Kala Sultan HB X Sentil Beratnya Target SPPG Terkait Keracunan MBG Jogja

Tim detikJogja - detikJogja
Sabtu, 18 Okt 2025 07:00 WIB
Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X di Kompleks Kepatihan, Jumat (17/10/2025). Foto: Adji G Rinepta/detikJogja
Jogja -

Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X menyentil soal beratnya target Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG). Sentilan ini terkait kasus ratusan siswa di SMA Negeri 1 Jogja atau SMA Teladan keracunan seusai menyantap menu Makan Bergizi Gratis (MBG).

Dalam kasus keracunan di SMA Teladan, SPPG Wirobrajan yang melayani MBG di sekolah itu juga melayani MBG untuk 8 sekolah lain. Total ada 3.444 siswa dari 9 sekolah itu.

"Saya kan sudah mengatakan, ya gimana, kalau mau bikin 3 ribu porsi ya tidak bisa to. Nek biasane ming (kalau biasanya cuma bikin) 50 (porsi) terus (bikin) 3 ribu, dengan dapur tradisional itu suruh masak 3 ribu itu jam piro le arep tangi (jam berapa harus bangun)," kata Sultan di Kompleks Kepatihan, Kota Jogja, Jumat (17/10/2025).

"Mestinya kalau ayam, daging sapi kalau dimasak besok ya paling lambat sore ini beli. Tapi kalau didiamkan saja dengan porsi 3 ribu, emang punya freezer, punya gudang? Ya Kalau ndak dikasihkan freezer kan ya sudah biru. Ha digoreng, hayo mambu (tidak segar lagi). Hal hal seperti itu kalau tidak dipahami mereka yang berada di dapur. Ha mbok sampai kapan pun yang keracunan masih ada," imbuhnya.

Evaluasi Menyeluruh MBG

Sultan pun menyarankan perlunya dilakukan evaluasi. Tak hanya mencari tahu penyebab keracunan di SMA Teladan, tapi juga diperlukan evaluasi menyeluruh terkait teknis pelaksanaan MBG.

Menurut Sultan, SPPG memiliki beban kalau harus menyediakan 3 ribuan porsi. Meski sudah dilakukan pengawasan hingga kewajiban memiliki sertifikat higienis, menurutnya, jika beban SPPG masih seberat ini sulit untuk memastikan bahan makanan selalu segar.

"Lho iya (perlu evaluasi), sekarang masalahnya, misal maunya itu harus diawasi, terus punya sertifikat. Tapi kalau dapurnya itu ming nganggo (cuma pakai) areng atau pakai LPG tapi (dibebani) 2 atau 3 ribu porsi ndak akan bisa. Rumah makan wae rak ono sing (saja tidak ada yang) buka nganti (sampai) 3 ribu porsi terus, ndak akan mampu," ujarnya.

Sultan menyarankan, pemasak dibagi beberapa kelompok untuk bertanggung jawab memasak sekian porsi. Artinya, satu SPPG tidak dibebani hingga 3 ribuan porsi per harinya dengan pemasak yang sedikit.

"Sekarang misalnya satu orang masak, kon (disuruh) masak 3 ribu (porsi) juga ora (tidak) mungkin. Berarti satu grup dihitung tukang masuk lima, dibantu orang berapa misalnya pembantunya tiga. Itu satu kelompok delapan orang, udah (dibebani) 50 porsi," terangnya.

"Lha nek (kalau) 3 ribu ya dibagi berapa porsi gitu aja. Itu lebih logis daripada satu unit suruh 3 ribu, tidak akan bisa. Yang 50 (porsi) aja mungkin bangunnya sudah 4.30 pagi. Ha nek 3 ribu kan malam (masaknya) suruh makan jam 10 (pagi) lha ya keracunan no," pungkas Sultan.

Diberitakan sebelumnya, 426 siswa SMA Negeri 1 Jogja atau SMA Teladan mengeluh sakit perut hingga diare setelah menyantap menu makan bergizi gratis (MBG) Rabu (15/10). Gejala keracunan itu mulai dirasakan para siswa pada Kamis (16/10) dini hari.

Kepala SMA Teladan Jogja, Ngadiya menjelaskan pihak sekolah baru mendapat laporan dari para siswanya tadi pagi. Jumlah siswa yang terdata mengalami gejala sekitar 43% dari total 972 jumlah keseluruhan siswa.

"Ada yang diare sampai dua kali, tiga kali, tapi juga ada yang hanya sakit perut saja," papar Ngadiya saat ditemui di SMA 1 Jogja, Kamis (16/10).



Simak Video "Video: Prosesi Langka Jejak Banon di Jogja, Cuma Ada Tiap 8 Tahun!"

(dil/dil)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork