Senyum Terakhir Clara Sumarwati Pendaki Puncak Everest Pertama Indonesia

Senyum Terakhir Clara Sumarwati Pendaki Puncak Everest Pertama Indonesia

Adji G Rinepta - detikJogja
Jumat, 03 Okt 2025 13:22 WIB
Suasana pemberangkatan jenazah Clara Sumarwati dari kediamannya di Mantrijeron Kota Jogja, Jumat (3/10/2025).
Suasana pemberangkatan jenazah Clara Sumarwati dari kediamannya di Mantrijeron Kota Jogja, Jumat (3/10/2025). (Foto: Adji G Rinepta/detikJogja)
Jogja -

Clara Sumarwati, wanita Indonesia pertama yang berhasil mencapai puncak Gunung Everest meninggal dunia, Kamis (2/10) sore di kediamannya, Matrijeron, kota Jogja. Keluarga menceritakan momen terakhir sebelum Clara berpulang.

Clara dimakamkan hari ini di Tempat Permakaman Sidikan Umbulharjo Kota Jogja. Pantauan detikJogja, Jumat (3/10/2025), jenazah diberangkatkan dari rumah duka sekitar pukul 10.30 WIB. Sebelumnya lebih dulu dilaksanakan misa kematian.

Suasana misa yang diikuti keluarga dan kerabat dekat Clara ini tampak khidmat. Beberapa orang kemudian mengantarkan Clara ke pusaranya. Sedangkan sebagian lain menunggu di rumah duka. Termasuk Kakak Clara, Rita Heru Setyatini.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kepada awak media, Heru pun mengenang momen saat mendiang Clara mengembuskan napas terakhirnya sekitar pukul 16.10 WIB. Clara diketahui meninggal dunia akibat penyakit gula yang dideritanya.

"Wah ngguling-guling kayak cacing kepanasan itu, mungkin memang kalau orang sakaratul maut seperti itu ya. Begitu dikasih minyak suci, dia langsung anteng, bisa mapan, bisa selonjor sendiri," ujar Heru saat ditemui di rumah duka, Jumat (3/10/2025).

ADVERTISEMENT

Setelah itu, kata Heru, Clara sempat mengajukan beberapa permintaan. Seperti minta dilantunkan doa Novena hingga diputarkan lagu rohani favorit Clara.

"Terus bicara, tapi ndak ada suaranya, cuma gerak bibir itu, minta Rosario sama doa Novena. 16.10 itu, dia minta (diputarkan) lagu Roh Kudus Yesus itu, di HP kan ada. Terus tak setelke, langsung senyum, aku yo melu ngguyu (aku ya ikut tertawa)," ungkapnya.

Heru pun tak menyangka jika permintaan-permintaan itu adalah permintaan terakhir dari sang adik. Lantunan lagu rohani kesukaannya itu, menjadi pengantar Clara berpulang.

"Tapi kok (setelah itu) kayak nggak ada nafas, terus cari kaca (untuk mengecek nafas) loh kok nggak ada (nafasnya). Terus telepon petugas puskesmas, terus menyatakan Bu Clara sudah meninggal," kenang Heru.

Clara pun menghembuskan napas terakhir di usia 60 tahun. Namun, Heru bilang, kesedihannya tak berhenti di situ. Ada pergolakan batin yang melandanya saat petugas ambulans datang untuk menjemput Clara.

"Terus saya minta tolong Puskesmas, itu di rumah, terus ambulans datang. Tapi pesennya Mbak Clara itu ndak mau dibawa ke rumah sakit, ya saya sampaikan," ujar Heru.

"Terus disuruh bikin surat pernyataan, (yang berbunyi) keluarga tidak mau dibawa ke rumah sakit, kata 'tidak' itu, mak deg di hati. Tanda tangane, surat pernyataan lho itu, misal saudara ada nuntut saya gimana?," sambungnya.

Heru yang saat itu hanya sendiri merawat Clara, mau tidak mau menandatangani surat pernyataan itu. Namun di hatinya, tergores luka yang hingga kini masih terasa sakitnya.

"Ya saya yang tanda tangan, satu rumah cuma saya, kalau misal ke rumah sakit yang nganter juga saya," ungkap Heru.

"Nah sampai sekarang yang membekas di hati saya itu pas Mbak Clara meninggal, apakah saya salah? Terus sama orang-orang itu 'ndak (salah), itu sudah langkah terbaik'," pungkas Heru.

Diberitakan sebelumnya, kabar duka datang dari Clara Sumarwati, wanita Indonesia pertama yang berhasil mencapai puncak Gunung Everest. Clara tutup usia di kediamannya di Jogja pada usia 60 tahun.

Pantauan detikJogja di rumah duka Kampung Minggiran, Suryodiningratan, Mantrijeron, Kota Jogja, Kamis (2/10) pukul 21.00 WIB, beberapa pelayat berdatangan. Jenazah disemayamkan di rumah duka diiringi doa dari sanak saudara.

Kakak Clara, Rita Heru Setyatini, mengungkapkan Clara meninggal pukul 11.00 WIB di rumahnya. Clara diketahui mengidap penyakit gula beberapa waktu ini.

"Wafatnya jam 11 siang di rumah. Sebelumnya sudah menderita gula dan antiklimaks," ujar Rita kepada detikJogja di rumah duka, Kamis (2/10).




(aku/apl)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads