Terpopuler Sepekan

Kala Gubernur DIY Sultan HB X Sangsikan Aturan Baru MBG

Tim detikJogja - detikJogja
Minggu, 26 Okt 2025 09:54 WIB
Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) X. Foto: Adji G Rinepta/detikJogja
Jogja -

Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X masih meragukan aturan baru terkait makan bergizi gratis (MBG) bisa menyelesaikan masalah keracunan. Aturan baru itu terkait SPPG yang dibebani 2.000 porsi masak dari sebelumnya 3.000.

Sultan memang pernah mengritik program MBG karena porsi masak SPPG yang terlalu banyak. Kritikan itu beberapa kali disampaikan termasuk saat keracunan terjadi di SMA Negeri 1 Jogja atau SMA Teladan.

Diketahui, dalam kasus keracunan di SMA Teladan, SPPG Wirobrajan yang menaungi sekolah itu, juga menaungi 8 sekolah lainnya. Di dalamnya, terdapat 3.444 siswa dari 9 sekolah itu.

"Saya kan sudah mengatakan, ya gimana, kalau mau bikin 3.000 porsi ya tidak bisa to. Nek biasane ming (kalau biasanya cuma bikin) 50 (porsi) terus (bikin) 3.000, dengan dapur tradisional itu suruh masak 3.000 itu jam piro le arep tangi (jam berapa harus bangun)," ujar Sultan di Kompleks Kepatihan, Kota Jogja, Jumat (17/10/2025).

"Mestinya kalau ayam, daging sapi kalau dimasak besok ya paling lambat sore ini beli. Tapi kalau didiamkan saja dengan porsi 3 ribu, emang punya freezer, punya gudang? Ya Kalau ndak dikasihkan freezer kan ya sudah biru. Ha digoreng, hayo mambu (tidak segar lagi). Hal-hal seperti itu kalau tidak dipahami mereka yang berada di dapur. Ha mbok sampai kapan pun yang keracunan masih ada," sambungnya.

Menurutnya, satu dapur tak sanggup menyimpan bahan dan memasak jumlah tersebut dalam waktu singkat. Sehebat apapun pengawasan dan juru masak MBG, dinilai akan takluk jika dapurnya tak memadai.

"Lho iya (perlu evaluasi), sekarang masalahnya, misal maunya itu harus diawasi, terus punya sertifikat. Tapi kalau dapurnya itu ming nganggo (cuma pakai) areng atau pakai LPG tapi (dibebani) 2 atau 3.000 porsi ndak akan bisa. Rumah makan wae rak ono sing (tidak ada yang) buka nganti (sampai) 3 ribu porsi terus, ndak akan mampu," ujarnya.

Solusi dari Sultan HB X

Sultan juga memberi pandangannya untuk meminimalisir kasus keracunan. Dia menyebut SPPG perlu membuat kelompok skala kecil yang hanya memasak untuk 50 porsi.

"Sekarang misalnya satu orang masak, kon (disuruh) masak 3 ribu (porsi) juga ora (tidak) mungkin. Berarti satu grup dihitung tukang masuk lima, dibantu orang berapa misalnya pembantunya tiga. Itu satu kelompok delapan orang, udah (dibebani) 50 porsi," terangnya.

Dengan porsi itu, dapur dinilai tak akan kewalahan memasak dini hari untuk disajikan pagi.

"Lha nek (kalau) 3.000 ya dibagi berapa porsi gitu aja. Itu lebih logis daripada satu unit suruh 3 ribu, tidak akan bisa. Yang 50 (porsi) aja mungkin bangunnya sudah 4.30 pagi. Ha nek 3 ribu kan malam (masaknya) suruh makan jam 10 (pagi) lha ya keracunan no," jelas Sultan.

Sangsikan Aturan Baru

Singkat cerita, BGN mengubah aturan dan meminta SPPG memasak maksimal 2.000 porsi, dapur juga diminta tak memasak sebelum jam 12 malam. Terkait itu, Sultan masih menyangsikannya.

"Pengertianya 2.000 itu dalam satu unit itu atau itu dibagi dalam beberapa sub bagian? Misalnya, kalau 2.000 di tempat ini tapi di situ ada 10 sub bagian, berarti per bagian kan 200. Kalau lebih dari sepuluh kan makin kecil," paparnya saat ditemui di kompleks Kepatihan, Kamis (23/10/2025).

Lagi-lagi Sultan menyinggung soal dapur. Menurutnya, dapur MBG yang ada saat ini bukan dapur yang dilengkapi fasilitas yang bisa menunjang untuk membuat ribuan porsi seharinya.

Belum lagi masalah penyimpanan bahan makanan. Sultan bilang, bahan makanan banyak tentu memerlukan tempat penyimpanan yang besar.

"Hindarilah masak itu jauh waktunya untuk matang sama untuk makannya. Karena pagi, siang, sore kita makannya ini sama, pasti pakai sayur. Nanti ada sampah sayur, ada tulang, ada ini," papar Sultan.

"Begitu jangkanya panjang, dagingnya juga belinya, karena dua ribu, apa disimpan pakai freezer? Apa dia punya freezer. Tapi karena banyak, hanya dikasih plastik, dikasihkan di meja, bukan dimasukkan ke dalam freezer. Begitu dua hari digoreng, ya bisa, tapi kalau dilihat sudah bukan merah, warnanya sudah ke biru-biruan. Dimakan ya pasti beracun," imbuhnya.



Simak Video "Video: Prosesi Langka Jejak Banon di Jogja, Cuma Ada Tiap 8 Tahun!"

(afn/afn)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork