Mengenal Tradisi Nguras Enceh di Makam Imogiri Jogja: Sejarah-Prosesinya

Mengenal Tradisi Nguras Enceh di Makam Imogiri Jogja: Sejarah-Prosesinya

Novi Vianita - detikJogja
Jumat, 18 Agu 2023 14:29 WIB
Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat menggelar tradisi tahunan nguras enceh, atau menguras gentong di kompleks pemakaman Raja-raja Imogiri, Bantul, Jumat (27/9/2019).
Mengenal Tradisi Nguras Enceh di Makam Imogiri Jogja: Sejarah-Prosesinya. Tradisi Nguras Enceh di Imogiri Bantul (Foto: Pradito Rida Pertana)
Jogja -

Nguras enceh adalah upacara religi yang dimulai dengan adanya doa menggunakan cara Islam disertai pesan yang tersimpan dalam simbol berbentuk sesaji, siwur, dan enceh. Enceh sendiri merupakan barang berharga peninggalan Sultan Agung berupa tempayan.

Adapun tradisi Nguras Enceh ini merupakan bentuk penghargaan dan penghormatan kepada Sultan Agung yang dilakukan pada bulan Suro di makam Imogiri, kabupaten Bantul, Jogja.

Dikutip dari Skripsi berjudul Unsur Religi Dalam Tradisi Nguras Enceh Di Makam Raja-Raja Imogiri, Fakultas Bahasa dan Seni, UNY oleh Maliky Nur Rokhim (2013) yang diakses detikJogja dari repository UNY, berikut ini sejarah Nguras Enceh hingga penjelasan prosesinya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sejarah Tradisi Nguras Enceh

Pada tahun 1613-1645, Kerajaan Mataram diperintah oleh Sultan Agung. Beliau merupakan raja yang disegani oleh rakyat dan raja-raja yang pernah bekerja sama dengan kerajaan Mataram. Karena itu, banyak sekali persembahan yang diberikan raja dari kerajaan lain kepada Sultan Agung, salah satunya berupa enceh atau tempayan. Jika dibandingkan emas, enceh bukanlah barang yang mewah. Namun, Sultan Agung lebih memilih enceh dengan alasan agar barang-barang yang beliau miliki tidak menjadi bahan rebutan oleh keturunannya.

Sampai saat ini, enceh tersebut dipelihara dan dijaga oleh para abdi dalem, masyarakat, dan keturunannya sebagai wujud penghormatan terhadap Sultan Agung. Mereka yakin bahwa dengan memelihara benda peninggalannya, berkah dan kebaikan Sultan Agung dapat menurun kepada mereka.

ADVERTISEMENT

Prosesi Tradisi Nguras Enceh

1. Persiapan Penataan Sesaji

Penataan sesaji biasanya dilaksanakan pada malam Jumat Kliwon sebelum upacara tradisi Nguras Enceh dimulai. Sesaji tersebut berupa ayam ingkung, jajan pasar, pisang sanggan, ketan, tumpeng, dan sekul suci yang kemudian disusun di atas meja di depan pendopo makam Sultan Agung.

2. Berdoa Memohon Izin

Doa ini biasanya didahului oleh lurah abdi dalem untuk memohon keselamatan dan kelancaran saat melakukan kegiatan.

Warga Imogiri Kirab Siwur jelang upacara Nguras Enceh, Bantul (26/9/2019).Warga Imogiri Kirab Siwur jelang upacara Nguras Enceh, Bantul (26/9/2019). Foto: Pradito Rida Pertana/detikJogja

3. Kenduri Sekul Gurih dan Sesaji

Kenduri sekul gurih dilakukan sebagai bentuk syukur kepada Sang Pencipta dan bentuk permohonan agar kegiatan berjalan lancar.

4. Tahlil dan Doa

Setelah kenduri selesai, biasanya dilanjut dengan tahlil dan doa yang dipimpin oleh sesepuh juru kunci Makam Raja-raja Imogiri.

5. Nguras Enceh

Setelah melaksanakan keempat kegiatan tadi, kemudian dilanjut dengan upacara inti, yaitu Nguras Enceh. Nguras Enceh pertama dimulai dengan menaburkan bunga ke enceh, lalu dilanjut dengan membuka tutup enceh oleh juru kunci makam Imogiri.

Demikian informasi lengkap seputar tradisi Nguras Enceh di Makam Raja-raja Imogiri Jogja. Semoga bermanfaat, Lur!

Artikel ini ditulis oleh Novi Vianita peserta Program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.




(ams/sip)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads