Pada akhir bulan kedua Hijriah yaitu Safar, ada hari yang dikenal dengan nama Rabu Wekasan. Kabarnya, pada hari tersebut, ratusan ribu bala bencana diturunkan Allah SWT ke muka Bumi.
Pertama-tama, mari kita telaah dahulu apa itu Rabu Wekasan. Dirujuk dari buku Historiografi Sejarah Lokal Gresik oleh Ahmad Ali Murtadho, Rabu berasal dari kata Arab 'arba'ah' yang berarti empat (hari keempat). Sementara itu, wekasan adalah kata Jawa yang bermakna terakhir.
Dengan demikian, Rabu Wekasan adalah hari Rabu terakhir bulan Safar. Menurut keterangan dari laman NU Jawa Barat, Rabu Wekasan juga dikenal dengan istilah Rebo Kasan atau Rebo Pungkasan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lebih lanjut, dijelaskan dalam situs resmi Desa Suci, Manyar, Gresik, Jawa Timur, bahwa Rabu Wekasan adalah bentuk akulturasi kebudayaan Jawa dengan Islam. Umumnya, daerah yang terkena pengaruh akulturasi ini berada di pesisir, seperti Gresik, Tasikmalaya, dan Pasuruan. Tak heran, sejumlah tradisi pun dilaksanakan.
Memangnya, ada apa saja tradisi Rabu Wekasan? Berikut ini penjelasannya.
Tradisi-tradisi Rabu Wekasan
Berbicara tentang Rabu Wekasan tentu tak bisa lepas dari tradisi Sedekah Ketupat di daerah Jawa Barat. Dikutip dari tulisan ilmiah bertajuk 'Membangun Pendidikan Karakter Melalui Tradisi Sedekah Ketupat' oleh Muhamad Yasir dan Susilawati, ada beberapa ritual yang dilakukan dalam tradisi ini.
Pertama, pada Rabu Wekasan masyarakat setempat akan membaca Al-Quran dan berdzikir. Kegiatan ini dilakukan bersama-sama maupun sendiri-sendiri dengan tujuan mendekatkan diri kepada Sang Pencipta.
Ritual dilanjutkan dengan membuat ketupat dan menyajikannya untuk makan bersama. Kegiatan ini merupakan wujud syukur sekaligus realisasi silaturahim antarwarga. Terakhir, ada ritual minum air azimat (air doa) yang diyakini bisa menolak bala.
Tradisi berbeda dilakukan masyarakat Desa Sitanjung, Lebaksiu, Tegal, Jawa Tengah sebagaimana dilaporkan oleh Ahmad Nurozi dalam tulisan berjudul 'Rebo Wekasan dalam Ranah Sosial Keagamaan di Kabupaten Tegal Jawa Tengah'.
Di desa ini, masyarakat biasa mengunjungi petilasan Mbah Panggung di puncak Bukit Sitanjung saat Rabu Wekasan. Para peziarah memasuki kawasan petilasan dengan membawa sesaji. Setelah itu, ritual dilakukan di bawah pimpinan kuncen. Harapannya, kegiatan ini bisa mengabulkan permohonan para peziarah.
Di Jogja, ada Upacara Rebo Wekasan yang digelar di Wonokromo, Plered, Bantul, DIY. Disadur dari situs Dinas Kebudayaan DIY, tradisi ini bertujuan mengungkapkan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa serta kyai pertama Wonokromo, Faqih Usman atau Kyai Welit.
Pelaksanaan upacaranya sudah banyak berubah sejak pertama kali digelar. Namun, secara umum, seminggu sebelum Rabu Wekasan, sudah dibuka stan-stan permainan maupun pasar malam di Wonokromo. Puncak acaranya dimeriahkan dengan kirab diikuti agenda bagi-bagi gunungan.
Amalan Rabu Wekasan
Telah disinggung sekilas di atas bahwa Rabu Wekasan diyakini merupakan momen turunnya bala dari Allah SWT. Dalam syariat Islam, seperti halnya dijelaskan situs NU Jawa Timur, tidak ada hari atau bulan sial, begitu pula saat Safar atau Rabu Wekasan terkhusus.
Hal ini dipertegas oleh sabda Nabi Muhammad SAW:
لا عَدْوَى ولا طِيَرَةَ ولا هَامةَ ولا صَفَرَ وفِرَّ من المَجْذُومِ كما تَفِرُّ من الأَسَد
Artinya: "Tidak ada penyakit menular, tidak ada ramalan buruk, tidak ada kesialan karena burung hammah, tidak ada sial bulan Safar, dan larilah kamu dari penyakit kusta seperti kamu lari dari singa." (HR Bukhari)
Namun, ada ulama yang yang menganjurkan umat Islam untuk mengerjakan sholat khusus sebanyak 4 rakaat saat Rabu Wekasan. Tiap-tiap rakaat membaca surat al-Fatihah 1x, al-Kautsar 17x, al-Ikhlas 5x, al-Falaq 1x, dan an-Nas 1x. Kemudian, setelah salam, ditutup dengan doa khusus. Dengan sholat ini, diharapkan bala tidak jatuh menimpa.
Perlu detikers ketahui, tata cara sholat semacam ini tidak pernah diajarkan Nabi Muhammad SAW. Oleh karena tidak adanya dalil kuat, sholat Rabu Wekasan, jika diniati untuk Rabu Wekasan, hukumnya menjadi haram.
KH Hasyim Asy'ari pernah menerangkan sholat ini:
"Tidak boleh berfatwa, mengajak dan melakukan sholat Rebo Wekasan dan sholat hadiah yang disebutkan dalam pertanyaan, karena dua sholat tersebut tidak ada dasarnya dalam syariat. Tendensinya adalah bahwa kitab-kitab yang bisa dibuat pijakan tidak menyebutkannya, seperti kitab al-Taqrib, al-Minhaj al-Qawim, Fath al-Mu'in, al-Tahrir dan kitab atasnya seperti al-Nihayah, al-Muhadzab dan Ihya' Ulum ad-Din. Semua kitab-kitab tersebut tidak ada yang menyebutkannya. Bagi siapapun tidak boleh berdalih kebolehan melakukan kedua sholat tersebut dengan hadits shahih bahwa Nabi Bersabda, sholat adalah sebaik-baiknya tempat, perbanyaklah atau sedikitkanlah, karena sesungguhnya hadits tersebut hanya mengarah kepada sholat-sholat yang disyariatkan," (KH Hasyim Asy'ari, dikutip dari Kumpulan Hasil Bahtsul Masail PWNU Jawa Timur)
Ketentuan sama juga berlaku untuk sholat-sholat lain yang dikhususkan, seperti sholat sunnah Nisfu Syaban, sholat Raghaib, sholat Asyura, dan sholat Kafarat. Pasalnya, ada kaidah fiqih berbunyi:
"Hukum asal dalam ibadah apabila tidak dianjurkan maka tidak sah." (Tuhfah al-Habib Hasyiyah 'ala al-Iqna', Syaikh Sulaiman al-Bujairimi)
Meski begitu, ada juga ulama yang membolehkan sholat pada Rebo Wekasan (bukan sholat Rebo Wekasan). Dengan syarat, sholat tersebut diniatkan sebagai sholat mutlak. Wallahu a'lam bish-shawab.
Doa Rabu Wekasan
Dikutip dari NU Online, jika mengerjakan sholat Rabu Wekasan sendirian, doa ini dibaca setelah salam:
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ. اَللّهُمَّ يَا شَدِيدَ الْقُوى، وَيَا شَدِيدَ الْمِحَالَ، يَاعزِيزُ، يَا مَنْ ذَلَّتْ لِعِزَّتِكَ جَمِيع عَلَّقِكَ، اكْفِنِي مِنْ شَرِّ جَمِيع خَلْقِكَ، يَا مُحْسِنُ، يَا مُجملُ، يَا مُتفضِلُ، يَا مُنْعِمُ، يَا مُتَكَرِّمُ، يَا مَنْ لاَ إلهَ إِلَّا أَنْتَ، ارْحَمْنِي بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِينَ. اَللّهُمَّ بِسِرِّ الْحَسَنِ، وَأَخِيْهِ، وَجَدِّهِ، وَأَبِيهِ، وَأُمِّهِ، وَبَنِيْهِ، اِكْفِنِي شَرَّ هَذَا الْيَوْمِ، وَمَا يَنْزِلُ فِيْهِ، يَا كَافِيَ الْمُهِمَّاتِ، يَا دَافِعَ الْبَلِيَّاتِ، فَسَيَكْفِيكَهُمُ اللَّهُ وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ، وَحَسْبُنَا اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ، وَلَا حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيمِ، وَصَلَّى الله عَلى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ.
Adapun jika bersama-sama, doanya adalah:
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ. اَللّهُمَّ يَا شَدِيدَ القوى، وَيَا شَدِيْدَ الْمِحَالَ، يَا عَزِيزُ، يَا مَنْ ذَلَّتْ لِعِزَّتِكَ جَمِيعُ خَلْقِكَ، اِكْفِنَا مِنْ شَرِّ جَمِيعِ خَلْقِكَ، يَا مُحْسِنُ، يَا مُجَمِّلُ، يَا مُتَفَضِلُ، يَا مُنْعِمُ يَا مُتَكَرِّمُ، يَا مَنْ لا إِلهَ إِلَّا أَنتَ ارْحَمْنَا بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِينَ. اللهُمَّ بِسِرِّ الْحَسَنِ، وَأَخِيهِ، وَجَدِّهِ، وَأُمِّهِ، وَبَنِيْهِ، اِكْفِنَا شَرَّ هَذَا اليوم. وَمَا يَنْزِلُ فِيْهِ، يَا كَافِيَ الْمُهمَّاتِ، يَا دَافِعَ الْبَلِيَّاتِ، فَسَيَكْفِيكَهُمُ الله وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ، وَحَسْبُنَا اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ، وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلا بالله العلي العظيم، وَصَلَّى الله عَلى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ.
Sekali lagi perlu dicatat, amalan sholat Rabu Wekasan dan doanya tidaklah bersumber langsung dari Nabi Muhammad SAW.
Jadwal Rabu Wekasan 2025
Usai menyelami Rabu Wekasan, detikers mungkin bertanya-tanya, kapan Rabu terakhir Safar itu tiba? Tahun ini, berdasar Surat Keputusan Nomor 83/PB.08/A.II.01.13/13/07/2025 tentang Pengumuman Awal Bulan Shafar 1447 H Lembaga Falakiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, Safar jatuh pada Sabtu, 26 Juli.
Keterangan sama juga dituliskan pemerintah melalui Kementerian Agama dalam Kalender Hijriah Indonesia Tahun 2025. Begitu pula Muhammadiyah dengan Kalender Hijriah Global Tunggal (KHGT)-nya.
Setelah mulai pada 26 Juli, Safar 1447 H berlangsung selama 30 (pemerintah dan NU) atau 29 (Muhammadiyah) hari. Yang jelas, Rabu terakhir Safar jatuh tanggal 20 Agustus 2025, bertepatan dengan 26 Safar 1447 H. Rabu itulah yang dikenal dengan nama Rabu Wekasan.
Demikian pembahasan lengkap mengenai Rabu Wekasan, mulai dari pengertian hingga jadwalnya. Semoga bermanfaat!
(sto/apu)
Komentar Terbanyak
UGM Batalkan Sewa Gedung untuk Launching Buku Roy Suryo dkk
Ditolak UGM, Launching Buku Roy Suryo dkk Pindah ke Kafe
Judul Buku Roy Suryo dkk yang Batal Dilaunching di UC UGM: Jokowi's White Paper