Sebagai salah satu bulan yang dinanti-nantikan oleh kaum muslim, awal berlangsungnya Ramadhan ditentukan dengan penghitungan metode tertentu. Hal inilah yang mungkin membuat tidak sedikit orang bertanya-tanya mengenai cara menentukan datangnya bulan Ramadhan, sehingga berikut akan dirangkum penjelasannya.
Ramadhan adalah bulan ke-9 dalam kalender Hijriah atau Islam yang di dalamnya akan diisi dengan ibadah puasa bagi sebagian besar umat Islam. Kemudian di dalam buku 'Fikih Puasa' oleh Ali Mustafa Siregar, bahwa bulan Ramadhan adalah bulan yang paling mulia dibandingkan dengan bulan-bulan lainnya.
Ini dikarenakan menurut ajaran Islam, bulan Ramadhan menjadi waktu yang penuh dengan berkah. Salah satunya karena adanya perintah untuk mengerjakan berbagai amalan bagi umat Islam. Amalan-amalan tersebut nantinya diharapkan dapat memperoleh ganjaran dari-Nya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Maka tak heran, awal bulan Ramadhan menjadi waktu yang dinanti-nantikan oleh sebagian besar kaum muslim. Lantas, bagaimana cara menentukan awal bulan Ramadhan yang digunakan sebagai acuan bagi kaum muslim untuk memulai waktu puasa? Simak ulasannya berikut ini.
Apa Itu Hilal Ramadhan?
Sebelum mengetahui sejumlah cara yang biasanya digunakan untuk menentukan awal bulan Ramadhan, terlebih dahulu mari mengenal tentang hilal. Seperti yang diketahui, istilah hilal sering kali dikaitkan dengan penetapan awal bulan Ramadhan. Sebenarnya, tidak hanya digunakan untuk penetapan awal bulan Ramadhan saja, tetapi juga Syawal dan Dzulhijjah.
Diungkap dalam buku 'Pengantar Ilmu Falak Dalam Teori Praktek Panduan Lengkap Hisab Arah Kiblat, Hisab Waktu Solat, Hisab Awal Bulan Qomariyah Dan Hisab Gerhana' karya Hj Vivit Fitriyanti, SHI, MSI, bahwa mengetahui awal bulan Qamariah menjadi sesuatu hal yang begitu penting di dalam Islam. Terutama saat menentukan tanggal 1 Ramadhan, 1 Syawal, dan 1 Dzulhijjah.
Bahkan terkait dengan hilal awal Ramadhan dan awal Syawal telah disampaikan di dalam sebuah riwayat hadits. Sebagaimana diriwayatkan bahwa:
ΩΩ ΩΨ§Ω : ΩΨ§Ω Ψ±Ψ³ΩΩ Ψ§ΩΩΩ Ψ΅ΩΩ Ψ§ΩΩΩ ΨΉΩΩΩ Ω Ψ³ΩΩ : Ψ΅ΩΩ ΩΨ§ ΩΨ±Ψ€ΩΨͺΩ ΩΨ£ΩΨ·Ψ±ΩΨ§ ΩΨ±Ψ€ΩΨͺΩ ΩΨ₯Ω ΨΊΨ¨Ω ΨΉΩΩΩΩ ΩΨ£ΩΩ ΩΩΨ§ ΨΉΨ―Ψ© Ψ΄ΨΉΨ¨Ψ§Ω Ψ«ΩΨ§Ψ«ΩΩ
(Ψ±ΩΨ§Ω Ω Ψ³ΩΩ )
Artinya: "Dari Abu Hurairah r.a. berkata, Rasulullah SAW bersabda, 'Berpuasalah kamu semua karena terlihat hilal (Ramadhan) dan berbukalah kamu semua karena terlihat hilal (Syawal). Bila hilal tertutup atasmu maka sempurnakanlah bilangan bulan Syaban tiga puluh'," (HR. Muslim).
Lebih lanjut dijelaskan bahwa hilal berasal dari bahasa Arab yang memiliki makna sangat. Biasanya dalam menentukan hilal Ramadhan, ada istilah rukyat yang membersamainya. Apabila kedua kata tersebut digabung, maka istilah rukyat al-hilal memiliki makna sebagai pengamatan dengan mata kepala terhadap penampakan bulan sabit sesaat setelah matahari terbenam. Situasi tersebut terjadi di hari terjadinya ijtimak atau konjungsi.
Sementara itu, Riza Afrian Mustaqim dalam bukunya 'Hisab dan Rukyat' memberikan informasi bahwa hilal juga sering kali dikenal sebagai fase bulan pertama. Istilah hilal merujuk pada sebuah fenomena yang begitu penting sebagai acuan untuk menetapkan awal bulan Qamariah.
Dengan demikian, ada atau tidaknya hilal dapat menjadi pedoman agar bisa menentukan sudah masuk atau belum suatu bulan Qamariah itu sendiri. Tidak hanya dapat dilihat dari aspek Islami, hilal juga bisa dijelaskan dalam ilmu astronomi.
Melalui ilmu astronomi, hilal juga disebut sebagai crescent atau bagian dari fase-fase bulan. Hilal juga dikenal dengan istilah new moon yang berarti bagian dari konstruksi semu bulan di antara fase-fase yang dialami bulan. Tepatnya selama mengelilingi bumi dan di waktu yang sama, bumi juga berotasi sekaligus berevolusi terhadap matahari.
3 Cara Menentukan Datangnya Bulan Ramadhan
Setidaknya ada 3 cara yang biasanya dilakukan oleh pihak yang berkepentingan untuk mengetahui datangnya bulan Ramadhan. Dihimpun dari buku 'Panduan Muslim Sehari-hari' karya DR KH M Hamdan Rasyid MA dan Saiful Hadi El-Sutha, 'Puasa Bukan Hanya Saat Ramadhan' oleh Ahmad Sarwat Lc, MA, 'Ringkasan Fikih Sunnah Sayyid Sabiq' yang ditulis oleh Syaikh Sulaiman Ahmad Yahya Al-Faifi, hingga laman resmi Mahkamah RI Pengadilan Agama Tangerang, berikut rangkuman metode penetapan awal bulan Ramadhan yang biasanya digunakan oleh umat Islam.
1. Rukyatul Hilal
Salah satu cara menentukan datangnya bulan Ramadhan yang banyak digunakan adalah rukyatul hilal. Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya, rukyatul hilal atau juga dikenal sebagai rukyatul al-hilal adalah pengamatan dengan mata kepala terhadap penampakan bulan sabit sesaat setelah matahari terbenam.
Kemudian dijabarkan kata rukyat memiliki arti melihat dengan mata, sedangkan hilal disebut sebagai bulan sabit atau bulan di awal yang bentuknya masih sabit. Melalui rukyatul hilal ditandai dengan kemunculan atau visibilitas bulan sabit pertama kali atau hilal setelah bulan baru atau konjungsi yang dikenal juga dengan ijtimak.
Fase tersebut juga ditandai dengan bulan yang terbenam sesaat setelah matahari terbenam. Inilah yang membuat posisi hilal berada di ufuk barat. Sementara itu, saat hilal tidak tampak di hari ke-29, maka jumlah harinya akan dibulatkan menjadi 30 hari.
Sebaliknya, saat malam atau waktu petang di tanggal 29 Syaban hilal telah dilihat, maka artinya bulan Ramadhan telah tiba. Oleh karenanya, kaum muslim dapat menunaikan ibadah puasa di hari sesudahnya atau keesokan harinya.
2. Hisab Wujudul Hilal
Selain rukyatul hilal, terdapat metode penghitungan awal Ramadhan dengan menggunakan hisab wujudul hilal atau dikenal juga sebagai hisab. Melalui cara ini, biasanya melibatkan cara hitung dilihat dari aspek ilmu astronomi. Bahkan prosesnya melibatkan ahli ilmu falak atau pengetahuan seputar benda-benda yang ada di luar angkasa.
Umumnya, metode hisab dilakukan untuk menentukan awal atau akhir di bulan Ramadhan. Melalui hisab wujudul hilal, biasanya awal bulan Qamariah dapat dimulai saat hari ke-29 bulan berjalan saat matahari terbenam dan telah memenuhi tiga syarat secara keseluruhan.
Adapun tiga syarat yang dimaksud adalah telah terjadinya ijtimak, lalu ijtimak terjadi sebelum matahari terbenam, hingga pada saat matahari terbenam posisi bulan berada di atas ufuk. Oleh karena itu, saat matahari terbenam dan bulan berada di atas ufuk, maka dapat dipastikan esok hari merupakan hari pertama bulan baru.
3. Ijtimak
Cara menentukan bulan Ramadhan selanjutnya yang cukup sederhana untuk dilakukan adalah ijtimak. KBBI mendefinisikan ijtimak sebagai saat berakhirnya bulan lalu dan munculnya bulan baru dalam penanggalan Hijriah. Istilah ini juga merujuk pada perihal bertemunya posisi bulan dan matahari dalam satu garis edar.
Namun demikian, terkait dengan penetapan awal Ramadhan, ijtimak dilakukan dengan menggenapkan bilangan hari di bulan Syaban, yaitu menjadi 30 hari. Hal ini dikarenakan saat bulan Syaban telah sempurna 30 hari, maka di hari ke-31 hilal sudah terlihat yang menandakan hari pertama bulan Ramadhan akan berlangsung.
Demikian tadi rangkuman penjelasan mengenai sejumlah cara menentukan datangnya bulan Ramadhan di Indonesia.
(par/rih)
Komentar Terbanyak
Kebijakan Blokir Rekening Nganggur Ramai Dikritik, Begini Penjelasan PPATK
Kasus Kematian Diplomat Kemlu, Keluarga Yakin Korban Tak Bunuh Diri
Reunian Jokowi di Fakultas Kehutanan UGM demi Meredam Isu Ijazah Palsu