Masyarakat di Kota Jogja dan sekitarnya saat ini banyak mengandalkan kendaraan umum Trans Jogja untuk bepergian. Bus ukuran medium ini terlihat bersih, modern dan relatif beroperasi secara tertib.
Bagi warga yang pernah tinggal di Jogja era 1990-an tentu masih ingat dengan fasilitas transportasi massal berupa bus kota yang melayani penumpang di Jogja. Saat itu warga dilayani oleh bus kota dengan beberapa operator yang berbeda.
Salah satu bus kota yang beroperasi pada saat itu adalah Aspada. Bus ini khas dengan warnanya yang biru. Ada pula Bus Kopata dengan warnanya yang oranye.
Selain itu ada pula Bus Kobutri yang khas dengan warna putih-biru. Selain itu masih ada beberapa operator lain yang meramaikan lalu lintas di Jogja pada masa itu.
Kepala Bidang Angkutan Jalan dan Keselamatan Lalu Lintas Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Jogja, Hary Purwanto menyebut bus kota itu tidak hanya melayani penumpang di Kota Jogja, namun juga menyisir hingga pinggiran Sleman dan Bantul.
"Kita sepakati istilahnya bus perkotaan, hanya Jogja aja yang seperti itu. Karena sebenarnya itu kan AKDP (antar kota dalam provinsi)," kata Hari saat ditemui detikJogja di kantornya, Kamis (23/10/2025).
Hari menceritakan sejak awal perkembangan angkutan umum di Kota Jogja. Awal hadirnya kendaraan umum bermula dari angkutan kampus yang saat itu banyak menggunakan armada jenis Colt keluaran Mitsubishi. Hal itu membuat angkutan itu dikenal dengan sebutan Colt Kampus.
"Kalau dibuat sederhananya ada tiga segmen waktu. Pertama di segmen 70-80-an, itu dulu angkutan umum bus perkotaan itu bentuknya Colt Kampus. Karena yang banyak permintaan penumpang itu mahasiswa yang mau ke kampus," paparnya.
Menurut Hari, Colt Kampus itu banyak dimanfaatkan oleh mahasiswa yang berangkat dan pulang dari kampus. Hanya saja, saat itu belum ada penyeragaman warna armada.
Era Colt Kampus itu berakhir di era 1980-an. Fase Colt Kampus berakhir di fase kedua, yaitu saat bus kota dengan ukuran medium mulai muncul.
"Muncul pertama bus Kopata itu. Setelah itu muncul, pokoknya ada 5 operator itu, Kobutri, Puskopkar, Aspada, Damri," papar Hary.
"Kalau Kopata warnanya oranye kemerahan, Puskopkar itu biru gradasi putih, Aspada biru laut agak gelap, lalu Kobutri itu kuning, Damri itu putih," sambungnya.
Kelima operator bus itu melayani 17 jalur atau trayek di kota Jogja. Di atas kaca depan Bus, terdapat papan bertuliskan angka yang menunjukan di jalur mana bus itu beroperasi, lengkap dengan daftar jalan yang dilewati bus tersebut.
Hari mengenang, pada saat itu semua bus kota di Jogja berangkat dari Terminal Umbulharjo, yang saat ini sudah ditutup dan berganti menjadi XT Square. Dari 17 jalur yang tersedia, ada beberapa jalur yang menjadi favorit.
"Tepatnya di jalur 2, 4, sama 7. Jalur 4 itu yang melewatii Malioboro, selain lewat kampus. Jadi dari (terminal) Umbulharjo masuk Malioboro. Yang jalur 7 itu, dari terminal Umbulharjo ke timur terus (ke utara) sampai ke Janti, terus ke UGM. Nah itu kan di Janti terus nampani (mengakomodir) yang dari Solo. Itu rame," urainya.
"Kalau jalur 2 sama (dengan jalur 4) masuk ke Malioboro. Kalau jalur 4 dari Umbulharjo terus ke arah barat, terus melewati Taman Siswa. Kalau jalur 2 mentok ke barat sampai pojok beteng," imbuh Hary.
(ahr/aku)