Ternyata masih ada guru bergaji hanya Rp 300 ribu per bulan di Jogja. Berikut kisah mereka, si pahlawan tanpa tanda jasa.
Tri Wahyuni Guru PAUD Gaji Rp 300 Ribu
Salah satu guru yang ditemui detikJogja ialah Nuning Tri Wahyuni (43). Dia, sudah sejak 2011 menjadi guru dan kini mengajar di Satuan Paud Sejenis (SPS) Plumbungan, Karangmojo, Gunungkidul.
Baginya, menjadi guru adalah pengabdian. Sebagai guru nonformal, dia tak risau lagi masalah gaji sebab di awal dulu bahkan tak mendapat gaji.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau dulu itu malah tidak dapat, itu saat tahun 2011. Terus seiring berjalannya waktu dapat Rp 75 ribu tiap bulan, setelah itu naik setiap tahun sampai tahun 2024 Rp 250 ribu dan tahun ini Rp 300 ribu perbulan," katanya saat dihubungi wartawan, Selasa (25/11/2025).
Nuning memang tak menggantungkan kehidupannya dari gaji sebagai guru. Selain menjadi guru, ibu tunggal ini juga merupakan penjahit.
"Untuk honor itu tidak begitu saya pikirkan, dapat alhamdulillah, tidak ya tidak apa-apa," ucapnya.
Asturi Dewi Guru PAUD Gaji Rp 250 Ribu
Astuti Dewi (45) juga punya cerita serupa. Dia menjadi guru PAUD kelompok bermain (KB) Dahlia Karangmojo, sejak 2010 itu hanya mendapat honor Rp 250 ribu per bulan.
Sama seperti Nuning, Dewi merupakan guru nonformal. Dia sudah cukup senang bisa ikut membantu mendidik anak-anak, bahkan awalnya dia hanya ingin membantu karena di PAUD tersebut kekurangan guru.
"Saya jadi guru PAUD itu awalnya dari menunggu anak di PAUD, dan karena tidak ada gurunya ditawari. Karena guru PAUD itu rata-rata tunjukan bukan karena mencari pekerjaan di Guru PAUD karena tidak ada honornya, nah terus karena senang lalu bergabung di situ," ujarnya.
Warga Ngawis, Karangmojo ini juga mengungkapkan, bahwa awalnya hanya mendapatkan honor Rp 50 ribu perbulan. Namun seiring berjalannya waktu honor pun mengalami peningkatan hingga saat ini mencapai ratusan ribu rupiah.
Baca juga: Niat Tobat, Sheila Marcia Bakal Hapus Tato |
"Awalnya sebulan Rp 50 ribu, naik Rp 80 ribu, Rp 100 ribu, Rp 150 ribu, Rp 200 ribu dan sekarang Rp 250 ribu. Honor itu diterimakan tiga bulan sekali, dan asalnya dari insentif Kalurahan," ucapnya.
"Ya bismillah saja, karena prinsip kami rezeki datang dari mana saja, alhamdulillah seperti melalui suami. Jadi honor itu bukan tujuan utama kita, insyaallah kalau kita ikhlas kebutuhan juga tercukupi, entah dari manapun," ucapnya.
Meski begitu, dia memiliki harapan agar guru PAUD bisa lebih sejahtera. Sebab, Dewi khawatir dengan banyaknya guru PAUD yang beralih ke pekerjaan lain karena masalah honor.
Alvian Saraswita Guru SD Gaji Rp 300 Ribu
Kisah lain Alvian Saraswita (28) yang merupakan guru di SDN 1 Pripih, Kulon Progo. Lulusan PGSD asal Purbalingga ini sudah dua tahun dia mengajar di sekolah itu dengan gaji Rp 300 ribu per bulan.
Gaji ini didapatkannya dari iuran guru-guru PNS di sekolah tersebut. Bagi seorang ibu dengan anak balita berusia 22 bulan, Rp 300 ribu tentu jauh dari kata layak. Untuk sehari-hari, Alvian masih mengandalkan gaji suaminya yang merupakan sopir bangunan.
"Saya 1 bulan dapat Rp 300.000. Kalau untuk saya, itu cukup buat kayak buat uang bensin kayak harian," ungkap Saras saat ditemui wartawan di SD N 1 Pripih, Kokap, Selasa (25/11/2025).
Ia menegaskan bahwa keputusannya adalah murni pengabdian, bukan semata karena uang. Keputusan Saras untuk tetap mengajar di tengah minimnya honor didasari oleh sebuah janji yang mendalam.
Guru honorer Alvian Saraswita saat ditemui di SD N 1 Pripih, Kokap, Kulon Progo, Selasa (25/11/2025) Foto: Jalu Rahman Dewantara/detikJogja |
Ia adalah lulusan PGSD yang sempat melewati perjuangan panjang, termasuk cuti kuliah dua tahun akibat kecelakaan ayahnya, yang membuatnya lulus hingga semester 13.
Kepada Saras, sang ayah berpesan agar bisa memanfaatkan ijazahnya sebagai guru. Amanah inilah yang membuat Saras memutuskan untuk bertahan.
"Setelah menikah, saya diberi amanah sama bapak saya, katanya paling tidak ya ijazahnya dipakai. Jadi, pertama saya berjuang, ijazah saya saya gunakan supaya bermanfaat. Saya yang penting nama saya bisa aktif untuk jadi pendidik," jelasnya.
Banyak momen berkesan yang membuat Saras merasa dihargai sebagai guru. Salah satunya ketika dia memutuskan cuti melahirkan yang itu membuat anak-anak didiknya khawatir.
"Waktu saya cuti melahirkan, itu anak-anak banyak yang tanya, bu kok enggak masuk?. Terus ada yang sampai nengok saya di rumah sambil nanya kapan masuknya. Saya jadi merasa dihargai, dan ini sangat berkesan buat saya," ujarnya.
Kepala SD N 1 Pripih, Mujiasih, mengatakan minimnya honor Saras karena belum memiliki Nomor Unik Pendidik dan Tenaga Kependidikan (NUPTK). Hal ini membuat gaji Saras tidak bisa dibayarkan lewat dana BOS.
"Iya, jadi dia belum mempunyai NUPTK, otomatis honornya tidak bisa diambilkan dari dana BOS. Nah, itu yang menjadi pemikiran saya, di mana saya mintakan sumbangan dari guru-guru karena PNS-nya enam, jadi setiap PNS kita mintai Rp50.000. Jadi honornya cuma Rp300.000, Mas," ujarnya .
"Kasihan itu sebenarnya. Teman-teman juga apa, ini, senang. Intinya rela, rela memberikan uang segitu," imbuhnya.













































Komentar Terbanyak
Underpass Kentungan Banjir, Ternyata Ini Biangnya
Bos Pajak soal Fatwa MUI Pajak Berkeadilan: PBB Kan Diserahkan ke Daerah
Roy Suryo Cs Kena Wajib Lapor-Dicekal ke LN Buntut Tuduh Ijazah Jokowi Palsu