Anjloknya harga cabai di tingkat petani di Kulon Progo direspons oleh pemerintah setempat. Pegawai Negeri Sipil (PNS) telah diinstruksikan untuk membeli komoditas tersebut dengan harga yang ideal.
Aksi ini dimotori oleh Dinas Pertanian dan Pangan (DPP) Kulon Progo yang direalisasikan dengan kegiatan bertajuk gerakan beli produk cabai Kulon Progo di kompleks kantor tersebut hari ini. Sejumlah PNS dari berbagai kantor di Kulon Progo pun nampak antusias membeli cabai yang dibanderol sebesar Rp 12.500 per kg atau lebih tinggi dari harga pasaran saat ini yaitu Rp 5.000 per kg.
"Kebetulan harga cabai di tingkat petani sekarang kan masih rendah, sekitar 5.000-an jadi ini kita mengadakan gerakan ini sesuai arahan Gubernur. Dalam arahan tersebut ASN diharapkan bisa membantu petani dengan membeli produk pertanian yang mengalami deflasi salah satunya cabai," ucap Kepala DPP Kulon Progo, Drajat Purbadi saat ditemui di lokasi, Jumat (22/11/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Drajat mengatakan cabai yang dijajakan dalam gerakan ini diambil dari sejumlah kelompok tani di Kulon Progo. Adapun total cabai yang terjual sementara ini mencapai 150 kilogram dan kemungkinan bisa bertambah karena masih ada pesanan yang menunggu antrean.
"Kira-kira terjual sekitar 150 kg belum termasuk pesanan lain. Untuk harganya dijual Rp 12.500, karena sifatnya membantu petani," jelasnya.
Drajat mengatakan kegiatan serupa akan kembali digelar jika harga cabai masih seperti saat ini. Untuk sementara waktu pihaknya masih menunggu perkembangan ke depan.
"Kalau trennya menurun nanti diadakan lagi," ujarnya.
Sementara itu Kepala Bidang Sarana dan Pengembangan Usaha Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Perkebunan, DPP Kulon Progo, Wazan Mudzakir, mengatakan anjloknya harga cabai di Kulon Progo sudah terjadi sejak Oktober 2024 lalu. Harga saat itu terus menurun dari Rp 11.000 hingga sekarang tercatat Rp 5.000 per kg.
"Dugaan penyebabnya ada ada dua aspek, satu pasokannya karena beberapa sentra berbarengan panen di Sumatera, Jawa Timur, dan Jawa Tengah. Jadi mungkin harga tertekan. Kedua sepertinya sisi permintaan ada pengurangan terkait cabai," ucapnya.
Wazan mengatakan pihaknya sudah berupaya mengantisipasi hal ini dengan melakukan digitalisasi pasar lelang. Hal ini memungkinkan pembeli dari luar Kulon Progo bisa terlibat langsung dalam proses tawar-menawar cabai, sehingga tercipta harga yang kompetitif.
"Kami sudah mencoba digitalisasi pasar lelang. Sistemnya sudah coba diperluas, hal ini memungkinkan pedagang yang jauh bisa ikut lelang. Akhirnya harga bisa kompetitif. Namun mungkin karena tadi, akhirnya harga memang belum bisa seperti yang diharapkan," ujarnya.
DPP Kulon Progo, lanjut Wazan, kini sedang melakukan investigasi untuk mengetahui penyebab harga cabai bisa anjlok signifikan.
"Kita coba terus, barangkali nanti kita konsolidasikan lagi. Kita teliti lagi apa sebenarnya yang jadi alasan harga bisa turun segini. Nanti akan kami dalami lagi," ucapnya.
Diberitakan sebelumnya harga cabai di tingkat petani di Kulon Progo terjun bebas. Petani cabai pun memilih pasrah, bahkan ada yang menggratiskan hasil panennya kepada masyarakat.
Ketua Kelompok Tani Gisik Pranaji, Bugel, Panjatan, Kulon Progo, Sukarman mengatakan aksi menggratiskan cabai ke masyarakat sempat dilakukan oleh petani saat harga komoditas ini menyentuh Rp 3.000 per kg pekan lalu. Menurutnya praktik ini masih bisa ditemui di sepanjang jalan Daendels atau Jalur Jalan Lintas Selatan (JJLS) ruas Kulon Progo.
"Iya, paling banyak di pinggir Jalan Daendels, dekat Jembatan Ngremang. Istilahnya dibuang gitu, dan itu terjadi saat harga menyentuh Rp 3.000," ungkap Sukarman saat dimintai konfirmasi detikJogja, Kamis (21/11).
Sukarman menerangkan aksi ini dipicu kekesalan petani terhadap harga cabai yang terjun bebas. Meski kini harga cabai mulai ada kenaikan jadi sebesar Rp 5.000, menurutnya nominal tersebut masih jauh dari kata ideal. Break Even Point (BEP) atau titik impas agar petani bisa balik modal minimal adalah Rp 10.000.
"Kalau mau balik modal ya idealnya Rp 10.000-11.000 ini untuk yang cabai keriting. Kalau yang rawit ya idealnya Rp 17.000-18.000. Sedangkan rawit sekarang cuma Rp15.000," jelasnya.
(apl/aku)
Komentar Terbanyak
Heboh Penangkapan 5 Pemain Judol Rugikan Bandar, Polda DIY Angkat Bicara
Akhir Nasib Mobil Vitara Parkir 2,5 Tahun di Jalan Tunjung Baru Jogja
Megawati Resmi Dikukuhkan Jadi Ketum PDIP 2025-2030