Dongeng selalu menjadi teman terbaik sebelum tidur bagi anak-anak. Selain menenangkan, cerita-cerita zaman dahulu juga menyimpan banyak pesan moral yang penting untuk tumbuh kembang mereka. Karena itu, memilih dongeng yang tepat dapat membantu membentuk karakter baik sejak dini.
Di artikel ini, kamu akan menemukan kumpulan dongeng klasik Nusantara dan fabel penuh makna. Ceritanya mudah dipahami anak, menghadirkan petualangan seru, sekaligus mengajarkan nilai persahabatan, kejujuran, hingga rasa hormat pada orang tua. Cocok untuk dibacakan setiap malam sebelum buah hati terlelap.
Yuk, temani waktu tidur si kecil dengan kisah yang bukan hanya menghibur tapi juga mendidik. Ajak mereka berimajinasi sambil menyerap pesan kebaikan yang akan selalu mereka ingat!
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
10 Dongeng pada Zaman Dahulu
Berikut ini adalah 10 dongeng yang disadur dari buku Dongeng Anak Dunia tulisan Shaff Banta serta Kumpulan Dongeng Cerita Rakyat Nusantara karya Tim Bintang Ilmu.
1. Kutukan Raja Pulau Mintin
Pada zaman dahulu, di Pulau Mintin daerah Kahayan Hilir, berdirilah sebuah kerajaan yang sangat makmur. Rakyat hidup damai karena memiliki raja yang bijaksana. Namun suatu hari, permaisuri sang raja meninggal dunia. Sejak itu raja selalu sedih dan kesehatannya menurun.
Untuk menyembuhkan rasa dukanya, raja memutuskan pergi berlayar. Ia menyerahkan pemerintahan kepada dua putra kembar bernama Naga dan Buaya. Mereka berjanji menjaga kerajaan sebaik mungkin.
Tapi ternyata, keduanya memiliki watak yang sangat berbeda. Naga suka berfoya-foya, berjudi, dan mabuk setiap hari. Sedangkan Buaya adalah sosok yang ramah, pemurah, dan selalu ingin membantu rakyat.
Melihat saudaranya merusak kerajaan, Buaya menegur Naga. Namun Naga tidak mau mendengarkan. Pertengkaran pun terjadi sampai membuat pasukan kerajaan terpecah menjadi dua kubu. Perang saudara pun tak dapat dihentikan.
Di tengah pelayarannya, raja merasa firasat buruk. Ia segera kembali ke kerajaan. Betapa terkejutnya ia melihat Putra-Putranya saling melukai dan rakyat menderita.
Dengan marah ia berkata, "Kalian telah mengecewakan kepercayaanku! Sebagai hukuman, engkau Buaya akan menjadi buaya yang hidup di air. Engkau akan menjaga Pulau Mintin selamanya. Dan engkau Naga, karena kesalahanmu besar, engkau akan menjadi naga penghuni Sungai Kapuas untuk menjaga sungai agar tidak ditumbuhi Cendawan Bantilung!"
Langit mendadak gelap, petir menyambar. Seketika kedua pangeran berubah menjadi buaya dan naga sungguhan. Dan sejak itu, masyarakat percaya buaya menjaga Pulau Mintin sedangkan naga menjaga Sungai Kapuas agar tetap bersih.
2. Legenda Batu Kuwung
Dahulu, hiduplah seorang saudagar kaya raya. Ia mendapat kekayaan dari cara yang tidak baik. Ia memberi pinjaman uang kepada petani, dan jika mereka tidak mampu membayar, ia membeli tanah mereka dengan harga sangat murah. Ia tamak, kikir, dan sombong.
Walau kaya, ia tidak mau membantu warga desa sedikit pun. Bahkan ia tidak mau menikah karena merasa memiliki anak hanya akan menghabiskan hartanya.
Suatu ketika, seorang pengelana sakti datang ke desa itu. Mendengar keluhan warga, ia ingin memberi pelajaran pada sang saudagar. Ia menyamar menjadi pengemis pincang dan meminta sedikit uang untuk makan. Namun saudagar malah menghardik dan menjatuhkannya.
Pengemis itu berkata,
"Mulai kini kau akan merasakan penderitaan seorang yang kau hina!"
Keesokan harinya saudagar terbangun dan tidak bisa menggerakkan kedua kakinya. Tabib-tabib terbaik dipanggil, tetapi tidak satu pun yang berhasil menyembuhkannya. Saudagar akhirnya mengadakan sayembara: siapa yang menyembuhkan kakinya, akan diberi setengah dari hartanya.
Pengemis pincang kembali. Ia berkata,
"Ada tiga syarat agar kau sembuh. Hilangkan sifat kikir dan sombongmu. Lalu carilah Batu Kuwung di Gunung Karang dan bertapa tujuh hari tujuh malam tanpa makan dan minum. Terakhir, jika sembuh kamu harus menyedekahkan setengah hartamu kepada fakir miskin."
Saudagar pun berangkat memenuhi syarat itu...
Dan legenda mengatakan bahwa setelah bertapa, kakinya sembuh. Namun, yang terpenting bukan kesembuhannya, tapi bagaimana ia akhirnya menjadi orang yang baik dan murah hati.
3. Kancil dan Buaya
Pada zaman dahulu di sore hari, seekor kancil ingin menyeberangi sungai untuk menemui sahabatnya, kelinci. Ketika ia turun ke tepi sungai, seekor buaya muncul dan membuatnya terkejut.
"Aku akan memakanmu!" kata buaya.
Kancil yang cerdik tersenyum.
"Oh begitu? Tapi tubuhku kecil, kau pasti tidak akan kenyang. Panggillah saudaramu agar kalian bisa makan bersama."
Buaya setuju dan memanggil buaya lainnya. Tak lama, banyak buaya muncul. Kancil berkata,
"Berjejerlah dari tepi sini sampai seberang. Aku ingin menghitung kalian dulu."
Buaya-buaya itu patuh. Saat mereka membentuk jembatan, kancil melompat di atas punggung mereka sambil berpura-pura menghitung.
Sebelum sampai buaya terakhir, kancil melompat ke daratan seberang dan berseru,
"Terima kasih sudah menolongku menyeberang!"
Buaya hanya bisa terdiam. Mereka tidak sadar bahwa mereka telah tertipu oleh si kancil yang cerdik.
4. Semut dan Merpati
Pada zaman dahulu, ada seekor semut kecil sedang minum di tepi sungai. Ketika hendak naik, ia terpeleset dan terjatuh ke air. Semut berusaha berenang, namun arus sangat deras.
"Tolong! Tolong aku!" teriaknya.
Seekor merpati yang sedang hinggap di dahan mendengar suara itu. Ia segera memetik sehelai daun dan menjatuhkannya ke dekat semut.
"Cepat naik ke daun itu!" kata merpati.
Semut pun naik dan merpati membawanya ke tempat aman.
Beberapa hari kemudian, merpati hampir ditembak pemburu. Semut melihatnya dan tanpa pikir panjang ia menggigit kaki pemburu hingga pemburu berteriak kesakitan.
Dor! Tembakan meleset.
Merpati terbang menjauh. Ia tahu bahwa semut telah membalas kebaikannya.
Begitulah, saling menolong akan membawa kebaikan kembali pada diri kita.
5. Si Tukang Kayu
Dahulu kala, ada seorang tukang kayu yang kehilangan kapaknya di hutan. Ia sudah mencari ke sana kemari tetapi tidak ketemu. Ia bersedih karena tanpa kapaknya ia tidak bisa bekerja untuk menghidupi keluarga.
Ketika duduk termenung di rumah, seorang raja lewat menyamar sebagai rakyat jelata. Raja bertanya mengapa tukang kayu sedih. Tukang kayu pun bercerita.
Raja berkata bahwa segala kebaikan atau keburukan akan kembali pada pelakunya. Ia bercerita pernah melihat seseorang menyakiti seekor kucing hingga patah kakinya. Tak lama, kaki orang itu sendiri patah karena terjatuh dari kuda.
Dari sana raja belajar untuk menjadi pemimpin yang baik. Mendengar cerita itu, tukang kayu mulai percaya akan takdir baik. Tidak lama kemudian, ia menemukan kapaknya kembali dan bisa bekerja lagi.
Ia bersyukur, dan sejak itu ia selalu membantu sesama karena percaya kebaikan akan selalu kembali.
6. Semut dan Kupu-kupu
Pada zaman dahulu di suatu pagi, seekor semut sedang berjalan mencari makanan. Tanpa sengaja ia menabrak sebuah kepompong yang menggantung di ranting.
"Hidupmu pasti membosankan. Terperangkap dan tidak bisa ke mana-mana!" ejek semut kepada kepompong.
Kepompong diam saja. Ia tahu waktunya akan tiba.
Beberapa hari berlalu. Setelah hujan semalaman, jalan setapak menjadi berlumpur. Semut tidak sadar berjalan ke area lumpur yang bisa menghisapnya. Ia terjebak dan mulai tenggelam.
"Tolong... tolong aku!" teriak semut.
Tiba-tiba seekor kupu-kupu cantik datang menghampiri.
Ternyata itu kepompong yang dulu ia ejek, kini sudah berubah menjadi kupu-kupu yang bebas terbang.
Kupu-kupu memegang ranting kecil dan mengulurkan pada semut agar ia bisa naik dan selamat.
Semut sangat malu. Ia meminta maaf,
"Aku salah menilaimu."
Kupu-kupu tersenyum,
"Setiap makhluk butuh waktu untuk tumbuh. Jangan merendahkan siapapun."
Semut pun belajar bahwa tidak boleh mengejek kekurangan orang lain karena semua makhluk memiliki keindahan dan kekuatan masing-masing.
7. Serigala dan Anak Kambing
Pada zaman dahulu di sebuah ladang, seekor induk kambing hendak mencari makan. Ia meninggalkan tiga anaknya di kandang sambil berkata,
"Jangan membuka pintu untuk siapapun selain ibu."
Serigala mengintip dan berencana memangsa mereka. Ia meniru suara induk kambing dari luar kandang sambil berkata manis,
"Anak-anakku sayang, ibu membawa susu."
Tapi anak kambing yang cerdas berkata,
"Itu bukan suara ibu. Pergi!"
Serigala yang licik tak menyerah. Ia merubah suara dan berkata lagi dengan lembut. Anak-anak kambing pun tertipu dan membuka pintu. Serigala langsung menerkam dan membawa dua ekor anak kambing.
Beruntung, satu anak kambing selamat dan segera menelepon induknya (eh bukan ya π), ia lari memberi tahu ibunya yang langsung pulang.
Induk kambing mengikuti jejak serigala hingga menemukan sarangnya. Ia melihat serigala tertidur pulas di bawah pohon sementara dua anaknya diikat di situ.
Dengan keberanian besar, induk kambing berteriak keras tepat di telinga serigala. Serigala kaget luar biasa dan kabur terbirit-birit.
Anak-anak kambing pun berhasil diselamatkan. Sejak itu, mereka tidak mudah percaya pada suara yang hanya terdengar manis di luar.
8. Tujuh Bersaudara
Pada zaman dahulu, hiduplah seorang petani yang memiliki tujuh anak laki-laki. Sayangnya, mereka selalu bertengkar setiap hari. Sang ayah sedih karena mereka tidak pernah rukun.
Suatu hari, sang ayah memanggil mereka dan membawa tujuh batang bambu kecil yang sudah diikat menjadi satu.
"Siapa yang bisa mematahkan bambu ini?" tanya sang ayah.
Satu per satu mencoba, tetapi tak ada yang berhasil.
Kemudian ayah membuka ikatan bambu itu dan membaginya satu-satu. Dengan mudah mereka mematahkannya.
Ayah tersenyum dan berkata,
"Jika kalian bersatu, kalian kuat dan tidak mudah dikalahkan. Namun jika saling berpisah dan bertengkar, kalian mudah dipatahkan seperti bambu-bambu itu."
Anak-anak pun sadar bahwa persaudaraan adalah kekuatan. Mereka berjanji untuk selalu rukun dan saling menjaga.
9. Landak dan Kura-kura
Suatu hari, seekor landak selalu merasa sedih karena tak ada teman. Semua hewan takut pada duri-durinya yang tajam. Ia berharap durinya hilang agar bisa bermain dengan siapapun.
Suatu hari, kura-kura datang dan berkata,
"Jangan sedih. Aku mau berteman denganmu."
Landak senang sekali. Mereka bermain bersama setiap hari.
Suatu ketika, ada pesta ulang tahun katak. Semua hewan diundang termasuk landak dan kura-kura. Landak sempat tak percaya diri, tetapi kura-kura meyakinkannya.
Saat pesta berlangsung, tiba-tiba serigala datang hendak memangsa hewan-hewan kecil. Semua berlarian ketakutan.
Kura-kura masuk ke dalam cangkangnya, tapi ia sulit bergerak. Serigala hampir menangkapnya.
Melihat sahabatnya dalam bahaya, landak membulatkan tubuhnya hingga menjadi bola duri. Ia berguling dengan cepat ke arah serigala.
"Aaarrgh!" Serigala menjerit karena kakinya tertusuk duri. Ia pun lari ketakutan.
Semua hewan berterima kasih kepada landak. Sejak itu mereka tidak lagi takut karena tahu duri landak adalah pelindung yang baik.
Landak pun bangga dengan dirinya dan bersyukur memiliki sahabat yang tulus seperti kura-kura.
10. Anak Burung Cuckoo
Pada zaman dahulu, ada seekor induk burung cuckoo yang sedang sakit parah sehingga tidak bisa mencari makan. Ia meminta tolong anak-anaknya, tapi mereka tidak mau membantu.
"Ibu ambil sendiri saja. Kami sedang bermain," ujar mereka.
Dengan sisa tenaga, induk cuckoo tetap berusaha mengambil air untuk minum. Ia sangat sedih karena anak-anaknya tidak peduli padanya.
Suatu hari, ketika anak-anak cuckoo sedang bermain, terdengar suara tembakan pemburu. Mereka panik dan terbang tidak tentu arah.
Dor! Satu per satu tertembak penghuninya. Tidak ada yang menolong mereka. Akhirnya tiga anak cuckoo itu tewas. Induknya hanya bisa menangis. Ia berharap anak-anaknya dulu memiliki hati yang lebih baik.
Ceritakan salah satu dongeng ini malam ini dan lihat bagaimana mata si kecil berbinar mengikuti setiap petualangannya. Kamu bisa memilih satu cerita setiap malam untuk menjadikan waktu tidur lebih hangat dan penuh kebaikan, detikers!
(par/apl)












































Komentar Terbanyak
Umrah Mandiri Kini Legal di RI, Biro Travel Umrah Waswas Gulung Tikar
Eks Bupati Sleman Sri Purnomo Tersangka Korupsi Hibah Pariwisata Ditahan
Hal yang Mustahil Dilakukan di Jogja: Naik Angkot