Pemilik peternakan babi di Plumutan, Nindarto (52), mengeluhkan aksi warga yang melakukan demonstrasi hingga memblokade rumahnya sejak Selasa (15/4). Dia membuka peluang untuk mengambil langkah hukum terkait aksi warga tersebut.
Nindarto mengatakan, usai melakukan demonstrasi di rumahnya pada Selasa (15/4), warga melakukan blokade di sore harinya. Akibat blokade itu, dia mengaku tak bisa ke mana-mana. Keluarganya juga merasa ketakutan.
"Warga memblokade semua pintu masuk rumah saya dengan kayu-kayu besar dan sampah-sampah, sampai kami sekeluarga tidak bisa kemana-mana dan ketakutan sampai sekarang," katanya saat dihubungi wartawan, Jumat (18/4/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dengan blokade akses ke rumah, Nindarto mengaku keluarganya merasa sangat dirugikan. Di mana istrinya tidak bisa berjualan, anak-anaknya tidak berani sekolah, dan keluarga besar tidak berani menjenguk.
"Dan sampai hari ini, rumah kami masih diblokade dan lebih diperkuat. Bahkan dijaga tiap malam oleh warga, seakan-akan kami adalah teroris," ujarnya.
Atas hal itu, dia membuka peluang untuk menempuh jalur hukum. Meski begitu Nindarto juga membuka pintu mediasi dengan warga RT 5 Plumutan.
"Bahkan kalau perlu sampai ke jalur hukum. Untuk langkah yang kami tempuh ini dengan kerendahan hati saya mohon maaf, semata-mata kami lakukan hanya untuk mempertahankan satu-satunya usaha kami dan menjaga harkat diri keluarga kami yang telah diinjak-injak," ucapnya.
"Kami memberikan kesempatan sampai tiga hari ke depan atau hari Minggu (20/4/2025) untuk membersihkan sampah-sampah dan blokade. Karena pada prinsipnya jalan itu adalah jalan rukunan (umum) dan keluarga kami juga telah mengizinkan tanah untuk dipakai sebagai jalan kampung," ujarnya.
Sebut Sudah Ada Niat Kosongkan Peternakan
Dia juga bercerita bahwa sebenarnya bulan Maret lalu sudah ada surat dari Bupati Bantul melalui Satpol PP Bantul terkait pengosongan babi di peternakan. Nindarto mengaku tengah melaksanakannya, namun hari Selasa malah warga melakukan aksi di rumahnya.
"Sesuai surat dari Bupati lewat Satpol PP kami akan kosongkan tapi secara bertahap. Nah, saat ini kami tinggal memiliki tujuh ekor babi yang harusnya bisa dijual hari Selasa tapi pembelinya takut karena ada aksi warga itu," ucapnya.
"Jadi gimana ya, kami sudah ada niatan mengosongkan tapi akses ke rumah malah diblokade. Kalau seperti itu terus gimana mau mengosongkan, apalagi menggosokkan babi itu harus dijual, atau siapa yang mau beli babi kami monggo yang penting bisa kosong," lanjut Nindarto.
Nindarto juga menegaskan, bahwa pengosongan peternakannya bukan karena takut dengan aksi dari warga. Namun, semua itu karena adanya surat dari Bupati terkait solusi untuk menangani polemik tersebut.
"Pengosongan itu bukan karena ada demo, itu karena sudah koordinasi dengan Panewu dan Satpol PP karena mereka meminta mengurangi populasi. Jadi dinolkan itu sambil mencari solusi agar tidak menimbulkan bau, karena yang dipermasalahkan warga selama ini adalah bau," katanya.
Diberitakan sebelumnya, puluhan warga mendatangi peternakan babi di Plumutan, Mulyodadi, Bambanglipuro, Bantul karena terdampak bau yang timbul dari peternakan tersebut, Selasa (15/4). Dukuh Plumutan menyebut jika Pemkab tidak bisa menyelesaikan bakal mengadukannya ke Pemda Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Koordinator aksi, Sigit Afrianto mengatakan warga Plumutan sama sekali tidak bermaksud menzalimi pemilik peternakan babi. Dia bilang warga hanya menuntut hak agar lingkungan tempat tinggal mereka bersih dan terbebas dari bau yang tidak sedap.
"Bahkan warga itu selama ini masih berlaku santun kepada pemilik peternakan babi, tidak pernah kita sampai melakukan aksi anarkis terhadap keluarganya. Anaknya pun kita terima dengan baik," kata Sigit saat orasi di peternakan babi tersebut, Selasa (15/4).
(afn/dil)
Komentar Terbanyak
Kebijakan Blokir Rekening Nganggur Ramai Dikritik, Begini Penjelasan PPATK
Kasus Kematian Diplomat Kemlu, Keluarga Yakin Korban Tak Bunuh Diri
Reunian Jokowi di Fakultas Kehutanan UGM demi Meredam Isu Ijazah Palsu