ya, itu adalah andong, salah satu moda transportasi tradisional di Jogja.
Para wisatawan yang berkunjung ke Jogja pun sering terlihat bertamasya di atas kereta ini. Biar nggak penasaran, yuk simak mengenai sejarah dan seluk-beluk andong berikut ini!
Sejarah Andong
Singkatnya, dahulu para raja menggunakan semacam andong versi mewah yang disebut kereta kencana. Tentunya kereta kencana tersebut hanya boleh dipergunakan oleh keluarga kerajaan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mengacu kepada informasi di laman warisanbudaya.kemdikbud.go.id, penggunaannya oleh keluarga kerajaan diperkirakan pada awal abad ke-19, masa pemerintahan Sultan Hamengku Buwono VII. Saat itu, rakyat dilarang untuk menaikinya dan hanya diperbolehkan untuk menggunakan gerobak sapi saja.
Penggunaan andong untuk kalangan umum dimulai pada masa pemerintahan Sultan Hamengku Buwono VIII. Namun, tetap saja penggunanya adalah kalangan pengusaha atau pedagang saja. Hal ini lantaran harga andong yang cukup tinggi akibat onderdilnya yang diambil dari luar negeri.
Pada masa itu, andong berguna untuk mengangkut barang dagangan para saudagar ke pusat-pusat pemasaran. Selain itu, andong juga digunakan untuk angkutan rakyat dari wilayah seperti Bantul dan Kalasan menuju tengah kota.
Bentuk Andong
Jika kebanyakan kereta yang memanfaatkan tenaga kuda untuk menariknya hanya memiliki dua roda, maka andong memiliki empat roda. Dua roda depan lebih kecil dibanding dua roda yang ada di belakang.
Berdasar Perda DIY Nomor 5 tahun 2016 tentang Moda Transportasi Tradisional Becak dan Andong, andong dapat ditarik oleh satu atau dua ekor kuda. Syarat kuda penarik andong adalah terlatih, sehat, berumur paling muda tiga tahun, dan dapat dikendalikan oleh sang kusir.
Perda Nomor 5 tahun 2016 tersebut juga mengatur hal-hal teknis terkait andong. Bagian-bagian andong terbagi atas konstruksi, sistem kemudi, sistem roda, lampu, pemantul cahaya, dan alat peringatan dengan bunyi.
Konstruksi
Andong dengan roda dua haruslah memiliki lebar antara 1.270 sampai dengan 1.370 milimeter. Selain itu, wajib memiliki tinggi 1.660 hingga 1.760 milimeter serta panjang 2.900 hingga 3.000 milimeter.
Sementara andong dengan empat roda yang ditarik dengan satu kuda wajib berlebar 1.600-1.700 milimeter, tinggi 2.150-2.250 milimeter, dan panjang 5.150-5.250 milimeter. Andong beroda empat dengan penarik dua ekor kuda berukuran lebih besar, yakni lebar 1.900-2.000 milimeter, tinggi 2.200-2.300 milimeter, dan panjang 5.900-6.000 milimeter.
Sistem Kemudi
Berbeda dengan kendaraan-kendaraan modern, andong menggunakan sistem kemudi berbentuk tali pengendali. Tali ini nantinya terhubung ke kuda penarik dan dikendalikan oleh sang kusir.
Baca juga: Daftar 8 Bioskop di Jogja, 6 Ada di Sleman! |
Sistem Roda
Andong yang beroda dua mempunyai satu sumbu, sedangkan yang menggunakan sistem empat roda wajib memiliki dua sumbu. Diameter untuk roda andong beroda dua adalah 1.000 milimeter, sedangkan untuk yang beroda empat adalah 700 milimeter (roda depan) dan 920 milimeter (roda belakang).
Lampu
Agar sang kusir dapat melihat jalanan pada malam hari, serta sebagai penanda bagi kendaraan lain, andong juga diperlengkapi oleh dua lentera. Penempatannya ada pada sisi kiri dan kanan dan wajib diberi penutup dari bahan kaca.
Lampu andong menyinarkan cahaya putih atau kuning ke depan dan menyinarkan cahaya merah ke samping dan belakang. Dengan berbekal pencahayaan ini, malam bukanlah halangan bagi moda transportasi yang satu ini.
Alat Peringatan dengan Bunyi
Andong juga diperlengkapi dengan semacam lonceng. Hal ini berguna agar kehadirannya diketahui sehingga tidak mengagetkan pengendara lainnya di jalanan
Selain beberapa perlengkapan teknis di atas, andong juga diperlengkapi dengan spion yang terletak di tengah atas badan andong. Wadah penampung kotoran kuda, tempat makanan, dan tempat minuman kuda pun menambah kelengkapan andong.
Perlunya berbagai wadah tersebut adalah kotoran kuda tidak mencemari jalanan yang kini bukan lagi berlandaskan tanah, melainkan aspal.
Andong Masa Kini
Kini, andong lebih digunakan sebagai sarana wisata ketimbang transportasi untuk mengangkut barang dagangan. Keberadaannya di sekitar kawasan Keraton dan Malioboro Jogja menjadi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan.
Selain berguna bagi wisatawan, andong juga berdampak kepada masyarakat lokal, terkhusus para perajin dan kusir andong. Kehadiran andong di sekitar kawasan wisata tentu juga berdampak kepada para pedagang di sekitar.
Demikian pernak-pernik mengenai andong, salah satu moda transportasi tradisional yang masih ada di Jogja hingga kini. Jangan lupa untuk mencobanya ya, detikers!
(ams/ams)
Komentar Terbanyak
Jawaban Menohok Dedi Mulyadi Usai Didemo Asosiasi Jip Merapi
Jokowi Berkelakar soal Ijazah di Reuni Fakultas Kehutanan UGM
Blak-blakan Jokowi Ngaku Paksakan Ikut Reuni buat Redam Isu Ijazah Palsu