Puluhan siswa dari dua sekolah di Kulon Progo tumbang diduga keracunan makanan usai menyantap makan bergizi gratis (MBG). Mereka mengeluh sakit perut, muntah hingga diare.
Peristiwa itu terjadi di SMP Muhamadiyah 2 dan SMPN 3 Wates, Bendungan, Kulon Progo, Rabu (30/7/2025). Para siswa SMP Muhammadiyah kemudian menjalani pemeriksaan medis di ruang bimbingan konseling (BK) bnersama tim Puskesmas Wates dan Dinas Kesehatan Kulon Progo pada Kamis (31/7).
"Kemarin makan MBG, yang dimakan ada ayam, tahu, sama semangka. Setelah makan belum kerasa. Kerasanya pulang sekolah, mual, sakit perut, diare, dan dirasakan sampai pagi ini," ucap salah satu siswa kelas VII, Diaz (14), saat ditemui di lokasi, Kamis (31/7).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Kulon Progo, Arif Mustofa, mengatakan ada dua sekolah yang melaporkan dugaan keracunan akibat MBG. Selain SMP Muhammadiyah 2 Wates, laporan juga diterima dari SMPN 3 Wates.
"Hari ini kita mendapat laporan bahwa ada anak-anak yang bergejala diare dan muntah. Itu di SMP N 3 Wates di Sogan. Awalnya kita dapat laporan itu jam 07.30 WIB," ujarnya saat ditemui di sela pemeriksaan siswa di SMP Muhammadiyah 2 Wates.
"Begitu datang kemudian temen-temen Puskesmas juga sudah melakukan investigasi awal ke SMP 3 Wates. Cuma karena kondisi air mati dan toilet antre karena banyak yang diare sehingga dipulangkan. Sehingga kita di SMP 3 Wates tidak terlalu dapat banyak info yang cukup," sambungnya.
Pihaknya pun telah melakukan serangkaian investigasi untuk mengungkap penyebab siswa tersebut mengalami gejala serupa. Termasuk sampel dari SPPG penyedia MBG, bekas muntahan hingga tinja diambil untuk dicek Balai Laboratorium Kesehatan dan Kalibrasi (BLLK).
Penjelasan Penydia MBG
Perwakilan SPPG Dapur Sehati Wates sebagai penyedia MBG, Riski Fadilah mengatakan pihaknya telah mengetahui adanya dugaan keracunan menu MBG yang pihaknya sediakan. Namun, penyebab pasti siswa mengeluhkan sakit usai menyantap menu MBG masih harus menunggu hasil laboratorium.
"Sementara sampai saat ini masih proses pengambilan sampel. Jadi untuk hasilnya seperti apa, kita dari mitra itu belum tahu. Terkait masalah kronologinya, kita juga belum bisa menyampaikan karena dari hasil lab-nya sendiri kita masih harus menunggu 14 hari," ucap Riski saat ditemui di SPPG Dapur Sehati Wates, jalan Jogja-Wates, wilayah Triharjo, Wates, Kulon Progo, Kamis (31/7) siang.
Riski kemudian memerinci menu MBG yang disajikan berupa olahan daging ayam dan sejumlah sayuran. Ada pula mi sebagai pendampingnya. Dia pun mengaku mengolah menu itu sesuai standar prosedur yang berlaku.
"Mengenai SOP kita tetap menjalankan itu, karena dapur SPPG Wates ini salah satu dapur yang menjadi atensi karena di pinggir jalan, dekat bandara, jadi untuk terkait SOP kita tekankan kepada semua karyawan itu tidak toleransi terkait APD, terkait jam loading bahan baku, terkait masalah kelayakan dari bahan baku itu juga, terkait dengan manajemen waktu pengolahan, persiapan, itu semua dilaksanakan dengan baik," ucapnya.
Dia lalu memerinci operasional pengolahan MBG di SPPGnya. Pihaknya total menyuplai 2.700 porsi MBG di sekolah-sekolah di Kapanewon Wates mulai TK hingga SMA.
"Semua yang dilakukan sama SDM dimonitor oleh PIC. Jadi setiap tim pengolahan, tim persiapan itu ada satu tim PIC, untuk monitoring kinerja anggotanya. Jadi semua terawasi dengan baik sesuai SOP yang ditentukan, termasuk memakai APD penutup rambut, kaos tangan, sama sandal lantai," ujar Riski.
Riski mengatakan pascakejadian ini SPPG Dapur Sehati Wates masih beroperasi seperti biasa. Distribusi menu MBG ke sejumlah sekolah di wilayah Kapanewon Wates juga tetap berjalan normal.
"Tetap distribusi, berjalan seperti biasa dengan pendampingan dan pengawasan dari Bhabinkamtibmas," ujarnya.
(ams/ams)
Komentar Terbanyak
Kebijakan Blokir Rekening Nganggur Ramai Dikritik, Begini Penjelasan PPATK
Kasus Kematian Diplomat Kemlu, Keluarga Yakin Korban Tak Bunuh Diri
Reunian Jokowi di Fakultas Kehutanan UGM demi Meredam Isu Ijazah Palsu