Sejarah Hari Kesaktian Pancasila dan Kaitannya dengan Peristiwa G30S/PKI

Sejarah Hari Kesaktian Pancasila dan Kaitannya dengan Peristiwa G30S/PKI

Ulvia Nur Azizah - detikJogja
Senin, 29 Sep 2025 15:27 WIB
Hari Kesaktian Pancasila 2025
Hari Kesaktian Pancasila. (Foto: Dok. Kemenbud)
Jogja -

Tanggal 1 Oktober diperingati sebagai Hari Kesaktian Pancasila. Latar belakang ditetapkannya peringatan ini berhubungan erat dengan peristiwa G30S/PKI. Bagaimanakah sejarah lengkapnya?

Peristiwa ini menjadi salah satu titik penting dalam perjalanan bangsa Indonesia mempertahankan Pancasila sebagai dasar negara. Saat itu situasi politik penuh ketegangan, muncul ancaman kudeta, dan tujuh perwira TNI AD gugur. Dari kejadian itulah lahir tekad untuk meneguhkan kembali Pancasila sebagai pedoman persatuan.

Melihat lebih dalam sejarah Hari Kesaktian Pancasila akan membawa kita memahami bagaimana ideologi negara tetap kokoh di tengah guncangan besar. Mari telusuri jejak peristiwa G30S/PKI hingga lahirnya peringatan yang kita rayakan setiap 1 Oktober.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Poin utamanya:

  • Hari Kesaktian Pancasila diperingati setiap 1 Oktober untuk mengenang peristiwa G30S/PKI dan pengorbanan para Pahlawan Revolusi.
  • Penetapan Hari Kesaktian Pancasila melalui Keppres Nomor 153 Tahun 1967 meneguhkan kembali Pancasila sebagai dasar negara.
  • Momen ini menjadi pengingat pentingnya menjaga persatuan dan melindungi bangsa dari ideologi yang bertentangan dengan Pancasila.

ADVERTISEMENT

Sejarah Hari Kesaktian Pancasila dan Kaitannya dengan G30S/PKI

Di bawah ini merupakan sejarah ditetapkannya Hari Kesaktian Pancasila yang berkaitan erat dengan peristiwa G30S/PKI, dihimpun dari artikel "G30S/PKI 1965 dan Tragedi Lubang Buaya: Sebuah Trilogi" tulisan Rohani Hj Ab Ghani dan Muhamad Saleh Tajuddin, "Peristiwa G-30-S/PKI di Balik Penetapan Hari Kesaktian Pancasila Tahun 1965" tulisan Fitri Yanti, serta laman resmi Pemkab Sukoharjo dan Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kota Jogja.

1. Pancasila sebagai Dasar dan Identitas Bangsa

Sejak awal kemerdekaan, Indonesia dibangun di atas dasar Pancasila yang mempersatukan keberagaman suku, bahasa, budaya, dan pandangan politik. Nilai-nilainya berupa Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan, dan Keadilan, telah menjadi kepribadian bangsa sejak lama.

Sejarah menunjukkan, meskipun sering mendapat ancaman dari berbagai gerakan anti-Pancasila seperti pemberontakan DI/TII, PRRI/Permesta, dan kelompok lain, bangsa Indonesia selalu mampu bertahan. Ketahanan itu paling diuji pada tahun 1965 ketika Partai Komunis Indonesia (PKI) melakukan percobaan kudeta yang dikenal dengan Gerakan 30 September atau G30S/PKI.

2. Suasana Politik Menjelang G30S/PKI

Menjelang pertengahan 1960-an, situasi politik Indonesia sangat panas. PKI berkembang pesat dan mengklaim memiliki jutaan anggota serta pengaruh yang meluas sampai ke pemerintahan daerah. Kerja sama PKI dengan Presiden Sukarno memberi ruang bagi program dan ideologinya, termasuk dalam Manipol dan konsep Nasakom.

Sementara itu, kondisi ekonomi memburuk, inflasi tinggi, dan kebutuhan hidup sulit dipenuhi rakyat. Di sisi lain, kesehatan Presiden Sukarno yang menurun membuat persaingan kekuatan politik semakin tajam, terutama antara PKI dan TNI Angkatan Darat.

Dalam situasi penuh ketegangan ini, PKI memanfaatkan kebijakan politik dalam negeri dan luar negeri. Mereka menguasai media massa, dan melatih sukarelawan dengan tujuan memperkuat basisnya.

3. Kronologi Peristiwa G30S/PKI

Malam 30 September 1965, pasukan yang menamakan diri "Gerakan 30 September" bergerak di Jakarta. Mereka menculik tujuh perwira tinggi Angkatan Darat, yaitu Letjen Ahmad Yani, Mayjen R. Soeprapto, Mayjen MT Haryono, Mayjen Siswondo Parman, Mayjen DI Pandjaitan, Brigjen Soetojo Siswomihardjo, dan Letjen AH Nasution (yang berhasil lolos tetapi putrinya Ade Irma Suryani gugur).

Para perwira ini kemudian dibawa ke Lubang Buaya, mengalami kekerasan, lalu dibunuh dan dimasukkan ke dalam sumur tua. Pada pagi 1 Oktober 1965, Letkol Untung dari Resimen Tjakrabirawa mengumumkan melalui Radio Republik Indonesia pembentukan "Dewan Revolusi Indonesia" dan pembubaran Kabinet Dwikora.

Namun pada siang hari, Mayor Jenderal Soeharto mengambil kendali, menggerakkan pasukan Kostrad, dan dalam waktu singkat menguasai kembali pusat kekuasaan serta menumpas gerakan ini. Pada 2 Oktober Jakarta relatif aman, dan dalam hari-hari berikutnya operasi meluas ke daerah untuk mengendalikan pendukung PKI.

4. Lahirnya Hari Kesaktian Pancasila

Peristiwa ini meninggalkan trauma mendalam sekaligus menjadi bukti nyata ketahanan Pancasila. Pemerintah Orde Baru kemudian melakukan penumpasan PKI dan menegaskan kembali ideologi negara.

Sebagai bentuk penghormatan kepada para perwira yang gugur dan simbol kemenangan bangsa dalam mempertahankan Pancasila, Presiden Soeharto menetapkan 1 Oktober sebagai Hari Kesaktian Pancasila melalui Keputusan Presiden Nomor 153 Tahun 1967. Sejak saat itu setiap tahun bangsa Indonesia memperingati hari ini untuk mengenang pengorbanan para Pahlawan Revolusi serta meneguhkan kembali komitmen terhadap Pancasila.

Makna Hari Kesaktian Pancasila

Peringatan setiap 1 Oktober menjadi ruang refleksi agar masyarakat tidak lupa sejarah dan tetap berpegang pada pedoman bernegara. Berikut beberapa makna penting Hari Kesaktian Pancasila bagi bangsa Indonesia.

1. Simbol Ketahanan Ideologi

Tragedi 1965 membuktikan Pancasila tetap kokoh meski ada upaya mengganti dasar negara dengan ideologi komunis. Kesaktian Pancasila menunjukkan bahwa nilai Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan, dan Keadilan yang sudah mendarah daging pada bangsa Indonesia tidak mudah digoyahkan.

2. Penghormatan kepada Pahlawan Revolusi

Hari Kesaktian Pancasila adalah bentuk penghormatan atas pengorbanan tujuh perwira tinggi TNI AD yang gugur dalam peristiwa G30S/PKI. Mereka mempertaruhkan nyawa demi menjaga kedaulatan negara dan kelangsungan Pancasila. Dengan mengingat jasa mereka, generasi penerus diingatkan bahwa kemerdekaan dan stabilitas bangsa bukan sesuatu yang datang tanpa perjuangan.

3. Pengingat Bahaya Ideologi yang Bertentangan

Momentum ini memberi pelajaran bahwa ideologi yang menentang Pancasila bisa memicu perpecahan dan ancaman bagi persatuan bangsa. Sejarah 1965 menjadi alarm agar masyarakat waspada terhadap gerakan atau pemikiran yang mencoba memecah belah dan merusak tatanan nasional.

4. Pemersatu Keberagaman

Nilai-nilai Pancasila yang inklusif dan terbuka terbukti menjaga kebhinekaan Indonesia. Dalam kondisi bangsa yang majemuk, peringatan Hari Kesaktian Pancasila meneguhkan kembali semboyan Bhinneka Tunggal Ika, bahwa perbedaan suku, agama, dan pandangan politik tetap dapat bersatu dalam satu dasar negara.

5. Pedoman Menghadapi Tantangan Zaman

Hari Kesaktian Pancasila mengajak bangsa untuk menghidupkan kembali semangat gotong royong, keadilan sosial, dan kebersamaan. Nilai-nilai itu relevan menghadapi tantangan modern seperti polarisasi politik, pengaruh asing, dan disinformasi yang bisa merusak persatuan.

Perbedaan Hari Kesaktian Pancasila dan Hari Lahir Pancasila

Bangsa Indonesia memiliki dua momen penting yang berkaitan dengan Pancasila, yaitu Hari Lahir Pancasila setiap 1 Juni dan Hari Kesaktian Pancasila setiap 1 Oktober. Keduanya sama-sama menjadi pengingat penting, namun lahir dari konteks sejarah yang berbeda.

Dilansir detikNews, Hari Lahir Pancasila berakar pada proses perumusan dasar negara dalam sidang BPUPKI. Sementara itu, Hari Kesaktian Pancasila muncul dari peristiwa kelam Gerakan 30 September 1965 (G30S/PKI).

Hari Lahir Pancasila ditetapkan berdasarkan gagasan yang disampaikan Soekarno pada sidang BPUPKI tanggal 1 Juni 1945. Pada pidato itu, Soekarno memperkenalkan konsep dasar negara yang kemudian dikenal sebagai Pancasila. Penetapannya sebagai hari libur nasional dilakukan melalui Keppres No. 24 Tahun 2016 oleh Presiden Joko Widodo agar masyarakat selalu mengingat awal lahirnya ideologi pemersatu bangsa.

Sementara itu, Hari Kesaktian Pancasila diperingati untuk mengenang gugurnya para perwira TNI AD dalam tragedi G30S/PKI dan sebagai simbol keteguhan bangsa mempertahankan Pancasila dari ancaman ideologi lain. Awalnya diperingati di lingkungan TNI Angkatan Darat melalui Kep 977/9/1966, peringatan ini kemudian diperluas ke seluruh jajaran pemerintahan dan masyarakat. Dengan demikian, 1 Juni menjadi pengingat lahirnya ideologi negara, sedangkan 1 Oktober menjadi tanda bahwa Pancasila telah teruji dan tetap menjadi dasar persatuan Indonesia.

Momen Hari Kesaktian Pancasila mengingatkan kita untuk tidak melupakan sejarah dan terus menjaga persatuan bangsa. Bagaimana menurutmu, sudahkah semangat Pancasila kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari?




(sto/ams)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads