Cerita Bambang Eks Pekerja Migran Sukses Usaha Kulit Lumpia-Dimsum

Cerita Bambang Eks Pekerja Migran Sukses Usaha Kulit Lumpia-Dimsum

Jauh Hari Wawan S - detikJogja
Rabu, 16 Apr 2025 17:42 WIB
Bambang Sutrisno, purna pekerja migran Indonesia (PMI) saat menerima kunjungan Menteri Perlindungan Pekerja Migran Abdul Kadir Karding (berdiri di tengah) di Godean, Sleman, Rabu (16/4/2025).
Bambang Sutrisno, eks pekerja migran Indonesia (PMI) saat menerima kunjungan Menteri Perlindungan Pekerja Migran Abdul Kadir Karding di Godean, Sleman, Rabu (16/4/2025). Foto: Jauh Hari Wawan/detikJogja
Sleman -

Jatuh bangun usaha, bangkrut, dilalui Bambang Sutrisno, eks pekerja migran Indonesia (PMI). Tempaan itu yang kemudian membentuk Bambang hari ini sukses dalam usaha kulit lumpia, pangsit, dan dimsum 'Jempol Food'.

Siang itu, bangunan rumah yang difungsikan sebagai kantor sekaligus tempat produksi produk kulit lumpia milik Bambang tampak ramai. Bambang yang biasanya hanya berpakaian santai mendadak mengenakan batik. Maklum, dia akan kedatangan 'tamu' Menteri Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (P2MI) Abdul Kadir Karding.

Di sela menunggu itu, Bambang menceritakan bagaimana dia berjuang dari tanah rantau hingga sampai pada titik ini. Semua dimulai dari niatnya bekerja ke luar negeri pada 2005. Korea menjadi tujuannya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Niat saya untuk ke luar negeri itu untuk cari modal karena kami dulu dari kalangan orang nggak mampu juga," ucap Bambang saat berbincang dengan detikJogja, Rabu (16/4/2025).

Pria murah senyum itu bilang, setelah dari Korea, sekitar tahun 2011 dia memutuskan pulang. Saat itu Bambang jemawa dengan banyaknya uang yang didapat. Lalu, dia investasikan semuanya ke budi daya gurami. Hasilnya? Rungkad.

ADVERTISEMENT

"Nah, saya usaha ketika pulang itu gurami dan itu ternyata gagal dan seluruh duit saya investasi di situ, habis semuanya," katanya.

"Ternyata yang namanya usaha itu tidak soal modal tapi soal ilmu, jaringan, dan seterusnya," imbuh dia.

Kegagalan itu tak membuat Bambang putus asa. Di saat yang sama, dia mendengar kabar usaha temannya, kulit lumpia, gulung tikar. Rumah teman itu hendak disita bank.

Datanglah sang teman ke tempat Bambang. Rasa iba kemudian mendorong Bambang untuk menolong. Caranya, dengan memberi mobilnya dan mengambil alih usaha kulit lumpia temannya yang bangkrut.

"Saya bantu itu, dia terlilit keuangan rumahnya mau disita bank. Kemudian saya kasih mobil saya untuk digunakan melunasi utangnya dan dia menyerahkan usahanya kulit lumpia yang sekarang ini," tuturnya.

Pengalaman di Korea lah yang benar-benar membantu usaha Bambang. Mulai dari mana cara mengatur pegawai, keuangan, dan lain sebagainya.

"Ketika saya akuisisi itu dia senang banget. Wah, ini sudah mau bangkrut diakuisisi sih, dia bahagia gitu. Tapi saya melihat itu apa namanya peluang yang besar gitu. Saya beli Mercy dengan harga becak ibaratnya gitu," imbuh dia.

Menteri Perlindungan Pekerja Migran Abdul Kadir Karding mengatakan, apa yang dilakukan Bambang ini patut menjadi contoh. Tak perlu tempat usaha yang megah namun bisa membuka lapangan pekerjaan untuk banyak orang.

"Pak Bambang ini contoh, untuk bangun usaha itu tidak perlu tempat kelihatan megah, besar. Tetapi, seperti ini, sesederhana ini, tapi pegawainya 40 orang. Omzetnya Rp 500 juta, minimal," kata Karding usai melakukan kunjungan kerja di Jempol Food milik Bambang di Godean, Sleman, Rabu (16/4).

Dia melihat, segala yang dilakukan Bambang untuk mengembangkan usahanya mencontoh manajemen yang dilakukan di Korea.

"Ini kan, menurut saya, sangat inspiratif. Dan, yang menarik dari perusahaan ini itu satu, manajemen sumber daya manusianya, pengelolaan perusahaannya. Itu meniru dari persis di Korea. Itu satu, menarik," ujarnya.

"Sehingga betul-betul jaminannya itu, semua asuransi ada, ada tabungan untuk investasi dalam bentuk emas, ada tabungan untuk perlindungannya. Asuransinya lengkap. Jadi, menurut saya ini sangat-sangat menarik," imbuh dia.




(apu/dil)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads