Jembatan penghubung Kabupaten Bantul dan Kulon Progo, Kabanaran, diresmikan oleh Presiden Prabowo Subianto pada Rabu (19/11). Jembatan itu sebelumnya diberi nama Pandansimo.
Pantauan detikJogja, papan bertuliskan 'JEMBATAN KABANARAN' terpasang di salah satu sudut.
80 Persen Wilayah Pembangunan Masuk Kulon Progo
Bupati Kulon Progo, Agung Setyawan, menyatakan usulan perubahan nama itu didasarkan pada aspek kewilayahan dan sejarah. Agung menuturkan secara wilayah, 80 persen lokasi yang dipakai untuk pembangunan jembatan berada di Kulon Progo.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Satu, jembatan itu 80 persen ada di tanahnya Kulon Progo," ujar Agung, saat ditemui wartawan di Kompleks Pemkab Kulon Progo, Rabu (19/11/2025).
Agung melanjutkan, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kulon Progo juga mendapat tanggung jawab untuk memelihara sarana dan prasarana Jembatan Kabanaran, seperti lampu penerangan. Ia juga menyinggung mengenai rencana pembayaran listriknya.
"Yang kedua, kita bertanggung jawab terhadap maintenance sarana yang ada, terhadap lampu dan sebagainya. Pembayaran listriknya juga kita yang direncanakan seperti itu," ucapnya.
Suasana Jembatan Kabanaran penghubung Bantul-Kulon Progo, jelang diresmikan Presiden Prabowo Subianto, Rabu (19/11/2025). Foto: Jalu Rahman Dewantara/detikJogja |
Berkaitan Cikal Bakal Keraton Jogja
Agung berujar, jika mengacu aspek sejarah, nama Kabanaran merujuk kepada situs bersejarah yang berkaitan erat dengan cikal bakal Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat.
"Kabanaran itu adalah sejarahnya dari nama HB I yang mesanggrah atau madepok di Kabanaran," jelas Agung.
Lokasi Kabanaran ini bahkan disebutkan muncul sebelum Keraton Ngayogyakarta dan Keraton Gamping (Ambarketawang). "Jadi, justru malah Kabanaran dulu baru Ambar Ketawang, baru Keraton Jogja," tambahnya.
Diusulkan kepada Sultan HB X
Agung menjelaskan, proses pengusulan perubahan nama dari Pandansimo menjadi Kabanaran dilakukan bertahap. Pihaknya menyampaikan usulan tertulis kepada Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) X, sekitar sebulan lalu.
Selain itu, begitu nama Pandansimo pertama diungkapkan, Agung menerangkan Pemkab Kulon Progo melakukan kajian data dan usulan secara lisan.
"Sejak dihembuskan nama Pandansimo, saya lakukan kajian, dan semua by data. Terus saya matur tertulis dengan Ngarsa Dalem (Gubernur DIY), kurang lebih satu bulan yang lalu karena pelaku sejarahnya. Terus kemudian saya tertulis dengan Sekda kepada Gubernur itu tiga minggu yang lalu. Jadi ada dua. Satu kebenaran sejarah, satu secara administratif," terangnya.
Awalnya, usulan nama yang diajukan adalah Banaran Pandansimo sebagai upaya mengakomodasi kedua wilayah, namun setelah kajian mendalam, nama yang disetujui adalah Kabanaran.
"Saya kemarin usulnya, itu adalah kita akomodir dua-duanya, Banaran Pandansimo. Tetapi, setelah dikaji oleh pusat, atas usulan Kulon Progo yang di-ACC oleh Pemprov DIY, itu menjadi Kabanaran. Dan Kabanaran itu adalah sejarahnya dari nama HB I yang mesanggrah atau madepok di Kabanaran. Maka diambil sebagai Kabanaran. Itu terjadi sebelum munculnya Keraton Ngayogyakarta, sebelum munculnya Keraton Gamping (Ambar Ketawang)," jelasnya.
Agung mengatakan usulan ini tidak ada tendensi apapun. Dia justru berharap hal ini bisa menjadi sinergi yang baik antara Kulon Progo dan Bantul.
"Saya berharap ini menjadi sinergi yang baik antara Kulon Progo dan Bantul, tidak mengotakkan salah satunya. Saya berharap, ini adalah satu pemahaman yang tidak membedakan," tutupnya.
Diresmikan Prabowo
Dalam sambutannya, Presiden Prabowo juga menyinggung bahwa nama Kabanaran mengacu kepada lokasi yang pernah menjadi markas Pangeran Mangkubumi. Kelak, namanya akan dikenal sebagai Sultan Hamengku Buwono I, pendiri Keraton Ngayogyakarta.
"Tadi kita sudah mendengar arti historis dari tempat ini, tempat perjuangan Pangeran Mangkubumi melawan Belanda, markasnya di sini," ujarnya.
Sementara Menteri PU, Dody Hanggodo melanjutkan, pemilihan nama Kabanaran karena kawasan ini memiliki nilai historis yang sangat dalam. Mengingat dahulu sebagai bekas markas perjuangan Pangeran Mangkubumi atau Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) I melawan Belanda.
"Jadi lokasi inilah yang menghidupkan kembali spirit perjuangan Pangeran Mangkubumi yang saat itu bergelar Sunan Kabanaran," katanya.
Simak Video "Video Terpopuler Sepekan: Soeharto Pahlawan-Aksi Cium Gus Elham Tuai Kecaman"
[Gambas:Video 20detik]
(apu/apu)













































Komentar Terbanyak
Polemik Dosen UGM Minta Naik Pangkat Berujung Dibebastugaskan
Anak Waka DPRD Sulsel Punya 41 Dapur MBG, Kepala BGN Apresiasi
Roy Suryo Cs Kena Wajib Lapor-Dicekal ke LN Buntut Tuduh Ijazah Jokowi Palsu