7 Fakta Garangan Jawa, Musuh Ular Kobra yang Kebal terhadap Bisa

7 Fakta Garangan Jawa, Musuh Ular Kobra yang Kebal terhadap Bisa

Nur Umar Akashi - detikJogja
Selasa, 29 Okt 2024 14:18 WIB
Garangan jawa
Garangan jawa. (Foto: Dok. Laman iNaturalist)
Jogja -

Ular kobra begitu ditakuti manusia karena bisa atau racunnya yang mematikan. Namun, di tengah rasa takut akibat racun si kobra, ada hewan bernama garangan jawa yang tidak takut dengan ular tersebut. Berikut sejumlah fakta mengenainya.

Sebelum menelaah lebih dalam mengenai garangan jawa, detikers harus tahu nama ilmiahnya. Diambil dari E Journal UAJY, garangan jawa punya nama ilmiah Herpestes javanicus. Hewan ini punya habitat yang sangat bervariasi, mulai dari lahan pertanian, perkebunan, daerah pesisir, hingga hutan.

Ketahanan tubuhnya yang kebal terhadap bisa kobra membuat hewan satu ini begitu menarik untuk ditelaah lebih dalam. Penasaran dengan garangan jawa? Di bawah ini detikJogja telah siapkan sejumlah fakta mengenainya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kumpulan Fakta untuk Mengenal Garangan Jawa

1. Wilayah dan Habitat Garangan Jawa

Menurut informasi dari situs Animal Diversity yang dikelola Museum of Zoology University of Michigan, garangan jawa atau biasa juga dikenal sebagai indian mongoose bisa ditemui di seluruh wilayah Asia Tenggara. Karenanya, tidak mengherankan jika detikers menjumpainya di wilayah Semenanjung Melayu dan Pulau Jawa itu sendiri.

Namun, dalam perkembangan selanjutnya, spesies ini diperkenalkan ke berbagai penjuru dunia. Tujuannya tentu saja mudah ditebak: untuk mengendalikan populasi hewan pengerat dan ular. Dengan demikian, garangan jawa juga terdapat di Amerika Serikat, Jepang, hingga Eropa.

ADVERTISEMENT

Mengenai habitatnya, telah disebut sekilas di atas bahwasanya hewan satu ini mendiami bentang alam yang sangat variatif. Adapun menurut dokumen bertajuk Indian mongoose terbitan Department of Agriculture and Fisheries Biosecurity Queensland, garangan jawa hidup di:

  • Areal pertanian
  • Daerah pesisir
  • Padang pasir
  • Hutan
  • Padang rumput
  • Daerah perkotaan
  • Lahan basah
  • Habitat kering (paling disukai si hewan)

2. Karakteristik Fisik dan Perilaku Garangan Jawa

Hewan satu ini punya kepala runcing, ekor panjang, dan bulu yang tebal, kecuali di kaki bagian bawah. Menariknya, bulu garangan jawa bisa berdiri tegak sehingga menyebabkannya tampak dua kali lebih besar sehingga membuat takut lawannya.

Dikutip dari Thai National Parks, panjang kepala dan tubuh garangan jawa kira-kira 509-671 milimeter. Adapun mengenai berat garangan jawa, rata-rata pejantannya adalah 650 gram, sedangkan betinanya 430 gram. Hal ini tidak mengherankan, sebab, pejantannya punya kepala lebih lebar dan tubuh lebih besar dibandingkan garangan jawa betina.

Garangan jawa adalah hewan soliter. Namun, dalam beberapa kasus, pejantannya ditemukan telah membentuk semacam kelompok sosial kecil dan bahkan berbagi liang hidup. Hewan satu ini akan aktif di bawah sinar Matahari. Namun, jika terlalu panas, garangan jawa akan mencari tempat berteduh.

Ketika tempat berteduh yang sesuai tidak ditemukan, ia akan menggaruk permukaan hangat. Kemudian, berbaring di atasnya untuk mendinginkan tubuh. Kendati soliter, hewan satu ini mirip kucing, yakni suka saling merawat diri. Namun, di alam liar, hanya antara induk dan anak-anaknya saja alias tidak sembarangan.

3. Makanan Garangan Jawa

Sejatinya, garangan jawa tergolong sebagai karnivora. Namun, ia punya variasi makanan lainnya dan tergolong hewan oportunistik. Artinya, ia bisa mengonsumsi sejumlah tipe makanan tergantung lingkungan tempat hidupnya, mulai dari mamalia kecil, burung, reptil, tanaman, hingga buah-buahan.

Bahkan, mengejutkannya, garangan jawa juga terkadang berburu mamalia yang punya ukuran berkali-kali lipat lebih besar. Sebut saja kelinci dan anak rusa berekor putih. Pun juga tidak menutup kemungkinan ia memangsa ikan dan kepiting.

4. Cara Reproduksi Garangan Jawa

Pejantan garangan jawa akan menginjak usia dewasa secara seksual hanya dalam waktu empat bulan setelah ia lahir. Setelah menjadi dewasa, testis garangan jawa jantan akan terus berisikan spermatozoa hingga akhir hayatnya.

Berbicara mengenai masa kehamilan, garangan jawa betina akan membawa anaknya dalam kandungan selama 49 hari. Biasanya, satu kelompok anak terdiri dari dua ekor saja. Namun, pernah tercatat juga hingga 5 ekor anak dalam satu kelompok.

5. Penyebab Garangan Jawa Kebal Bisa Kobra

Apa sebab garangan jawa kebal bisa kobra? Dilansir Los Angeles Times, hewan satu ini diketahui punya reseptor bernama asetilkolin yang bermutasi secara unik. Hubungannya apa? Ular kobra diketahui punya racun atau bisa yang mengikat reseptor asetilkolin korbannya.

Akibatnya, komunikasi antara saraf dan otot menjadi terganggu. Lain halnya dengan reseptor mutasi yang dipunyai garangan jawa. Karena ia telah bermutasi, racun dari kobra hanya akan memantul dari sel-sel otot sehingga tidak membahayakan.

Di samping faktor reseptor tersebut, ada faktor lain yang membuat garangan jawa punya keunggulan bila bertarung dengan kobra. Dikutip dari How Stuff Works, garangan jawa punya mobilitas super cepat dan lincah sehingga memudahkannya untuk menghindari taring beracun milik kobra.

6. Status Konservasi Garangan Jawa

Apakah garangan jawa termasuk satwa yang dilindungi? Dilihat dari data yang tersaji dalam laman IUCN (International Union for Conservation of Nature) Redlist, hewan yang juga dikenal sebagai javan mongoose mendapat kategori least concern (risiko paling rendah). Artinya, garangan jawa tidak termasuk hewan yang dilindungi.

Pun juga dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor P.20/MENLHK/SETJEN/KUM.1/6/2018 tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa yang Dilindungi, garangan jawa tidak masuk dalam daftar. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwasanya hewan satu ini tidak terancam punah.

7. Garangan Jawa adalah Spesies Invasif

Tujuan awal penyebarluasan garangan jawa adalah untuk menekan populasi hewan pengerat dan ular yang terus berkembang pesat. Namun, di balik fungsinya tersebut, Herpestes javanicus ternyata juga menjadi spesies invasif yang merusak.

Kembali diambil dari sumber yang telah disebut sebelumnya, kehadirannya mengancam hewan asli suatu daerah. Misalnya saja, burung mandarin bersayap palang dan burung pembalap hispaniola di Fiji terdesak menuju kepunahan akibat garangan jawa.

Tak hanya itu, contoh lainnya, di Kepulauan Virgin Amerika Serikat, hewan satu ini memangsa telur-telur penyu sisik (Eretmochelys imbricata). Padahal, penyu sisik adalah salah satu jenis biota laut yang telah berada di ambang kepunahan. Karenanya, tak heran jika garangan jawa masuk daftar '100 World's Worst Invaders' dari IUCN.

Demikian tujuh fakta tentang garangan jawa, hewan yang ada di Indonesia dan kebal bisa kobra. Semoga menambah cakrawala pengetahuan detikers, ya!




(sto/dil)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads