Curhat Warga Lempuyangan Terpaksa Angkat Kaki Usai SP3 KAI

Curhat Warga Lempuyangan Terpaksa Angkat Kaki Usai SP3 KAI

Adji G Rinepta - detikJogja
Senin, 23 Jun 2025 16:06 WIB
Agung, salah satu warga Lempuyanga yang menyetujui penawaran KAI saat ditemui di kediamannya, Senin (23/6/2025).
Agung, salah satu warga di Lempuyangan yang menyetujui penawaran KAI saat ditemui di tempat tinggalnya, Senin (23/6/2025). Foto: Adji G Rinepta/detikJogja
Jogja -

Mayoritas warga terdampak penataan Stasiun Lempuyangan di Tegal Lempuyangan, Bausasran, Kemantren Danurejan, Kota Jogja, akhirnya setuju untuk mengosongkan bangunan dan menerima besaran kompensasi dari PT KAI. Begini curhatan sejumlah warga.

Diketahui, 13 warga dari total 14 warga yang menempati rumah dinas KAI di Tegal Lempuyangan sudah setuju untuk pindah. Delapan warga sudah menyatakan setuju pada 16 Juni, sedangkan sisanya menyusul setelahnya.

Salah satu warga yang setuju untuk pindah, Ami mengaku tak punya pilihan selain menyetujui penawaran KAI soal kompensasi. Alih-alih melanjutkan penolakan, Ami memilih menerima dan memikirkan langkah selanjutnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Banget (merasa rugi), tapi ya mau nggak mau, kayak dipaksa, kalau kamu nggak mau tetep mau diusir dan malah ndak dapet apa-apa. Kan ancamannya seperti itu, tak kasih SP3 kalau tetap nggak mau keluar tetep dieksekusi," jelasnya saat ditemui di tempat tinggalnya, Senin (23/6/2025).

Ami, yang sudah memiliki usaha rental motor, mengaku saat ini tengah mencari rumah kontrakan di dekat Stasiun Lempuyangan untuk meneruskan usahanya itu usai pergi dari Tegal Lempuyangan.

ADVERTISEMENT

"Rumah saya di Berbah (Sleman), tapi usaha saya kan rentalan, kalau dari Berbah kan agak kejauhan, jadi saya (memutuskan) ngontrak di dekat sini untuk naruh motor," ungkapnya.

"Cuma 15 (unit motor), rental tetep jalan, kan saya online juga, ada langganan juga. Minta diantar ke hotel, (Stasiun) Tugu, terminal, tergantung permintaan mau dianter ke mana," imbuh Ami.

Warga lainnya, Agung juga mengaku menyetujui penawaran PT KAI meski besaran kompensasi ia rasa sangat sedikit. Pasalnya, KAI menghitung kompensasi per bangunan, bukan per kepala keluarga (KK) yang tinggal di rumah itu.

"Satu rumah kan nggak dipakai sendiri to, ada 3 KK, ada yang 5 KK. Otomatis kan juga meminta haknya. Kalau saya ada 5 KK, ibu saya, terus saya, terus adik saya 3," ujarnya saya ditemui di tempat tinggalnya, hari ini.

"Ya jauh (besaran kompensasi masih kurang), kalau saya dapetnya sekitar Rp 85 juta lah, itu di luar bebungah. (Menerima karena) Takut kalau nanti (menolak dan ditertibkan) malah nggak dapet apa-apa," sambung Agung.

Agung pun berencana mencari rumah kontrakan sesuai dengan besaran kompensasi yang ia dapat. Ia juga mengaku belum mendapat rumah kontrakan karena menunggu kompensasi disalurkan.

"Termin 1 kan katanya mau diberikan 1 minggu dari tanda tangan kemarin tanggal 19 (Juni). Kalau termin 1 keluar itu buat bekal pindahan sama nyari kontrakan lah," ujar Agung.

"Kalau saya nyari (kontrakan) yang agak miring lah (harganya), paling di pinggir Kota Jogja, Sleman atau Bantul. Disesuaikan dengan kompensasi. Setelah kontrakan dapet kan kita baru ngangkut sama pembongkaran," lanjutnya.

Agung mengaku saat ini mengandalkan jasa parkir di rumahnya sebagai mata pencahariannya. Ia kini tengah memutar otak untuk mencari sumber pendapatan setelah pindah nanti.

"Ya paling usaha, tapi lihat di lingkungan tempat tinggal yang baru, di sana cocok usaha apa, buka warung kelontong atau apa," pungkasnya.




(apl/rih)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads