Cerita Simpang Empat Palbapang Bantul dan Mitos bagi Calon Pengantin

Pradito Rida Pertana - detikJogja
Sabtu, 09 Sep 2023 14:10 WIB
Simpang empat Palbapang di Kalurahan Palbapang, Kapanewon Bantul, Kabupaten Bantul, Jumat (8/9/2023). Foto: Pradito Rida Pertana/detikJogja
Bantul -

Tidak hanya Jembatan Jirak Gunungkidul, simpang empat Palbapang di Bantul ternyata juga memiliki mitos untuk calon pengantin. Di simpang empat itu calon pengantin dilarang melintas kecuali melepaskan ayam terlebih dulu.

Simpang empat Palbapang berada di Kalurahan Palbapang, Kapanewon Bantul, Kabupaten Bantul. Lokasinya di selatan pusat kota Bantul. Sama seperti simpang empat di jalan raya pada umumnya, simpang empat Palbapang banyak dilintasi kendaraan.

Simpang empat Palbapang menjadi jalur utama untuk ke kawasan Pantai Samas dan ke Kabupaten Kulon Progo via Kapanewon Srandakan. Kendati demikian, jarang terlihat adanya antrean panjang kendaraan di simpang empat tersebut.

Pamong Kalurahan Palbapang, Purwanto awalnya menjelaskan asal muasal nama Palbapang. Menurutnya, nama Palbapang erat dengan kisah penguasa Mangir saat itu yaitu Bagus Wanabaya atau dikenal dengan Ki Ageng Mangir. Kala itu Ki Ageng Mangir melakukan perjalanan ke arah timur menuju Kerajaan Mataram Islam di Kotagede.

Ketika melakukan perjalanan, dan sampai di wilayah yang kini dikenal bernama Palbapang, Ki Ageng Mangir dikawal oleh prajurit Mataram. Wilayah tersebut pun dinamai Palbapang yang berarti tempat atau batas penjagaan.

"Nama Palbapang berasal dari kata Pal yang berarti batas dan Bapang yang berarti dijaga atau dibawa," kata Purwanto kepada detikJogja, Jumat (8/9/2023).

Simpang empat Palbapang di Kalurahan Palbapang, Kapanewon Bantul, Kabupaten Bantul, Jumat (8/9/2023). Foto: Pradito Rida Pertana/detikJogja

Selain itu, Palbapang tidak bisa lepas dari kisah Kerajaan Mangir yang berselisih dengan Kerajaan Mataram Islam. Menurutnya, hal itu berkaitan dengan mitos jarangnya orang-orang melintas di Palbapang.

"Diyakini di sini itu secara bahasa tutur, perbatasan kerajaan Mangir dan kerajaan Mataram Islam. Karena dalam suasana panas, menempatkan masing-masing pasukan, atau kekuatan spiritualnya di perbatasan," ujarnya.

"Jadi tidak etis atau tidak elok ketika kita melewati satu tempat ketika suasana panas, siap perang baik secara langsung dan secara spiritual," lanjut Purwanto.

Di sisi lain, Kalurahan Palbapang merupakan hasil penggabungan dari tiga kalurahan kecil yaitu Gandon, Tajeman, dan Taruban. Selain itu, Pemerintahan Palbapang baru berdiri pada tahun 1946 atau setahun setelah kemerdekaan Indonesia.

Mitos Bagi Calon Pengantin

Terkait mitos calon pengantin hingga orang sakit dilarang melintasi simpang empat Palbapang, Purwanto tidak tahu secara pasti. Namun, hingga saat ini mitos itu masih ia dengar.

"Dulu orang sakit dan calon pengantin tidak boleh lewat sana. Kalau mau lewat harus melepaskan ayam di perempatan itu saat mau berangkat (mengantar pengantin)," kata Purwanto.

Menurutnya, Pamong Kalurahan lain pernah bercerita kejadian saat melintas di simpang empat Palbapang. Saat itu, sang pamong tengah mengantar rombongan yang hendak melaksanakan ijab kabul di KUA Bantul.

"Kemarin saya dapat cerita dari Pamong Kalurahan lain kalau mengantar ijab di KUA Bantul dan harus lewat perempatan itu. Nah, setelah lewat perempatan itu mobilnya macet berkali-kali, entah hanya kebetulan atau apa. Yang jelas mobilnya mobil keluaran baru itu," ucapnya.

Meski demikian, Purwanto mengembalikan kepada masing-masing terkait mitos itu. "Ya kalau masyarakat masih percaya walaupun tidak sekuat dulu. Karena sebetulnya itu berlaku untuk warga yang tahu dan percaya," ujarnya.

Selengkapnya di halaman selanjutnya




(rih/rih)

Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork