TPST Dingkikan Sedayu Olah Sampah Jadi RDF, Kirim Perdana 140 Ton ke Cilacap

TPST Dingkikan Sedayu Olah Sampah Jadi RDF, Kirim Perdana 140 Ton ke Cilacap

Dwi Agus - detikJogja
Kamis, 10 Okt 2024 22:35 WIB
Operasional TPST Dingkikan Sedayu saat mengolah sampah menjadi RDF, Kamis (10/10/2024).
Operasional TPST Dingkikan Sedayu saat mengolah sampah menjadi RDF, Kamis (10/10/2024). Foto: Dwi Agus/detikJogja.
Bantul -

TPST Dingkikan, Sedayu, Bantul berhasil mengolah sampah menjadi Refuse Derived Fuel (RDF). Bahan Ini merupakan bahan bakar alternatif pengganti batu bara bagi perusahaan industri. Hasilnya telah dijual ke salah satu pabrik di Cilacap yang terasosiasi dengan PT Semen Indonesia.

Pengiriman perdana ini sebanyak 140 ton yang dikirim secara bertahap. Seluruhnya merupakan hasil pengolahan sampah yang berasal dari Kabupaten Bantul. Dengan pengolahan ini bisa menjadi solusi atas kondisi darurat sampah di Daerah Istimewa Yogyakarta secara umumnya.

"Hari ini perdana kita kirim RDF sampai 140 ton ke PT SBI. Harapan kami dan optimis bisa mengurangi permasalahan sampah di Bantul khususnya," jelas Kepala DLH Bantul Bambang Purwadi Nugroho saat ditemui di TPST Dingkikan, Argosari, Sedayu, Bantul, Kamis (10/10/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Olah Sampah 60 Ton Per Hari

Purwadi menuturkan TPST Dingkikan dapat mengolah sampah sebanyak 60 ton per hari. Seluruhnya diolah dengan tiga mesin yang tersedia di TPST ini. Salah satu olahannya adalah RDF yang menjadi bahan bakar alternatif pengganti batu bara.

"Kapasitasnya per hari 60 ton, ini di Dingkikan saja dan sudah operasional penuh dengan tiga mesin. Ini sebagai wujud komitmen Pemkab Bantul dalam mengolah sampah," katanya.

ADVERTISEMENT
Operasional TPST Dingkikan Sedayu saat mengolah sampah menjadi RDF, Kamis (10/10/2024).Operasional TPST Dingkikan Sedayu saat mengolah sampah menjadi RDF, Kamis (10/10/2024). Foto: Dwi Agus/detikJogja

Hadirnya TPST Dingkikan, lanjutnya, diharapkan benar-benar menjadi solusi persampahan. Tentunya masih ditambah dengan beragam program. Salah satunya adanya bank sampah.

Kolaborasi program ini tujuannya mampu menekan sampah yang terolah. Terlebih setelah TPA Piyungan berhenti operasional. Sehingga mau tak mau Pemkab Bantul harus mengolah sampahnya secara mandiri.

"Untuk RDF ini kami juga berusaha menjaga dan meningkatan kualitasnya. Setidaknya menjadi solusi isu lingkungan. Di satu sisi secara ekonomi karena di sini libatkan tenaga kerja lokal atau penduduk sekitar TPST," ujarnya.

Seluruh RDF produksi TPST Dingkikan dikirimkan ke PT Solusi Bangun Indonesia (SBI) di Cilacap Jawa Tengah. Perusahaan ini adalah penyedia bahan bakar bagi pabrik industri. Salah satunya adalah pengolahan produksi semen.

Kualitas RDF Selalu Dicek

Direktur Operasional PT SBI, Soni Asrul Sani, menuturkan pemanfaatan RDF sangatlah penting. Terlebih adanya isu lingkungan atas berdirinya pabrik semen. Berupa pemanfaatan bahan bakar fosil maupun polusi karbon.

"Gunakan RDF sebagai bahan bakar, karena kita menyadari pabrik seman salah satu penyumbang emisi. Dengan adanya penggunaan RDF bisa menekan bahan bakar fosil, kontribusi kami adalah keberlanjutan dari industri," katanya.

Operasional TPST Dingkikan Sedayu saat mengolah sampah menjadi RDF, Kamis (10/10/2024).Operasional TPST Dingkikan Sedayu saat mengolah sampah menjadi RDF, Kamis (10/10/2024). Foto: Dwi Agus/detikJogja

Soni menuturkan pihaknya melakukan kontrak lima tahun dengan Pemkab Bantul atas pengiriman RDF. Di satu sisi, pihaknya juga melakukan pengawasan secara langsung atas kualitas RDF yang dikirim. Agar sesuai spesifikasi yang dibutuhkan industri.

RDF yang ideal, lanjutnya, memiliki kandungan air maksimal 25 persen. Selain itu untuk sisi ukuran adalah 5 sentimeter. Apabila tidak sesuai spesifikasi maka RDF tidak bisa digunakan sebagai bahan bakar alternatif.

"Jadi bukan bulanan, setiap RDF yang kita terima langsung kita evaluasi. Apakah sesuai spesifikasi atau perlu ditingkatkan lagi," tegasnya.

Soni menegaskan bahwa kebutuhan RDF sangatlah tinggi. Namun disatu sisi setiap RDF yang dikirim juga wajib sesuai standar baku. Terlebih kaitannya adalah pengganti bahan bakar fosil yang optimal dan ideal.

"Untuk RDF kita sudah bekerja sama dengan sejumlah pemkab. Dalam sehari saja, khusus Cilacap itu membutuhkan 200 ton RDF per harinya. Jadi kebutuhannya memang sangat tinggi," ujarnya.




(apl/apl)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads