Masih Ada Awan Hujan di Langit Jogja Saat Kemarau, Ini Penjelasan BMKG

Masih Ada Awan Hujan di Langit Jogja Saat Kemarau, Ini Penjelasan BMKG

Dwi Agus - detikJogja
Rabu, 03 Jul 2024 17:41 WIB
Cuaca mendung menggelayut di langit Godean Sleman, Rabu (3/7/2024).
Cuaca mendung menggelayut di langit Godean Sleman, Rabu (3/7/2024). Foto: Dwi Agus/detikJogja
Jogja -

Stasiun Klimatologi (Staklim) BMKG Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menegaskan secara umum DIY masih dalam periode musim kemarau. Meski ada beberapa wilayah yang mengalami hujan, seperti kawasan Godean, Gamping, Moyudan di Sleman, Sedayu Bantul, dan Sentolo Kulon Progo.

Berdasarkan catatan Kepala Kelompok Data dan Informasi Staklim BMKG DIY Etik Setyaningrum, munculnya hujan ini masih tergolong wajar. Terlebih intensitas hujan juga masuk dalam kategori rendah. Rata-rata curah hujan menunjukkan di bawah 50 milimeter per dasarian.

"Suatu daerah dikatakan sudah masuk musim kemarau apabila curah hujan dalam 1 dasarian di bawah 50 mm/dasarian diikuti 2 dasarian secara kontinyu. Jadi pada periode musim kemarau bukan berarti tidak ada hujan sama sekali, tetapi ada hujan meski kisaran di bawah 50 mm/dasariannya," jelasnya saat dihubungi melalui sambungan telepon, Rabu (3/7/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Staklim BMKG DIY sempat mengeluarkan peringatan potensi hujan. Tepatnya di wilayah Sleman Barat Daya, Sedayu Bantul dan Sentolo Kulon Progo. Ditandai dengan kemunculan awan hujan yang menyebabkan cuaca terlihat mendung.

Etik memastikan kemunculan awan penghasil hujan atau cumulonimbus pada musim kemarau wajar. Penyebabnya karena gangguan skala cuaca jangka pendek. Muncul karena pengaruh adanya pertemuan angin di Jawa bagian tengah dan aktivitas Madden Julian oscillation (MJO) aktif di fase 3.

ADVERTISEMENT

"Muncul di wilayah Samudera Hindia, berkontribusi terhadap penambahan curah hujan di wilayah Indonesia khususnya DIY. Hal ini tidak akan berlangsung lama sekitar 2 sampai 3 harian dengan intensitas 1-5 mm/hari," katanya.

Staklim BMKG DIY memperkirakan curah hujan tiga pekan ke depan atau tiga dasarian Juli 2024 berkisar antara 0-20 mm. Tergolong dengan kriteria rendah dan bersifat hujan Bawah Normal (BN) hingga Atas Normal (AN).

Adapun selam tiga bulan ke depan akan ada peningkatan curah hujan. Selama Juli 2024 diprediksi berkisar 0-50 mm atau kriteria rendah dan bawah normal. Medio Agustus turun 0-20 mm dan meningkat medio September 2024 0-100 mm.

"Untuk puncak musim kemarau umumnya wilayah DIY itu bulan ini, kecuali wilayah Bantul pada Agustus 2024. Adapun sifat hujan selama musim kemarau bersifat atas normal atau lebih basah dibanding biasanya," ujarnya.

Kondisi ini berdampak kepada lingkungan secara langsung. Berupa rentan terhadap bencana kekeringan meteorologis. Selain itu juga peningkatan potensi kebakaran hutan dan lahan. Masih ditambah berkurangnya ketersediaan air bersih.

"Lalu sifat curah hujan atas normal ini berdasarkan dinamika atmosfer dan laut yang cenderung berpotensi terjadi fenomena La Nina lemah. Petani sebaiknya mempersiapkan pola tanam yang sesuai agar tidak mengalami gagal panen," katanya.




(apu/apu)

Hide Ads