Apa Penyebab Turunnya Salju di Arab? Ini Penjelasannya

Apa Penyebab Turunnya Salju di Arab? Ini Penjelasannya

Nur Umar Akashi - detikJogja
Rabu, 13 Nov 2024 16:36 WIB
Media sosial diramaikan dengan foto dan video gurun pasir Al-Jawf di Arab Saudi tertutup salju. Ini adalah fenomena cuaca langka.
Fenomena turunnya salju di Arab. (Foto: Screenshot X @weathermonitors)
Jogja -

Selama ini, stigma yang selalu dikaitkan dengan Arab adalah panas, gersang, dan gerah. Menariknya, belakangan ini, fenomena turunnya salju justru terjadi di Negara Minyak tersebut. Pertanyaannya, apa penyebab turunnya salju itu?

Dilansir The Economic Times (5/11/2024), kejadian fenomenal ini terjadi di wilayah Al-Jawf. Akibatnya, lanskap gurun yang tampak gersang berubah seketika menjadi pemandangan musim dingin. Sebelum salju turun, hujan lebat dan hujan es telah turun mendahului.

Kendati tampak indah, turunnya salju di wilayah Al-Jawf adalah bagian dari pola cuaca besar yang meliputi hujan lebat hingga hujan es. Untuk mengantisipasinya, Departemen Cuaca Saudi telah mengeluarkan peringatan mengenai keberlangsungan cuaca buruk selama beberapa saat mendatang.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bagi detikers yang penasaran dan ingin tahu lebih dalam mengenai penyebab hujan salju di Arab Saudi, dapat mencari penjelasannya via uraian berikut ini. Pastikan untuk membaca pembahasannya sampai tuntas, ya, Dab!

Penyebab Turun Salju di Arab Saudi

Dirujuk dari Saudi Times, menurut Pusat Meteorologi Nasional Arab Saudi, hujan salju ini diperkirakan dipicu sistem tekanan rendah yang berada di atas Laut Arab. Ketika udara dengan kandungan uap air itu naik ke utara, ia bertabrakan dengan sisa panas guru.

ADVERTISEMENT

Akibatnya, berbagai hal bisa tercipta. Mulai dari badai petir, hujan lebat, dan salju. Sejatinya, hujan salju bukanlah hal yang baru di Arab Saudi, khususnya wilayah utara. Namun, luas dan waktunya yang berbeda menimbulkan pertanyaan di kalangan ahli meteorologi dan ilmuwan iklim.

Misalnya saja, sebagaimana informasi dari The Watchers, pada November 2016 silam, Arab Saudi kedapatan hujan salju. Hujan salju tersebut terjadi di bagian tengah dan barat laut negara satu ini, yang umumnya, punya suhu harian kira-kira 20 derajat celsius.

Tentunya, saat hujan salju turun, suhu turun hingga 0 derajat celsius. Bahkan, beberapa kota tercatat turun suhunya hingga minus. Di Tabarjal, suhu mencapai -3 Β°C, sedangkan di Al-Quryat mencapai -1 Β°C.

Tindakan Arab Saudi dan UEA

Dirangkum dari The Emirates Times, tahun ini, intensitas cuaca yang lebih dingin dibandingkan biasanya memicu turunnya salju. Para penduduk Arab Saudi, khususnya Al-Jawf menikmati pemandangan tersebut dengan gembira.

Terlepas dari kegembiraan tersebut, hujan salju di Arab Saudi mendapat perhatian khusus dari tetangga-tetangganya. Sebagai contoh, UEA (Uni Emirat Arab) telah memperingatkan rakyatnya akan kemungkinan cuaca ekstrem jelang musim dingin.

National Center of Meteorology (NCM) UEA meminta masyarakat untuk waspada terhadap berbagai hal, seperti angin kencang dan hujan. Penduduk juga diimbau untuk mempersiapkan diri. Tak hanya peringatan, pihak berwenang juga tengah memastikan bahwasanya infrastruktur dan layanan darurat tersedia kapan saja.

Pihak UEA dan Arab Saudi sama-sama menempuh langkah dengan fokus ketahanan iklim. Termasuk di antaranya kampanye kesadaran publik tentang cuaca. Peningkatan infrastruktur, dan peningkatan teknologi perkiraan cuaca.

Sejenak Mengenal Salju

Berdasar penjelasan dari laman Met Office, salju adalah presipitasi padat yang terbentuk dalam berbagai kristal es kecil pada suhu jauh di bawah 0 derajat celsius, tetapi berubah menjadi kepingan salju yang lebih besar pada suhu mendekati 0 derajat celsius.

Lantas, bagaimana cara salju terbentuk? Ketika kristal-kristal es saling menempel, akan terbentuklah kepingan salju. Apabila jumlah kristal es yang menempel cukup banyak, salju akan punya berat cukup untuk jatuh.

Saat turun melalui udara lembap yang sedikit lebih hangat dari 0 derajat celsius, salju akan mencair di bagian pinggirnya dan saling menempel sehingga terbentuklah kepingan besar. Di lain sisi, bila udara yang dilaluinya saat turun dingin dan kering, akan terbentuk salju 'bubuk' yang tidak saling menempel.

Biarpun di Indonesia hujan salju belum pernah turun, tidak ada salahnya bagi detikers untuk menelaah fenomena ini secara lebih mendalam. Karena kemiripan bentuknya, salju alias snow terkadang dianggap sebagai batu es (hailstone) begitupun sebaliknya.

Padahal, dari namanya saja, kita sudah tahu bahwasanya dua benda ini adalah hal berbeda. Diambil dari The Mountains Magazine Lebanon, perbedaan keduanya tampak dalam poin-poin berikut ini:

  1. Salju terbentuk ketika uap air mengkristal, sedangkan batu es muncul saat tetesan air ditekan dan didinginkan satu sama lain akibat angin kencang.
  2. Biasanya, kepingan salju terbentuk di awan nimbostratus, sedangkan batu es di awan kumulonimbus.
  3. Salju punya berbagai jenis bentuk, tetapi akan selalu punya enam sudut. Sementara itu, batu es punya semacam 'cincin' di bagian dalamnya.
  4. Hujan salju terjadi saat suhu turun, sedangkan hujan batu es terjadi bersamaan dengan badai petir atau tornado.

Demikian penjelasan seputar penyebab turunnya salju di Arab Saudi. Semoga informasinya bermanfaat, ya, detikers!




(sto/ams)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads