Gunung Merapi dilaporkan memuntahkan awan panas hingga enam kali pada Minggu (2/11). Awan panas dari gunung yang berada di antara dua provinsi, Jawa Tengah dan DIY ini mempunyai jarak luncur maksimum 2.500 meter ke arah barat daya.
Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Jogja, Agus Budi Santoso merinci dua guguran awan panas pertama teramati pada pukul 11.04 WIB dan 11.11 WIB.
"Estimasi jarak luncur 2.500 meter dengan amplitudo maksimum 59 mm, durasi 279,5 detik," jelas Agus melalui keterangannya, Minggu (2/11/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kemudian, lanjutnya, awan panas guguran termonitor masing-masing pada pukul 14.27, 15.00, 16.08 dan 17.21 WIB. Kelima guguran itu mengarah ke barat daya atau menuju sektor Kali Krasak dan Kali Sat (Putih).
Rinciannya, guguran pada pukul 14.27 WIB memiliki jarak luncur 2.000 meter ke arah barat daya, amplitudo maksimum 27 mm, dan durasi 197 detik. Pukul 15.00 WIB, meluncur sejauh 1.500 meter dengan amplitudo maksimal 12,48 mm dan durasi 142,66 detik.
Kemudian pada pukul 16.08 WIB dengan jarak luncur 1.700 meter ke arah barat daya, amplitudo maksimum 34,7 mm, dan durasi 168,62 detik. ada pukul 17.21 WIB, awan panas guguran jarak luncur 1.500 meter ke arah barat daya, amplitudo maksimum 47,98 mm dan durasi 150,68 detik.
"Data pemantauan menunjukkan suplai magma masih berlangsung yang dapat memicu terjadinya awan panas guguran di dalam daerah potensi bahaya," papar Agus.
BPPTKG sendiri hingga kini masih tetap mempertahankan status Gunung Merapi pada Level III atau Siaga.
Potensi guguran lava dan awan panas dapat berdampak pada sektor selatan-barat daya, meliputi Sungai Boyong (maksimal 5 kilometer), serta Sungai Bedog, Krasak, dan Bebeng (maksimal 7 kilometer).
Di sektor tenggara, potensi bahaya meliputi Sungai Woro sejauh maksimal 3 kilometer dan Sungai Gendol sejauh maksimal 5 kilometer. Lontaran material vulkanik dari letusan eksplosif dapat menjangkau radius 3 kilometer dari puncak.
"Masyarakat agar mewaspadai bahaya lahar dan awan panas guguran (APG) terutama saat terjadi hujan di seputar Gunung Merapi," pungkas Agus.
(aap/aap)












































Komentar Terbanyak
CVT Motor Itu Apa? Ini Tips Merawat, Cara Kerja, dan Fungsinya
Eks Bupati Sleman Sri Purnomo Tersangka Korupsi Hibah Pariwisata Ditahan
Kala Gubernur DIY Sultan HB X Sangsikan Aturan Baru MBG