Profil drh Yuda Heru Fibrianto, Dosen FKH UGM yang Buka Terapi Stem Cell Ilegal

Profil drh Yuda Heru Fibrianto, Dosen FKH UGM yang Buka Terapi Stem Cell Ilegal

Ulvia Nur Azizah - detikJogja
Rabu, 27 Agu 2025 15:59 WIB
BPOM RI
Ilustrasi praktik stem cell ilegal. Foto: detikhealth/Averus Al Kautsar
Jogja -

Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI baru-baru ini membongkar praktik terapi stem cell ilegal di wilayah Magelang, Jawa Tengah. Sarana yang ditindak merupakan klinik yang dijalankan oleh seorang dokter hewan, Yuda Heru Fibrianto atau YHF (56).

Dilansir detikHealth, produk yang ditemukan berupa sekretom, baik dalam kemasan tabung eppendorf 1,5 ml siap disuntik maupun botol 5 liter, yang diklaim bisa mengatasi penyakit kanker dan memperbaiki kesehatan kulit. Kepala BPOM RI, Prof. Taruna Ikrar, menyebut nilai ekonomi dari praktik ini mencapai Rp 230 miliar.

Dalam pengungkapan ini, BPOM menegaskan bahwa produk turunan sel punca atau stem cell termasuk sekretom wajib memiliki izin edar sesuai Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2023 tentang Kesehatan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Produk terapi lanjut seperti sel punca atau turunannya, termasuk sekretom, wajib memiliki izin edar. Pelanggaran ketentuan ini bisa dikenakan sanksi hukum," ujar Taruna Ikrar dalam konferensi pers di Jakarta Pusat, Rabu (27/8/2025).

PPNS BPOM telah memeriksa 12 saksi dan menemukan berbagai peralatan serta identitas pasien yang disimpan di klinik tersebut.

ADVERTISEMENT

Penasaran seperti apa profil Yuda Heru Fibrianto, detikers? Mari kita simak penjelasan lengkap yang dihimpun dari laman resmi UGM, ResearchGate, serta laporan detikNews berikut ini!

Profil Yuda Heru Fibrianto dan Kehidupan Pribadinya

drh Yuda Heru Fibriantodrh Yuda Heru Fibrianto Foto: dok. Universitas Gadjah Mada

drh Yuda Heru Fibrianto MP PhD lahir di Jogja pada 18 Februari 1969. Semasa kecil, ia dikenal sebagai anak yang penyendiri dan lebih senang menghabiskan waktu sendiri daripada bergaul ramai-ramai. Namun, sifat pendiam itu tak menghalangi rasa ingin tahunya yang besar, terutama dalam hal kesehatan hewan. Wajahnya energik mencerminkan sosok ilmuwan yang penuh semangat.

Yuda menikah dengan drg Susi Andriani dan dikaruniai tiga anak. Keluarga mereka pernah tinggal di Seoul selama 1,5 tahun saat Yuda menempuh studi doktoral, sebelum akhirnya kembali menetap di Magelang, Jawa Tengah. Kehidupan keluarga yang hangat ini selalu menjadi sumber semangat bagi Yuda dalam meniti karier akademiknya.

Di luar pekerjaan dan penelitian, Yuda dikenal sebagai sosok yang rendah hati. Meski prestasinya sudah mendunia, ia tetap menekankan nilai kerja keras dan disiplin. Pengalaman masa kecilnya sebagai anak penyendiri justru membuatnya lebih fokus dalam belajar dan menekuni bidang yang digemarinya.

Keluarga dan pendidikan menjadi pondasi kuat bagi Yuda. Ia mengaku selalu mendapat dukungan penuh dari orang tua dan keluarganya, sehingga ia bisa menekuni bidang kedokteran hewan dan bioteknologi dengan penuh dedikasi.

Riwayat Pendidikan

Pendidikan formal Yuda dimulai di SDN Bintaran I Jogja, kemudian berlanjut ke SMP PIRI 3 dan SMAN 2 Jogja. Masa sekolahnya biasa saja, namun ia sudah menunjukkan minat besar pada ilmu pengetahuan dan kesehatan hewan. Cita-citanya untuk menjadi ilmuwan tumbuh sejak SMA, dan itu menjadi motivasi utamanya menempuh pendidikan tinggi.

Setelah lulus SMA, Yuda diterima di Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada (UGM) dan menamatkan program sarjana pada 1993. Semangat belajarnya membuatnya terus melanjutkan pendidikan ke jenjang magister. Ia kemudian mengambil program Sain Veteriner di fakultas yang sama dan lulus pada 1999.

Tak puas sampai di situ, Yuda bertekad memperdalam bioteknologi di tingkat doktoral. Pada tahun 2002, ia mendapatkan beasiswa untuk menempuh studi PhD di Seoul National University (SNU), Korea Selatan, di bidang Theriogenology & Biotechnology, College of Veterinary Medicine.

Selama di Korea, Yuda dibimbing langsung oleh Profesor Hwang Woo-Suk, ahli kloning terkenal dunia. Di sana, ia mendapatkan kesempatan langka untuk belajar langsung dalam penelitian canggih, termasuk proyek kloning anjing. Pengalaman ini membentuk dasar ilmiah dan metodologi penelitian yang akan ia terapkan di kemudian hari. Pendidikan formal dan pengalaman internasional ini membuat Yuda memiliki kombinasi keahlian yang langka, yakni dokter hewan, peneliti bioteknologi, dan ilmuwan dengan pengalaman praktis di laboratorium internasional.

Perjalanan Karier di Dunia Akademik

Setelah menamatkan pendidikan doktoral, Yuda kembali ke Indonesia dan bergabung sebagai dosen di Fakultas Kedokteran Hewan UGM. Ia menekuni pengajaran dan penelitian di bidang Veterinary Anatomy and Physiology, Agricultural and Veterinary Sciences. Selain itu, Yuda juga aktif membimbing mahasiswa dan menulis publikasi ilmiah.

Di samping peran sebagai dosen, Yuda tercatat bekerja di Kyung-Sun Kang's Lab. Ia memiliki minat penelitian yang kuat di bidang embriologi, stem cell, dan teknologi reproduksi. Hasil risetnya juga menghasilkan beberapa paten internasional terkait kloning dan reproduksi hewan.

Sepanjang kariernya, Yuda dikenal disiplin dan sangat fokus pada penelitian. Ia menekankan kepada mahasiswanya tentang pentingnya belajar di laboratorium dan perpustakaan, serta meminimalkan kegiatan yang tidak produktif. Filosofi ini menjadi bagian dari cara Yuda membentuk generasi ilmuwan muda Indonesia.

Prestasinya telah diakui secara internasional. Selain publikasi di jurnal bergengsi, Yuda pernah terlibat dalam proyek penelitian kloning anjing di Korea, yang membuat namanya tercatat di jurnal Nature. Meskipun prestasi ini penting, Yuda selalu menekankan bahwa fondasi akademik dan dedikasi terhadap ilmu adalah kunci keberhasilan.

Karier Yuda di UGM juga mencakup pengembangan pembelajaran berpusat mahasiswa dan pengelolaan riset berstandar internasional. Peran ini menunjukkan komitmen Yuda untuk tidak hanya berprestasi secara pribadi, tetapi juga membangun kualitas pendidikan dan penelitian di Indonesia.

Sempat Mengidap Kanker Otak

Tidak banyak yang mengetahui, Yuda pernah menghadapi ujian berat dalam hidupnya, yaitu kanker otak. Ketika menempuh studi doktoral di Seoul, Yuda mengalami serangan penyakit yang membuatnya sempat pingsan dua kali. Tiga tumor jinak ditemukan di otaknya, yang menuntut penanganan medis serius.

Tim medis dari Seoul National University, dipimpin Profesor Ahn Cu-rie, melakukan operasi selama 13 jam untuk mengangkat tumor tersebut. Operasi ini termasuk sangat berisiko karena lokasi tumor berada di otak. Beruntung, operasi berjalan sukses, dan Yuda dapat melanjutkan penelitian meski awalnya dilarang untuk segera kembali bekerja.

Pengalaman ini justru memperkuat tekad Yuda. Ia menilai kesempatan sembuh dan bisa melanjutkan studi adalah bentuk rahmat yang memotivasi dirinya untuk bekerja lebih giat. Ia menganggap Profesor Hwang Woo-Suk, pembimbingnya di Korea, sebagai sosok ayah yang membimbing dan mendukungnya, termasuk dalam masa-masa sulit menghadapi penyakit.

Setelah sembuh, Yuda kembali menekuni penelitian dan pengajaran. Ia juga menularkan etos kerja keras dan disiplin yang ia pelajari di Korea kepada mahasiswa dan peneliti muda di Indonesia.

Demikian penjelasan lengkap mengenai profil Yuda Heru Fibrianto, dosen FKH UGM yang buka praktik stem cell ilegal. Semoga bermanfaat!




(par/dil)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads