Kisah Singkat Nabi Muhammad SAW dari Lahir hingga Wafat

Kisah Singkat Nabi Muhammad SAW dari Lahir hingga Wafat

Nur Umar Akashi - detikJogja
Minggu, 15 Sep 2024 11:38 WIB
Ilustrasi Nabi Muhammad SAW
Ilustrasi kisah singkat Nabi Muhammad SAW. (Foto: Pixabay/PANJTANPAK_GRAPHICS05)
Jogja -

Dikenal sebagai khatamul anbiya alias penutup para nabi, perjalanan hidup Rasulullah SAW penuh lika-liku perjuangan yang bisa diambil hikmahnya. Oleh karena itu, seorang muslim sudah sepatutnya mengetahui kisah Nabi Muhammad SAW dari lahir hingga wafat.

Dikutip dari laman resmi Masjid Istiqlal, Nabi Muhammad SAW punya tugas yang berbeda. Bila nabi-nabi sebelumnya diutus untuk mendakwahi kaumnya sendiri, Rasulullah SAW diutus Allah untuk seluruh umat manusia.

Singkat kata, Nabi Muhammad SAW datang untuk menyempurnakan syariat para nabi dan rasulnya sebelum itu. Setelah Nabi Muhammad SAW wafat, tidak ada lagi nabi yang akan diutus Allah SWT. Hal ini difirmankan Allah SWT dalam Al-Quran surat al-Ahzab ayat 40:

مَا كَانَ مُحَمَّدٌ اَبَآ اَحَدٍ مِّنْ رِّجَالِكُمْ وَلٰكِنْ رَّسُوْلَ اللّٰهِ وَخَاتَمَ النَّبِيّٖنَۗ وَكَانَ اللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمًا ࣖ

Artinya: "Muhammad itu bukanlah bapak dari seseorang di antara kamu, melainkan dia adalah utusan Allah dan penutup para nabi. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu."

Sebagai seorang rasul yang datang terakhir, kisah hidupnya akan terus bergema dari waktu ke waktu hingga Hari Penghakiman kelak. Lantas, seperti apa kisah hidup singkat Nabi Muhammad SAW? Berikut ini kisahnya berdasar buku Sirah Nabawiyah karya Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri.

Kelahiran Nabi Muhammad SAW

Rasulullah SAW lahir di tengah keluarga Bani Hasyim di Makkah, pada Senin, 12 Rabiul Awal Tahun Gajah. Sementara itu, sumber lain menyebut bahwasanya sang rasul lahir pada 9 Rabiul Awal Tahun Gajah. Wallahu a'lam.

Ketika melahirkan Rasulullah, Siti Aminah berkata, "Setelah bayiku keluar, aku melihat ada cahaya yang keluar dari kemaluanku, menyinari istana-istana di Syam." Perkataan ini dapat dijumpai dalam Mukhtashar Siratir Rasul karya Syaikh Abdullah An-Najdi.

Nabi Muhammad SAW adalah putra dari Abdullah bin Abdul Muthalib dan Aminah binti Wahb. Namanya yang belum pernah dikenal di kalangan bangsa Arab diberikan oleh sang kakek, Abdul Muthalib.

Masa Kecil dan Remaja Nabi Muhammad SAW

Kala itu, tradisi bangsa Arab adalah mencarikan wanita susuan untuk anak-anaknya. Tujuannya adalah agar si anak bisa terbebas dari penyakit, tumbuh dengan fisik perkasa, dan mendapat latihan bahasa Arab sejak dini.

Nabi Muhammad disusui oleh Halimah bin Abu Dzu'aib, seorang wanita dari Bani Sa'd. Saat Rasulullah SAW berumur 4 atau 5 tahun, terjadi peristiwa pembelahan dada yang termasyhur.

Suatu hari, Rasulullah didatangi malaikat Jibril saat sedang bermain-main. Jibril memegang tubuh beliau, menelentangkannya, lalu membelah dada, dan mengeluarkan hatinya. Kemudian, Jibril mencucinya di baskom emas. Setelah itu, hati tersebut dikembalikannya lagi ke tempat semula.

Akibat peristiwa tersebut, Halimah merasa takut dan mengembalikannya kepada sang ibunda, Siti Aminah. Saat Nabi Muhammad SAW telah berusia 6 tahun, ia diajak Siti Aminah untuk pergi mengunjungi kuburan Abdullah, ayah Nabi SAW, di Yastrib. Dalam perjalanan tersebut, Siti Aminah meninggal dunia di sebuah desa bernama Abwa saat perjalanan kembali ke Mekkah.

Usai ibunya wafat, Nabi Muhammad berturut-turut diasuh oleh sang kakek dan pamannya, Abu Thalib. Ketika diasuh Abu Thalib, Nabi Muhammad mengalami sejumlah peristiwa ajaib. Di antaranya adalah turunnya hujan ketika punggung Nabi Muhammad ditempelkan ke Kabah, pertemuan dengan Rahib Bahira yang mengetahui nubuwah Nabi Muhammad SAW, dan Perang Fijar.

Menikah dengan Khadijah pada Usia 25 Tahun

Pada awal masa remajanya, Rasulullah tidak memiliki pekerjaan tetap. Namun, dari beberapa riwayat diketahui bahwasanya beliau menggembalakan kambing di Makkah maupun perkampungan Bani Sa'd.

Saat berusia 25 tahun, Rasulullah SAW menjalankan perniagaan milik Khadijah binti Khuwailid, seorang pedagang yang terpandang lagi kaya raya. Mengetahui keuntungan dagangannya yang dikelola Nabi Muhammad SAW, Khadijah berkeinginan untuk menikah dengan sang rasul.

Singkat kata, setelah mendengar keinginan Khadijah, paman-paman Nabi menemui paman sang saudagar wanita tersebut untuk mengajukan lamaran. Dengan mas kawin 20 ekor unta muda, Nabi Muhammad SAW yang berusia 25 tahun resmi menikahi Khadijah pada usianya yang keempat puluh.

Turunnya Wahyu untuk Kali Pertama

Ketika genap berusia 40 tahun, tanda-tanda nubuwah Muhammad SAW mulai tampak. Selama enam bulan, sang nabi terus mengalami mimpi hakiki berupa fajar subuh yang menyingsing. Akhirnya, pada Ramadhan tahun ketiga masa pengasingan di Gua Hira, Nabi Muhammad menerima wahyu.

Dari hasil penelitian dan perbandingan, diketahui bahwasanya wahyu tersebut turun pada Senin, malam 21 Ramadhan, bertepatan dengan 10 Agustus 610 Masehi. Kala itu, Nabi Muhammad berusia 40 tahun lebih 6 bulan 12 hari jika didasarkan hitungan kalender Hijriah. Wahyu yang pertama turun adalah surat al-Alaq ayat 1-5.

Dakwah 3 Tahun Secara Sembunyi-sembunyi di Makkah

Selama tahapan dakwah sembunyi-sembunyi ini, Rasulullah mulai mengajak orang-orang terdekatnya untuk masuk Islam. Di antaranya adalah Khadijah binti Khuwailid, Zaid bin Haritsah, Ali bin Abu Thalib, dan Abu Bakar Ash-Shiddiq.

Setelah itu, berturut-turut banyak orang masuk Islam. Sebut saja Utsman bin Affan, Az-Zubair bin al-Awwam, Abdurrahman bin Auf, Sa'ad bin Abi Waqqash, Thalhah bin Ubaidillah, dan Bilal bin Rabbah.

Dengan banyaknya orang yang mulai memeluk Islam, kabar dakwah Nabi Muhammad SAW tersiar secara luas. Kala itu, orang-orang Quraisy tidak peduli. Namun, lama-kelamaan, timbul pula rasa khawatir di dada-dada pemuka Quraisy.

Dakwah 10 Tahun Secara Terang-terangan di Makkah

Usai menerima wahyu untuk berdakwah secara terang-terangan, Nabi Muhammad mulai menyeru kerabat-kerabatnya. Salah satu cara yang dilakukan nabi adalah mengundang para pemuka Bani Abdul Muthalib dan berdakwah.

Berbekal perlindungan dari sang paman, Abu Thalib, Nabi Muhammad SAW mulai berdakwah dengan lebih terang-terangan lagi. Beliau bahkan pernah berdiri di atas Bukit Shafa dan menyeru orang-orang Quraisy.

Selama periode dakwah ini, Nabi Muhammad SAW mendapat banyak cobaan dari kaumnya sendiri. Mulai dari dihina, diolok-olok, didustakan, disogok, dan disiksa. Namun, Nabi Muhammad tetap tegar dengan dakwahnya.

Tahun Duka (Amul Husni) dan Isra Miraj

Pada tahun kesepuluh nubuwah, paman Nabi SAW, Abu Thalib meninggal dunia. Setelah itu, sekitar dua sampai tiga bulan kemudian, giliran sang istri yang menyusul pergi. Khadijah binti Khuwailid meninggal dunia dalam usia 65 tahun.

Tentang Khadijah, Rasulullah SAW pernah bersabda,
"Dia beriman kepadaku saat semua orang mengingkariku, membenarkan aku selagi semua orang mendustakan aku, menyerahkan hartanya kepadaku selagi semua orang tidak mau memberikannya, Allah menganugerahiku anak darinya selagi wanita selainnya tidak memberikan kepadaku." (HR Ahmad 3/118)

Masih di tahun kesepuluh nubuwah, Rasulullah berdakwah dengan gigih. Beliau tercatat mendakwahi orang-orang Thaif maupun para peziarah yang datang ke Makkah. Di antara kabilah yang pernah diseru sang nabi adalah Fazarah, Ghassan, Murrah, dan Sulaim.

Pada akhir masa dakwahnya di Makkah, Rasulullah melakukan Isra' Miraj bersama Malaikat Jibril. Dari perjalanan ajaib tersebut, Nabi Muhammad SAW mendapatkan syariat sholat lima waktu.

Hijrah Nabi Muhammad ke Madinah

Kaum Quraisy bersekongkol untuk membunuh Nabi Muhammad SAW. Namun, rencana buruk tersebut diwahyukan Allah SWT kepada sang nabi. Alhasil, Rasulullah berhasil meloloskan diri dari jebakan dan pergi bersama Abu Bakar menuju Madinah.

Sebelumnya, dalam Baiat Aqabah Pertama dan Kedua, orang-orang Yatsrib yang telah masuk Islam menyatakan diri siap melindungi sang rasul. Oleh karena itu, Nabi Muhammad SAW memilih Yatsrib alias Madinah sebagai destinasi hijrahnya.

Rasulullah tercatat meninggalkan rumah pada malam hari 27 Safar tahun 14 nubuwah. Bersama dengan Abu Bakar, keduanya sempat bersembunyi di dalam gua terlebih dahulu. Setelah itu, perjalanan dilanjutkan dan tiba di Quba pada 8 Rabiul Awal tahun 1 Hijriah.

Usai menetap selama 4 hari di Quba dan membangun masjid, Nabi melanjutkan perjalanan pada hari Jumat dan tiba di Madinah pada hari yang sama. Kedatangan Nabi SAW disambut dengan suara tahmid dan taqdis yang menggema.

Dakwah Nabi Muhammad di Madinah

Di Madinah, Nabi Muhammad kembali melancarkan dakwah Islamnya dengan lebih gencar. Saat Nabi Muhammad SAW datang, penduduk Madinah terbagi menjadi tiga golongan. Ketiganya adalah kaum Muslim, kaum Musyrik, dan kaum Yahudi.

Di Madinah, Nabi SAW memulai dakwah dengan mendirikan Masjid Nabawi dan mempersaudarakan seorang muslim dengan muslim lainnya. Selain itu, Nabi Muhammad juga membuat perjanjian dengan pihak Yahudi agar stabilitas keamanan dapat tercapai.

Kemudian, secara berurutan, Nabi Muhammad harus berperang dalam banyak pertempuran. Di antaranya adalah:

  1. Perang Badar Kubra
  2. Perang As-Sawiq
  3. Perang Dzi Amar
  4. Perang Burhan
  5. Perang Uhud
  6. Perang Khandaq
  7. Perang Bani Quraizhah
  8. Perang Bani Lahyan
  9. Perang Bani Musthaliq

Perjanjian Hudaibiyah

Perlahan-lahan, kondisi umat Islam yang dulunya terdesak dan sempit mulai tampak berganti angin. Suatu ketika, Rasulullah bermimpi memasuki Masjidil Haram dan mengambil kunci Kabah. Oleh karena itu, Nabi Muhammad segera bersiap.

Beliau berangkat pada Senin, 1 Dzulqa'dah 6 Hijriah bersama 1.500 orang sahabat menuju Makkah. Senjata yang dibawa hanyalah pedang, karena tujuannya memang untuk beribadah. Namun, sesampainya di Makkah, kaum Quraisy tidak memperbolehkan umat Islam untuk beribadah.

Usai negosiasi yang alot, Perjanjian Hudaibiyah disahkan sebagai bentuk kesepakatan antara kedua belah pihak. Isinya adalah:

  1. Kedua pihak sepakat untuk tidak saling berperang selama 10 tahun.
  2. Kaum Muslim diperbolehkan kembali ke Mekah untuk menunaikan ibadah haji, tetapi baru bisa melakukannya pada tahun berikut (tahun 629 M) dan hanya selama tiga hari.
  3. Jika ada orang Quraisy yang lari ke pihak Muslim tanpa izin walinya, ia harus dikembalikan ke Quraisy. Namun, jika ada orang Muslim yang lari ke Quraisy, ia tidak perlu dikembalikan.
  4. Kedua belah pihak bebas membentuk aliansi atau persekutuan dengan suku-suku lain yang mereka pilih.
  5. Kaum Muslim yang sudah berada di dekat Mekah harus kembali ke Madinah tanpa melaksanakan haji pada tahun itu.

Fathu Mekkah (Penaklukan Makkah)

Usai Perjanjian Hudaibiyah, banyak hal yang dilakukan Rasulullah SAW bersama para sahabat. Di antaranya adalah mengirim pesan dakwah kepada para penguasa, seperti Najasyi (Raja Habasyah), Muqauqis (Raja Mesir), dan Kisra (Raja Persia).

Di samping itu, sejumlah peperangan juga berlangsung (bukan dengan pihak Quraisy). Sebut saja Perang Khaibar, Perang Dzatur Riqa', dan Perang Mu'tah. Dalam perkembangan selanjutnya, terjadi peristiwa Penaklukkan Makkah yang tersohor.

Singkat cerita, Rasulullah berhasil menaklukkan Makkah dan memasukinya bersama para sahabat. Patung-patung sesembahan segera dihancurkan, gembong-gembong penjahat Quraisy dieksekusi, dan sholat kemenangan ditegakkan.

Rasulullah Menunaikan Haji Wada'

Usai berdakwah lebih dari 20 tahun, Nabi Muhammad mengungkapkan niatnya untuk menunaikan haji mabrur. Alhasil, umat Islam berbondong-bondong datang ke Madinah hendak turut berhaji.

Nabi Muhammad memasuki Makkah pada Senin, 4 Dzulhijjah 10 Hijriah. Setelah itu, beliau melakukan tahapan-tahapan haji sebagaimana umumnya. Pada 8 Dzulhijjah, Nabi Muhammad menyampaikan 'pidato perpisahan' kepada orang-orang Muslim. Tak ayal, sejumlah sahabat menangis karena merasa perpisahan sudah dekat.

Wafatnya Rasulullah SAW pada 11 Hijriah

Terhitung pada 29 Safar 11 Hijriah, Rasulullah tiba-tiba merasa sakit kepala dan panas tubuhnya pun melonjak. Sejak saat itu, beliau terus merasa sakit hingga 13 atau 14 hari. Namun, selama 11 hari pertama sakitnya, beliau tetap sholat bersama umat Islam.

Pada hari terakhir kehidupannya, Rasulullah tidak menampakkan diri kepada para sahabat. Beliau menyibak tabir dari kamar Aisyah dan memandangi saf-saf sahabatnya yang tengah mendirikan sholat sembari tersenyum.

Menjelang detik-detik wafatnya Nabi Muhammad SAW, beliau sempat bersiwak dengan siwak yang dibawakan oleh Abdurrahman bin Abu Bakar. Setelah itu, beliau mengangkat jari-jari sembari mengarahkan pandangan ke langit-langit rumah.

Pada saat-saat terakhirnya, Rasulullah bersabda,
"Bersama orang-orang yang Engkau beri nikmat atas mereka dari para nabi, shiddiqin, syuhada, dan shalihin. Ya Allah, ampunilah dosaku dan rahmatilah aku. Pertemukanlah aku dengan Kekasih Yang Maha Tinggi ya Allah, Kekasih Yang Maha Tinggi."

Setelah mengulang kalimat tersebut sebanyak tiga kali, beliau berpulang keharibaan-Nya. Wafatnya Nabi Muhammad SAW terjadi pada Senin, 12 Rabiul Awwal 11 Hijriah, dalam usia 63 tahun lebih empat hari.

Nah, itulah kisah ringkas perjalanan hidup Nabi Muhammad SAW, dari lahir hingga wafatnya. Semoga pembahasannya bermanfaat!




(sto/apu)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads