Saban sore hingga malam lapak baca gratis bakal menghiasi salah satu sudut kawasan Malioboro, Jogja. Perpustakaan sederhana itu merupakan inisiasi anak jalanan Jogja.
Lapak baca buku itu bernama Perpustakaan Bergerak, lokasinya tepat di sebelah utara Halte Transjogja 2 atau di depan Gedung Sekda DIY. Lapak baca ini bisa dijumpai setiap hari di Malioboro. Biasanya mereka membuka lapak dari pukul 16.00 WIB sampai tengah malam.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
detikJogja sempat mampir dan mengobrol dengan dua orang pelapak bernama Budi dan Mul pada Rabu (24/12/2025). Mereka, membawa ratusan buku menggunakan dua sepeda yang sudah dimodifikasi dengan menambahkan kotak untuk membawa buku.
"Silakan boleh dibaca-baca, ini memang konsepnya terbuka dan bebas untuk siapa saja," ujar Mul sembari memasang lampu penerangan di atas lapak karena hari sudah mulai gelap.
Perpustakaan mini ini didirikan oleh Komunitas Girli, Girli adalah akronim dari Pinggir Kali. Komunitas ini sudah ada sejak tahun 80-an dan berisi anak jalanan.
"Dulu tahun 80-an, kami (komunitas Girli) sehari-hari hidup di sini (Malioboro), makan tidur juga di sini," cerita Budi.
Pria berumur 62 tahun tersebut, sudah sejak remaja menjadi anggota Komunitas Girli. Dia bercerita, sedari awal Komunitas Girli berisi pengamen, tukang tato, seniman, dan pemulung yang hidup di jalan. Hampir setiap malam mereka berkumpul di Malioboro.
"Pokoknya (kelompok) yang dulu sering dimarjinalkan," terangnya.
Penampakan sepeda modifikasi lapak baca Perpustakaan Bergerak Malioboro Foto: Ikfina Kamalia Rizki/detikJogja |
Meski sering dipandang dengan stigma yang negatif, Komunitas Girli justru selalu aktif di hal-hal positif, mulai dari kesenian hingga literasi. Dibuktikan dengan didirikannya Perpustakaan Bergerak Malioboro.
"Ini (perpustakaan) sudah ada sejak sebelum COVID. Jadi, ketika COVID kami sempat vakum lama, tapi kadang-kadang juga melapak untuk kumpul-kumpul. Kan, kalau membaca buku nggak diciduk Satpol PP," cerita Budi sambil tertawa kecil.
Koleksi buku yang dipajang di dalam dua kotak berukuran sedang itu cukup komplit. Buku-buku bertema sejarah, filsafat, dan sastra tersedia. Buku bergenre anak dan beberapa komik pun juga ada.
"Buku-buku itu kebanyakan dari donasi teman-teman yang sudah sukses. Ada juga yang diberi oleh yayasan," lanjutnya.
Yayasan yang dimaksud adalah Yayasan Pustaka Bergerak. Salah satu lembaga nirlaba dengan semangat mendistribusikan dan menggerakkan literasi di berbagai daerah di Indonesia.
Di lain kesempatan, Mul bercerita bahwa buku-buku yang dibawa untuk dilapakkan setiap hari kadang berbeda. Katanya, koleksi buku yang dimiliki Komunitas Girli terlampau banyak, sedangkan kapasitas kotak terbatas.
"Penginnya ya semua dibawa, tapi kan kotaknya nggak cukup. Jadi kadang setiap hari beda koleksi," jelas Mul.
Meskipun perpustakaan ini sederhana, hanya bermodalkan dua sepeda yang diparkir di trotoar dan terdapat tulisan "Di Baca Gratis", namun justru itulah daya tariknya. Beberapa kali terlihat wisatawan yang sedang berjalan-jalan di Malioboro singgah dan mengamati koleksi yang dipajang.
"Senang aja kalau lihat ada yang mampir dan baca, apalagi anak-anak. Buku-bukunya boleh dipinjam, boleh juga dibaca di tempat," sambung pria yang kala itu mengenakan celana pendek dan berkaus hitam.
Artikel ini ditulis oleh Zhafran Naufal Hilmy peserta Program MagangHub Bersertifikat dari Kemnaker di detikcom
(afn/apl)













































Komentar Terbanyak
Mayat Wanita dalam Got di Banjarmasin, Terungkap Dibunuh Oknum Polisi
Siswa Tetap Dapat MBG Saat Libur Sekolah, Ada Opsi Delivery ke Rumah
Ibu-Anak Asal Sleman Korban Laka Maut Bus Cahaya Trans Dimakamkan 1 Liang