Sri Mulyani Sampaikan Maaf Usai Rumah Dijarah, Singgung Demokrasi Tanpa Anarki

Nasional

Sri Mulyani Sampaikan Maaf Usai Rumah Dijarah, Singgung Demokrasi Tanpa Anarki

Retno Ayuningrum - detikJogja
Senin, 01 Sep 2025 11:37 WIB
Sri Mulyani
Menkeu Sri Mulyani. (Foto: Dok. Tangkapan Layar via Detikcom)
Jogja -

Menteri Keuangan Sri Mulyani buka suara soal insiden penjarahan yang terjadi di rumahnya. Sri Mulyani mengapresiasi atas dukungan dan juga minta maaf.

Dalam kesempatan itu, Sri Mulyani juga bicara soal demokrasi tanpa anarki. Dia menyampaikan hal ini lewat postingan di akun Instagram pribadinya @smindrawati dengan tangkapan layar berita penjarahan di rumahnya.

"Terima kasih atas simpati, doa, kata-kata bijak, dan dukungan moral semua pihak dalam menghadapi musibah ini," tulis Sri Mulyani, dikutip dari detikfinance, Senin (1/9/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sri Mulyani lalu mengatakan sudah disumpah untuk menjalankan amanat UUD 1945 dan semua aturan perundangan sebagai pejabat negara. Dia memahami membangun Indonesia tidak mudah, terjal, dan sering berbahaya.

Menurutnya, politik merupakan perjuangan bersama untuk tujuan mulia kolektif bangsa. Dengan mengedepankan etika dan moralitas luhur.

ADVERTISEMENT

"Ini bukan ranah atau selera pribadi. UU (undang-undang) disusun melibatkan Pemerintah, DPR, DPD, dan Partisipasi Masyarakat secara terbuka dan transparan," terang Sri Mulyani.

Ia menyebut masyarakat dapat mengajukan judicial review ke Mahkamah Konstitusi jika tidak puas dan dinilai terjadi pelanggaran hak konstitusi. Jika dalam pelaksanaan UU menyimpang, masyarakat dapat membawa perkara ke pengadilan hingga ke Mahkamah Agung.

Sri Mulyani menekankan upaya tersebut merupakan sistem demokrasi Indonesia yang beradab. Ia mengakui dalam pelaksanaannya belum dan tidak sempurna.

"Itu sistem demokrasi Indonesia yang beradab. Pasti belum dan tidak sempurna. Tugas kita terus memperbaiki kualitas demokrasi dengan beradab tidak dengan anarki, intimidasi serta represi," jelas Sri Mulyani.

Dia mengatakan tugas negara harus dilakukan dengan amanah, kejujuran, integritas, kepantasan dan kepatutan, profesional, transparan, akuntabel, dan tegas dilarang korupsi. Menurutnya, tugas ini tidak mudah dan sangat kompleks, membutuhkan kebijaksanaan, empati, kepekaan mendengar dan memahami suara masyarakat.

"Terima kasih kepada seluruh masyarakat umum termasuk netizen, guru, dosen, mahasiswa, media masa, pelaku usaha UMKM, Koperasi, usaha besar, dan semua pemangku kepentingan yang terus menerus menyampaikan masukan, kritikan, sindiran bahkan makian, juga nasihat. Juga doa dan semangat untuk kami berbenah diri. Itu adalah bagian dari proses membangun Indonesia," tambahnya.

Personel TNI berjaga di rumah Menteri Keuangan Sri Mulyani yang berantakan usai didatangi massa tidak dikenal di Bintaro, Tangerang Selatan, Banten, Minggu (31/8/2025). ANTARA FOTO/Muhammad Iqbal/foc.Personel TNI berjaga di rumah Menteri Keuangan Sri Mulyani yang berantakan usai didatangi massa tidak dikenal di Bintaro, Tangerang Selatan, Banten, Minggu (31/8/2025). ANTARA FOTO/Muhammad Iqbal/foc. Foto: ANTARA FOTO/Muhammad Iqbal

Sri Mulyani Minta Maaf

Sri Mulyani pun mengajak masyarakat agar tetap menjaga dan membangun Indonesia dengan tidak merusak, membakar, menjarah, memfitnah, pecah belah, kebencian, kesombongan, dan melukai dan mengkhianati perasaan publik.

"Kami mohon maaf, pasti masih banyak sekali kekurangan. Bismillah, kami perbaiki menerus. Semoga Allah SWT memberkahi dan melindungi Indonesia," ujar Sri Mulyani.

Sebelumnya, kediaman Menteri Keuangan Sri Mulyani di Jalan Mandar, Bintaro Sektor III, Tangerang Selatan, Banten, menjadi sasaran para penjarah pada Minggu (31/8/2025). Info tersebut mulanya beredar melalui video di sejumlah media sosial yang menampilkan sekelompok oknum masyarakat yang membawa barang-barang dari kediaman Sri Mulyani.

Sejumlah barang berharga seperti peralatan elektronik, pakaian, hingga lukisan ikut raib dibawa massa. Salah seorang warga sekitar, Olav, menuturkan gelombang kedua penjarahan jauh lebih besar dibanding yang pertama.

"Jumlah orangnya, untuk gelombang satu sama gelombang kedua itu, lebih banyak gelombang kedua," katanya kepada detikcom, Minggu (31/8).




(ams/ahr)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads