Kala DLH Jogja Janjikan Kompos ke Petani tapi Datangnya Tumpukan Sampah

Terpopuler Sepekan

Kala DLH Jogja Janjikan Kompos ke Petani tapi Datangnya Tumpukan Sampah

Tim detikJogja - detikJogja
Minggu, 07 Jul 2024 12:39 WIB
Tumpukan pupuk kompos yang didominasi sampah basah di lahan petani diΒ Patihan, Gadingsari, Kapanewon Sanden, Bantul. Foto diunggah Selasa (2/7/2024).
Tumpukan pupuk kompos yang didominasi sampah basah di lahan petani di Patihan, Gadingsari, Kapanewon Sanden, Bantul. Foto diunggah Selasa (2/7/2024).Foto: Dok. Panewu Sanden, Bantul
Jogja -

Petani di Sanden, Kabupaten Bantul mendapat kiriman tumpukan sampah dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Jogja. Padahal awalnya mereka ditawari pupuk kompos. Begini cerita lengkapnya.

Awalnya Kompos Bagus

Panewu (Camat) Sanden, Kabupaten Bantul, Deni Ngajis Hartono, mengungkapkan ada petani yang ditawari pupuk kompos hasil dari pengolahan sampah Kota Jogja. Penawaran itu muncul sekitar satu pekan yang lalu.

"Saya sudah cek ke lokasi dan dari keterangan para petani memang dulu DLH Kota Jogja menawarkan dari hasil limbah pengolahan sampah kota dalam bentuk pupuk organik atau kompos," kata Deni saat dihubungi wartawan, Selasa (2/7/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Untuk meyakinkan, lanjutnya, DLH Kota Jogja sempat mengirimkan contoh kompos ke para petani. Saat itu, kompos yang petani terima memiliki kualitas bagus.

"Contoh yang dikirim itu memang betul-betul bagus, benar-benar kompos. Akhirnya petani di situ banyak yang tertarik lalu ada satu dua orang yang dikirim," ungkapnya.

ADVERTISEMENT

"Lalu yang kedua, ketiga bagus, betul-betul kompos," lanjut Deni.

Namun belakangan, petani tersebut malah dikirimi mayoritas masih berwujud sampah. Bahkan, banyak warga sekitar komplain dengan bau yang menyengat dari tumpukan kompos itu.

Tumpukan pupuk kompos yang didominasi sampah basah itu kini menumpuk di lahan pasir Patihan, Kalurahan Gadingsari, Kapanewon Sanden. Deni mengaku sudah mengecek langsung ke lokasi.

"Yang bukan petani di situ juga terganggu karena bau, mereka WA (WhatsApp) saya terus tadi saya cek ke lokasi. Ternyata dari penglihatan saya itu masih berbentuk sampah dan belum jadi pupuk, jumlahnya banyak sekitar 10 truk kalau dilihat dari lokasinya tadi," jelasnya.

Panewu Sanden Konfirmasi ke DLH Kota Jogja

Kemudian, Deni langsung menghubungi DLH Kota Jogja terkait kejadian tersebut. Pasalnya selama ini tidak ada koordinasi antara Pemerintah Kapanewon dengan DLH Kota Jogja terkait pengiriman kompos kepada petani lahan pasir di Sanden.

"Tadi kami konfirmasi ke DLH Kota dan saya minta sampah-sampah itu untuk diambil kembali. Karena perlu ada komunikasi dengan daerah dalam hal ini Panewu, karena selama ini dari Kota sendiri tidak ada kordinasi dengan kami," kata Deni.

Selain itu, Deni juga telah meminta kepada para petani lahan pasir di Sanden, khususnya Patihan untuk berkoordinasi dengan Kapanewon jika mendapat tawaran kompos. Hal itu untuk mencegah kejadian serupa terjadi kembali.

"Kalau saya sendiri mengimbaunya kepada petani mohon maaf tolong konfirmasi ke kami dulu, apalagi saat ini masih dalam kondisi darurat sampah. Ini menjadi pembelajaran bagi warga Sanden agar tidak terulang kembali, warga yang meminta pun sudah minta maaf dan tidak akan memesan lagi," ucapnya.

Tak Ada Koordinasi dengan Pemkab Bantul

Bupati Bantul, Abdul Halim Muslih turut angkat bicara. Halim meminta para petani agar tidak menerima tawaran apa pun dari pihak mana pun terkait kompos atau sampah. Menurutnya, hal yang tidak melalui Pemkab Bantul bisa dikatakan hal liar.

"Jadi itu liar dan tidak koordinasi dengan Pemkab Bantul, dan apa yang dikatakan sebagai pupuk itu juga belum teruji. Sehingga kita tidak merekomendasikan bahkan melarang pembuangan sampah di selatan Bantul itu," kata Halim kepada wartawan.

Halim juga memberikan kuasa kepada Panewu Sanden untuk melakukan pencegahan, bahkan jika perlu memberikan sanksi tegas kepada para pelaku.

"Dan nanti biar dikoordinasikan Panewu, Kapolsek, Danramil, akan melakukan tindakan pencegahan dan bahkan bisa meningkat hingga tindakan hukum. Meski saya tidak yakin itu dari Pemkot, tapi dari mana pun itu harus dilakukan pencegahan," imbuhnya.

Saran Wakil Bupati Bantul

Wakil Bupati Bantul, Joko B Purnomo memberikan solusi terkait kasus tersebut. Joko mengatakan petugas dari DLH Kota Jogja beserta beberapa truk sampah untuk mendatangi lokasi tumpukan sampah itu.

Selanjutnya petugas melakukan pemilihan sampah, khususnya sampah plastik.

"Tapi kan butuh waktu lama kalau memilah sampah itu. Jadi solusinya dibuatkan lubang untuk ditimbun dengan sampah kemudian diuruk dan diratakan," kata Joko kepada wartawan di Sanden, Bantul, Rabu (3/7/2024) siang.

Joko juga telah berkoordinasi dengan pemilik alat berat yang ada di Patihan. Pasalnya, pembuatan lubang dan pengurukan sampah itu memerlukan alat ekskavator.

"Jadi di Padukuhan Patihan ada perusahaan yang memiliki alat berat. Saya minta tolong agar alat berat tersebut bisa menggali lubang untuk ditimbun sampah terus diuruk dan diratakan kembali," ujarnya.

Joko juga melarang adanya penerimaan kompos berisi sampah di lahan pasir Sanden. "Karena kita ingin masalah sampah ini tidak lagi menjadi polemik bagi petani lahan pasir di Kapanewon Sanden," ucapnya.

Sementara itu, menurut Panewu Sanden solusi dari Joko sebagai solusi terbaik untuk menyelesaikan polemik sampah di lahan pasir.

"Memang solusi terbaik yang diambil Pak Wabup adalah menimbun di dekat lokasi tumpukan sampah agar tidak ada permasalahan lagi. Selain itu juga dilarang untuk menerima kembali pupuk dari Kota (Jogja) terhitung mulai hari ini," ucap Deni.

Soal kapan lubang untuk menimbun sampah itu akan digali, Deni mengaku sesegera mungkin. "Kita minta bantuan ekskavator, mungkin kalau tidak nanti sore ya besok," ujarnya.

"Lubangnya bersebelahan dengan lokasi tumpukan sampah. Kalau jumlah lubangnya tergantung nanti kebutuhannya berapa, nanti dari situ dimasukkan yang penting teruruk semua rata," sambung Deni.

DLH Jogja Sebut Salah Kirim

Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Jogja mengaku salah kirim sampah. Kabid Pengelolaan Persampahan DLH Kota Jogja, Ahmad Haryoko, mengatakan kesalahan ada pada pengiriman.

"Kemarin itu ada mis di lapangan. Jadi kendaraan yang dibawa ke Bantul itu kan pakai compactor, kalau compactor kan (isi muatan) ndak kelihatan dari luar," kata Kabid Pengelolaan Persampahan DLH Kota Jogja, Ahmad Haryoko saat dihubungi, Rabu (3/7/2024).

"Tahunya itu kan bubur sampah yang biasa dikirim ke sana. Nah kemarin itu ternyata yang dikirim campur plastik," lanjutnya.

Haryoko melanjutkan, kiriman sampah tersebut juga merupakan sampah yang sudah diolah, namun bukan untuk bahan baku kompos.

"Tapi sudah terolah itu cuma itu berasal dari mesin RDF, kalau yang biasa dikirim ke Bantul kan berasal dari mesin giling. Mesin giling itu kan sudah memisahkan organik anorganik, bersih dari plastik gitu," paparnya.

Terkait hal ini, Haryoko pun mengaku sudah ada komunikasi antara petani dan pihaknya untuk mengevakuasi sampah yang terlanjur dikirim tersebut.

"Sudah konfirmasi, sudah minta ke kita untuk dievakuasi. Sudah kita sanggupi cuma waktunya saja, kemarin masih atur waktu karena perlu tenaga yang untuk naikkan," ungkapnya.

Adapun terkait pengiriman bahan pupuk kompos olahan sampah kota Jogja ke para petani Sanden ini, menurut Haryoko, DLH Jogja memang ada kerja sama yang dijalin.

"Kerja sama oleh petani Sanden, itu kerja sama secara kelompok, secara pribadi. Jadi ada kelompok tani di sana, ada secara pribadi, minta dikirimi bahan kompos, karena masih butuh fermentasi paling tidak sebulan," pungkasnya.

Halaman 2 dari 2


Simak Video "Video Terpopuler Sepekan: Tarif Trump Jadi 19% hingga Vonis Tom Lembong"
[Gambas:Video 20detik]
(cln/cln)

Hide Ads