Bagi sebagian orang, mencit putih atau tikus kecil putih mungkin tampak menggelikan, namun tidak bagi Imam Muslim (30). Pedagang kaki lima (PKL) di Malioboro ini menjadikan mencit sumber cuan yang dimulainya dari ketidaksengajaan.
Kisah Imam ini diawal dari hobinya memelihara reptil seperti ular hingga biawak. Ia tentu rutin membeli mencit untuk dijadikan pakan untuk peliharaannya. Namun suatu ketika, peliharaannya sakit hingga tak doyan makan.
Karena terlanjur beli mencit, Imam pun bingung untuk memanfaatkannya. Terlintaslah ide untuk membudidayakan mencit di rumahnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Awal mulanya sebenernya nggak sengaja sih dulu itu saya hobi pelihara reptil. Nah tikusnya itu buat stok makan," ungkap Imam saat ditemui di kediamannya, Pekuncen, Kota Jogja, Jumat (19/12/2025).
"Tapi ular saya waktu itu sakit, otomatis tidak mau makan dia, jadinya tikusnya malah buat dipelihara, setelah dipelihara itu malah beranak-pinak. Nah setelah beranak-pinak itu malah muncul ide apa diternak aja gitu," sambungnya.
Ide budidaya mencit itu, kata Imam, dimulai sekitar tahun 2018. Saat itu ia masih aktif menjadi PKL di selasar Malioboro. Namun kebijakan relokasi PKL saat itu membuat omzetnya menurun drastis. Budidaya mencit yang awalnya untuk sampingan akhirnya berubah peran menjadi profesi utamanya.
"Fokusnya itu (bisnis mencit) awal 2025 ini, kan kemarin relokasi kedua itu Januari awal 2025 itu. (Jadi PKL Malioboro) nggak dilepas masih tetap buat sampingan juga di teras Beskalan," papar Imam.
"Kalau ngatur waktu biasanya aku berangkat sore, pagi sampai jam 3 sore aku buat jualan tikus, nanti sorenya baru berangkat sampai malam jam 11 aku jualan kaos," imbuhnya.
Kendala Lahan Sempit
Imam tinggal di pemukiman padat penduduk di sisi bantaran Sungai Winongo, Pakuncen, Wirobrajan, Kota Jogja. Meski awalnya ragu karena tak memiliki lahan luas, akhirnya Imam menyulap lahan sempit berukuran sekitar 1,5Γ3 meter di samping rumahnya menjadi tempat budidaya mencit.
Imam memanfaatkan barang bekas layak pakai menjadi tempat mencit-mencit beranak pinak. Seperti boks bekas untuk jadi kandang hinggo botol kaca bekas untuk tempat minum. Agar tak memakan banyak tempat, ia membangun kandang mencit secara vertikal.
"Harus pintar-pintar ngakalin aja, maksudnya kalau kak di sini kan pakai kayak boks bekas es krim gitu. Dia juga nggak terlalu memakan tempat space banyak lah tinggal kreativitas aja sih," ujar Imam.
"Modelnya kan yang pertama paling kayak gini, slorokan (laci) kayak lebih lebar, sebenarnya enakan yang kayak gini pengaplikasiannya, maksudnya kita bersihin juga cuma tinggal ditarik aja," imbuhnya.
Imam memulai budidaya ini dengan bekal otodidak. Modal awal memulai budidaya menurutnya juga tak memakan budget banyak, semua ia kerjakan bertahap. Meski dengan modal minim dan lahan sempit, tapi menurutnya, dalam budidaya mencit kebersihan menjadi hal paling penting.
Perihal kebersihan itu juga yang selalu Imam terangkan kepada masyarakat sekitar rumahnya. Tak ayal, budidaya tikus pasti menimbulkan persepsi buruk di masyarakat. Imam pun harus sering-sering menjelaskan ke tetangganya akan jaminan kebersihan di tempat budidayanya.
"Kalau tikus sendiri sih sebenernya dari kita menjaga kebersihan kandang, kalau kebersihan kandangnya kita bisa manage rutin bersihin kandangnya ngasih makannya itu malah bisa sehat tikusnya terus cepat beranak juga," ungkapnya.
"Ya responsnya (warga) itu dulu 'masa ya pelihara tikus yang lain aja jangan tikus', tapi saya jelasin 'ini tuh nggak tikus yang jorok nggak tikus yang kotor, ini bisa buat praktik uji laboratorium juga banyak nolong, banyak orang ini nemunin obat'," terang Imam.
Imam Muslim (30) memamerkan Hasil budidaya mencit di rumahnya, Wirobrajan, Jogja, Jumat (19/12/2025). Foto: Adji G Rinepta/detikJogja |
Pangsa Pasar Laboratorium
Meski sempat ragu dan bingung memulai bisnis budidaya mencit, namun lama kelamaan Imam mulai menemukan alurnya. Dari awal hanya beberapa ekor mencit untuk pakan peliharaanya, kini ratusan ekor mencit ia hasilkan tiap bulannya.
"Sekarang kalau indukannya 100 betina 50 jantan, kalau 1 bulan paling ya bisa 200-300-an ekor, kalau indukan rata-rata ngelahirin anak itu dari 8-10 ekor setiap indukan. Kalau pas barengan waktu praktikum sama waktu musim tetas telur ular itu sebulan bisa 500-600 ekor," ujarnya.
"Kalau dijual itu dari yang baru lahir, namanya pinkis yang masih merah itu udah laku. Kalau omzet ya nggak mesti paling sehari ya Rp 50-100 ribuan. Yang buat pakan itu range harganya dari Rp 2.500 sampai 8 ribu per ekor, tapi kalau yang buat laboratorium itu di range harga Rp 15 ribuan," urai Imam.
Dari kebingungan dan keraguan awal yang ia alami, kini bisnis Imam mulai berkembang terutama di sisi pemasaran hingga target market. Ia awalnya hanya memasarkan mencit ke temannya, berlanjut lewat media sosial.
Di media sosial, Imam menyasar komunitas pecinta saat yang menjadikan mencit sebagai pakan. Seperti reptil, burung hantu, atau hewan predator lainnya.
"Awalnya salah satu temen itu yang punya pet shop dan aku mencoba menawarkan produk tikus ini, dia mau menerima dan sampai sekarang ini jadi jualan tikus. Sekarang lewat Facebook buat komunitas reptil-reptil, kalau yang lab biasanya pada nyari dari Google Maps," paparnya.
Mencit hasil budidayanya kini juga menyasar pangsa pasar Laboraturium atau sebagai penelitian hewan uji praktik mahasiswa. Dengan pangsa pasar itu, Imam pun harus menjaga kualitas agar mencitnya memenuhi standar kualitas laboratorium.
"Awalnya ternak ini buat pakan tapi lama kelamaan juga ada yang minta buat laboratorium, itu aku baru belajar dikit-dikit jadi sambil jalan. Mulai masarin ini 2018, paling 2019 udah dapet konsumen dari lab itu," ungkap Imam.
"Yang jelas kalau yang buat lab itu ada kriteria khususnya, harus biasanya galur sih, galur itu kayak garis keturunan harus ditentukan dari pihak sananya gitu. Terus jantan betina harus bobotnya juga pas," pungkasnya.
(aku/aku)













































Komentar Terbanyak
Jawab Sindiran Luhut, UGM Pamerkan Penelitian Bawang Putih
Wisatawan Sambat Kena Getok Harga Sewa Tikar Rp 50 Ribu di Pantai Drini
Jogja Diprediksi Ramai Wisatawan Saat Nataru, GKR Bendara Minta Akamsi Sabar