Menteri Wihaji soal Fenomena Childfree: Kultur Indonesia Beda

Menteri Wihaji soal Fenomena Childfree: Kultur Indonesia Beda

Pradito Rida Pertana - detikJogja
Kamis, 02 Jan 2025 16:33 WIB
Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga/Kepala BKKBN, Wihaji, di Kapanewon Dlingo, Kabupaten Bantul, Kamis (2/1/2025).
Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga/Kepala BKKBN, Wihaji, di Kapanewon Dlingo, Kabupaten Bantul, Kamis (2/1/2025). Foto: Pradito Rida Pertana/detikJogja
Bantul -

Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia merilis laporan periode 2023 terkait kasus childfree atau tidak ingin memiliki anak. Begini respons Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Mendukbangga), Wihaji mengenai fenomena tersebut.

"71 ribu perempuan ingin childfree, ingin ya. Artinya ingin menikah tapi tidak punya anak," kata Wihaji kepada wartawan di Dlingo, Bantul, Kamis (2/1/2025).

Wihaji mengatakan, hal itu baru sebatas keinginan saja. Wihaji menyebut mereka yang berkeinginan childfree belum tahu nikmatnya memiliki keturunan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Itu baru keinginan dan saya yakin kultur Indonesia beda, masyarakat Indonesia beda, itu baru keinginan," ucapnya.

"Dan keinginan itu belum tentu dikerjakan. Karena mungkin kalau sudah mengetahui nikmatnya menikah dan nikmatnya punya anak mungkin beda," lanjut Wihaji.

ADVERTISEMENT

Di sisi lain, Wihaji menjelaskan ada beberapa faktor penyebab childfree. Salah satunya adalah faktor ekonomi.

"Tetapi memang ada sebab, pertama ketakutan ekonomi, kedua budaya, dan ketiga berkarier," ujarnya.

Wihaji menambahkan, pihaknya tengah melakukan edukasi terhadap perempuan yang berkeinginan childfree.

"Untuk itu kita perlu edukasi, saya menghormati hak itu, ada yang pilihannya 'pak saya mau menikah tapi saya tidak mau punya anak', saya hormati," kata dia.

"Tapi saya selaku Menteri kependudukan dan Keluarga Berencana memastikan bahwa, ayo ini lho negara kita, dan ini keluarga berencana kita, harus direncanakan, insyaallah akan indah pada waktunya," imbuh Wihaji.

Dilansir detikFinance, Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia merilis laporan periode 2023 terkait kasus childfree. BPS melakukan survei kepada kelompok perempuan dan ditemukan 71 ribu perempuan berusia 15 hingga 49 tahun yang tidak ingin memiliki anak.

"Perempuan yang menjalani hidup secara childfree terindikasi memiliki pendidikan tinggi atau mengalami kesulitan ekonomi. Akan tetapi gaya hidup homoseksual kemungkinan juga menjadi alasan tersembunyi," demikian laporan BPS, dikutip detikcom, Selasa (12/11/2024).

Angka childfree pada perempuan di Indonesia terpantau meningkat dalam empat tahun terakhir. Meski prevalensinya sempat menurun di awal pandemi COVID-19 yakni pada angka 6,3 hingga 6,5, tren kembali menanjak di tahun-tahun pasca pandemi. BPS menilai, kebijakan work from home tampaknya bersinggungan dengan keputusan perempuan memilih childfree.

Angka ini diprediksi akan berpengaruh pada total fertility rate (TFR) atau angka kelahiran. Tren TFR belakangan dilaporkan secara global dan jumlah penyusutan terbanyak terjadi di Jepang hingga Korea Selatan. Artinya, seiring bertambahnya waktu, semakin sedikit anak yang lahir.

Saat ini, satu dari 1.000 perempuan di Indonesia diketahui memilih hidup childfree.




(dil/ahr)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads