Catatan WHO soal Peredaran 3 Obat Batuk Picu Kematian Anak-anak di India

Internasional

Catatan WHO soal Peredaran 3 Obat Batuk Picu Kematian Anak-anak di India

Nafilah Sri Sagita K - detikJogja
Jumat, 10 Okt 2025 11:19 WIB
Ilustrasi Apotek
Ilustrasi apotek. Foto: Shutterstock
Jogja -

Setidaknya tiga merek sirup obat batuk di India diduga memicu meninggalnya 21 anak di bawah lima tahun. Anak-anak itu meninggal akibat cemaran dietilen glikol (DEG) dalam sirup obat batuk.

Dilansir dari detikHealth, Jumat (10/10/2025), merek tiga obat batuk tersebut yakni Coldrif diproduksi oleh Sresan Pharmaceutical Manufacturer. Dua lainnya yakni Respifresh dan RELIFE.

Hasil uji laboratorium terhadap Coldrif yang keluar pada 2 Oktober mengonfirmasi keberadaan zat DEG dengan kadar hampir 500 kali lipat dari batas aman.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga telah mengidentifikasi peredaran tiga obat batuk tersebut. Hingga kini tak ditemukan catatan ekspor dari ketiga produk tersebut.

Namun, WHO tetap meminta masyarakat waspada lantaran karena kemungkinan ekspor tidak resmi masih bisa terjadi.

ADVERTISEMENT

"WHO sangat prihatin terhadap kasus ini dan menyoroti adanya celah regulasi dalam pemeriksaan diethylene glycol dan ethylene glycol untuk obat-obatan yang dijual di pasar domestik India," kata juru bicara WHO, dikutip dari Reuters.

Dalam catatan WHO, sirup Coldrif dari Sresan Pharmaceutical Manufacturer hanya dijual di pasar lokal. Dua merek lain, RELIFE (Shape Pharma) dan Respifresh (Rednex Pharmaceuticals), diketahui beredar di beberapa negara bagian India, tetapi belum ada bukti keduanya diekspor.

WHO menyatakan masih menunggu konfirmasi resmi dari pemerintah India sebelum memutuskan apakah perlu mengeluarkan peringatan global produk medis (Global Medical Products Alert) untuk sirup Coldrif.

Diketahui, ini bukan tragedi pertama yang mencoreng kredibilitas industri farmasi di India. Sejak 2022, kandungan ethylene glycol dan diethylene glycol yang mematikan telah ditemukan pada sirup batuk buatan India.

Obat batuk itu menewaskan anak-anak di Gambia, Uzbekistan, dan Kamerun. Kasus serupa juga terjadi di India pada 2019 dan menewaskan 12 anak.

Padahal, India sebagai produsen obat terbesar ketiga di dunia berdasarkan volume, setelah Amerika Serikat dan China. Industri farmasi India bernilai sekitar 50 miliar dolar AS, dengan lebih dari separuh pendapatannya berasal dari ekspor.

India juga memasok sekitar 40 persen obat generik yang digunakan di Amerika Serikat, serta lebih dari 90 persen kebutuhan obat di banyak negara Afrika.




(afn/ahr)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads