Bumi Akan Punya Bulan Kembar pada 29 September 2024, Ini Penjelasannya

Bumi Akan Punya Bulan Kembar pada 29 September 2024, Ini Penjelasannya

Nur Umar Akashi - detikJogja
Sabtu, 28 Sep 2024 13:29 WIB
Ilustrasi Pink Moon atau Bulan Purnama Merah Jambu
Ilustrasi bulan. Foto: Antara Foto/Paramayuda
Jogja -

Belakangan ini, sedang ramai diperbincangkan mengenai fenomena bulan kembar yang akan terjadi pada 29 September 2024 mendatang. Apakah nantinya benar-benar bakal ada bulan kedua? Begini penjelasannya.

Dikutip dari laman resmi National Aeronautics and Space Administration (NASA), bulan punya beragam bentuk, jenis, dan ukuran. Bahkan, beberapa di antaranya memiliki samudera tersembunyi dan atmosfer tersendiri.

Lebih lanjut, jumlah bulan di tata surya kita saat ini adalah 293 buah dan tersebar di semua planet. Adapun 293 bulan tersebut ada 1 di Bumi, 2 di Mars, 95 di Jupiter, 146 di Saturnus, 28 di Uranus, 16 di Neptunus, dan 5 di Pluto.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun, jika rumor yang beredar mengenai bulan kembar benar-benar nyata, tentunya, jumlah bulan kepunyaan Bumi akan bertambah. Apakah benar demikian? Simak penjelasan lengkapnya melalui uraian di bawah ini.

Bulan Kembar 29 September 2024: Bulan Kedua atau Asteroid?

Menurut penjelasan dari situs Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), istilah 'bulan kembar' sejatinya kurang tepat. Pasalnya, benda yang oleh beberapa pihak dianggap sebagai bulan tersebut ternyata adalah asteroid.

ADVERTISEMENT

Pada momen-momen tertentu, benda-benda langit bisa saja masuk dan terjebak gravitasi Bumi. Tatkala terjebak, benda tersebut bisa jadi akan mengelilingi Bumi. Hal ini dijelaskan langsung oleh Thomas Djamaluddin, peneliti utama BRIN.

"Bulan adalah satu-satunya satelit alami Bumi yang ukurannya besar dan terlihat dengan mata telanjang. Namun, pada periode tertentu, objek lain seperti asteroid dapat terperangkap dalam gravitasi Bumi dan sementara waktu mengelilingi Bumi. Objek ini sering disebut sebagai 'bulan mini' atau 'mini moon'," jelasnya dikutip detikJogja pada Sabtu (28/9/2024).

Nah, pada penghujung September 2024, sebuah asteroid dengan kode 2024 PT5 bakal terperangkap dalam medan gravitasi Bumi. Benda luar angkasa satu ini akan terjebak selama rentang waktu 29 September-25 November 2024.

Mengenal Asteroid 2024 PT5: Bisakah Dilihat dengan Mata Telanjang?

Dikutip dari laman Space, asteroid 2024 PT5 biasanya mengorbit matahari sebagai bagian dari sabuk asteroid kecil yang mengikuti Bumi (biasa dikenal dengan nama sabuk Arjuna/Arjuna belt). Hal ini dijelaskan langsung oleh Carlos de la Fuente Marcos.

"Objek yang akan mengunjungi kita termasuk dalam sabuk asteroid Arjuna, sabuk asteroid sekunder yang terbuat dari batuan angkasa yang mengikuti orbit yang sangat mirip dengan Bumi pada jarak rata-rata ke matahari sekitar 93 juta mil (150 juta kilometer)," ujar profesor dari Universidad Complutense de Madrid tersebut.

Sayangnya, fenomena menarik ini akan sangat sulit untuk diamati. Pasalnya, ia punya ukuran yang sangat kecil. Lebar asteroid satu ini hanya sekitar 10 meter atau 37 kaki. Bandingkan dengan bulan yang punya diameter sepanjang 2,159 mil. Artinya, ukuran bulan 308.108 kali lebih besar dibandingkan asteroid tersebut!

"Objek tersebut terlalu kecil dan redup untuk teleskop amatir dan teropong biasa. Namun, objek tersebut berada dalam kisaran kecerahan teleskop biasa yang digunakan oleh astronom profesional. Sebuah teleskop dengan diameter minimal 30 inci ditambah detektor CCD atau CMOS diperlukan untuk mengamati objek ini. Teleskop 30 inci dan mata manusia di belakangnya tidak akan cukup," pungkas Marcos.

Apakah Asteroid 2024 PT5 Berbahaya?

Diambil dari situs Universitas Muhammadiyah Makassar, asteroid adalah benda langit yang punya ukuran lebih besar dibanding meteoroid, tetapi lebih kecil dibandingkan planet. Biasanya, asteroid adalah sisa-sisa berbatu dari pembentukan tata surya yang terjadi sekitar 4,6 miliar tahun yang lalu.

Apakah ia berbahaya? Menurut Thomas Djamaluddin, asteroid kecil ini tidak akan berbahaya. Pasalnya, jika ia memasuki atmosfer, 2024 PT5 akan terbakar dan kemungkinan sisanya jatuh di wilayah tanpa penduduk.

"Asteroid semacam ini sering kali terdeteksi dan tidak berbahaya. Asteroid seukuran itu pernah jatuh di perairan Bone, Sulawesi, pada 2009. Namun, karena orbitnya terjebak di gravitasi Bumi untuk sementara waktu, ia dianggap menarik untuk diamati oleh para astronom," jelasnya.

Kembali dilihat dari Space, keterangan senada juga ditemukan. Pada intinya, saat ini, tidak ada asteroid dekat Bumi yang berpotensi memberikan ancaman, termasuk si 'mini moon'. Hal ini juga diperkuat perkiraan jangka panjang orbit asteroid NASA yang mengesampingkan adanya risiko berdampak nyata terhadap Bumi selama setidaknya 100 tahun ke depan.

Nah, itulah penjelasan lengkap mengenai fenomena bulan kembar atau bulan kedua yang akan terjadi pada 29 September-25 November 2024 mendatang. Semoga informasinya bermanfaat!




(par/par)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads