1 Santri Korban Penganiayaan di Prawirotaman Ternyata Kader Banser Pati

1 Santri Korban Penganiayaan di Prawirotaman Ternyata Kader Banser Pati

Pradito Rida Pertana - detikJogja
Sabtu, 02 Nov 2024 09:46 WIB
Para santri menggelar istigasah di Markas Kepolisian Daerah (Mapolda) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Selasa (29/10/2024).
Para santri menggelar istigasah di Markas Kepolisian Daerah (Mapolda) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Selasa (29/10/2024). Foto: Jauh Hari Wawan/detikJogja.
Bantul -

Gerakan Pemuda (GP) Ansor Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) mengungkap satu dari dua korban penganiayaan-penusukan di Prawirotaman, Kota Jogja adalah kader Banser dari Pati. Rencananya, Banser dari Pati bakal hadir saat acara apel di Minggir, Sleman, Minggu (3/11/2024).

Ketua GP Ansor DIY, Abdul Muiz, mengatakan salah satu korban tersebut bernama Aufal Marom (23). Aufal mengalami luka pada tangan kanan khususnya patah tulang pada bagian jempol.

"Salah satu korban penganiayaan merupakan kader Banser dari Pati," katanya kepada detikJogja, Jumat (1/11/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Oleh sebab itu, Abdul menyebut jika Banser dari Pati akan ikut berkumpul di Minggir, Sleman akhir pekan ini. Mengingat pada hari Minggu (3/11) GP Ansor DIY menggelar apel akbar 10 ribu Banser satu komando jaga keistimewaan dari miras dan kriminalitas.

"Karena itu nanti ada dari banyak anggota kita dari luar DIY, salah satunya Pati, Jawa Tengah," ujarnya.

ADVERTISEMENT

Terkait rincian kegiatan apel tersebut, Abdul enggan mengungkapkannya secara gamblang.

"Ya besok kita lihat," katanya.

Diberitakan sebelumnya, Aufal Marom (23), menceritakan awal mula kejadian nahas itu saat jalan-jalan bersama rekannya yakni Shafiq (20) dan menyantap sate ayam di utara Pasar Prawirotaman, Rabu (23/10) sekitar pukul 21.00 WIB. Selesai menyantap sate tersebut keduanya didatangi gerombolan orang.

"Setelah makan tidak langsung pulang, santai-santai dululah dan tiba-tiba ada segerombolan orang menyerang," katanya kepada wartawan, Kamis (24/10) petang.

Merasa tidak bersalah, santri di salah satu pondok pesantren (Ponpes) Krapyak tetap di tempat bersama rekannya. Selain itu, keduanya mengaku tidak tahu apa-apa kepada gerombolan tersebut.

"Karena tidak tahu apa-apa, kita tidak langsung lari dan kita cuma bisa bilang 'Saya tidak tahu apa-apa', 'Saya tidak tahu apa-apa' tapi tetap saja diserang," ujarnya.




(apl/apl)

Hide Ads