Nguras enceh adalah upacara religi yang dimulai dengan adanya doa menggunakan cara Islam disertai pesan yang tersimpan dalam simbol berbentuk sesaji, siwur, dan enceh. Enceh sendiri merupakan barang berharga peninggalan Sultan Agung berupa tempayan.
Adapun tradisi Nguras Enceh ini merupakan bentuk penghargaan dan penghormatan kepada Sultan Agung yang dilakukan pada bulan Suro di makam Imogiri, kabupaten Bantul, Jogja.
Dikutip dari Skripsi berjudul Unsur Religi Dalam Tradisi Nguras Enceh Di Makam Raja-Raja Imogiri, Fakultas Bahasa dan Seni, UNY oleh Maliky Nur Rokhim (2013) yang diakses detikJogja dari repository UNY, berikut ini sejarah Nguras Enceh hingga penjelasan prosesinya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sejarah Tradisi Nguras Enceh
Pada tahun 1613-1645, Kerajaan Mataram diperintah oleh Sultan Agung. Beliau merupakan raja yang disegani oleh rakyat dan raja-raja yang pernah bekerja sama dengan kerajaan Mataram. Karena itu, banyak sekali persembahan yang diberikan raja dari kerajaan lain kepada Sultan Agung, salah satunya berupa enceh atau tempayan. Jika dibandingkan emas, enceh bukanlah barang yang mewah. Namun, Sultan Agung lebih memilih enceh dengan alasan agar barang-barang yang beliau miliki tidak menjadi bahan rebutan oleh keturunannya.
Sampai saat ini, enceh tersebut dipelihara dan dijaga oleh para abdi dalem, masyarakat, dan keturunannya sebagai wujud penghormatan terhadap Sultan Agung. Mereka yakin bahwa dengan memelihara benda peninggalannya, berkah dan kebaikan Sultan Agung dapat menurun kepada mereka.
Prosesi Tradisi Nguras Enceh
1. Persiapan Penataan Sesaji
Penataan sesaji biasanya dilaksanakan pada malam Jumat Kliwon sebelum upacara tradisi Nguras Enceh dimulai. Sesaji tersebut berupa ayam ingkung, jajan pasar, pisang sanggan, ketan, tumpeng, dan sekul suci yang kemudian disusun di atas meja di depan pendopo makam Sultan Agung.
2. Berdoa Memohon Izin
Doa ini biasanya didahului oleh lurah abdi dalem untuk memohon keselamatan dan kelancaran saat melakukan kegiatan.
![]() |
3. Kenduri Sekul Gurih dan Sesaji
Kenduri sekul gurih dilakukan sebagai bentuk syukur kepada Sang Pencipta dan bentuk permohonan agar kegiatan berjalan lancar.
4. Tahlil dan Doa
Setelah kenduri selesai, biasanya dilanjut dengan tahlil dan doa yang dipimpin oleh sesepuh juru kunci Makam Raja-raja Imogiri.
5. Nguras Enceh
Setelah melaksanakan keempat kegiatan tadi, kemudian dilanjut dengan upacara inti, yaitu Nguras Enceh. Nguras Enceh pertama dimulai dengan menaburkan bunga ke enceh, lalu dilanjut dengan membuka tutup enceh oleh juru kunci makam Imogiri.
Demikian informasi lengkap seputar tradisi Nguras Enceh di Makam Raja-raja Imogiri Jogja. Semoga bermanfaat, Lur!
Artikel ini ditulis oleh Novi Vianita peserta Program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.
(ams/sip)
Komentar Terbanyak
Respons Wamenaker soal 19 Juta Lapangan Kerja Dipertanyakan Publik
7 Fakta Jazz Ugal-ugalan Tewaskan Pemotor di Bangjo Wirobrajan
Survei BPS: Jogja Ranking 1 Hunian Layak dan Terjangkau se-Jawa